Seragam Sekolah 'Pelanggar Aturan' Dipopulerkan di Thailand

Selasa, 29 September 2020 - 14:48 WIB
Model-model berpose untuk kampanye iklan dengan mengenakan seragam sekolah kreasi desainer Thailand, Tin Tunsopon, yang bertujuan untuk menjadi alternatif dari seragam sekolah yang wajib di negaranya. Foto/REUTERS
BANGKOK - Di ruang kelas sekolah di Thailand, menunjukkan sifat pemberontak atau kreatif melalui apa yang Anda kenakan itu sulit.

Peraturan seragam sekolah sangat ketat, mulai dari bagaimana rambut murid harus dipotong hingga jenis kaus kaki dan sepatu yang boleh dipakai.

Tetapi ketika pelajar di seluruh negeri melawan apa yang mereka sebut aturan kuno dan bergabung dengan gerakan pro-demokrasi yang lebih luas, seorang desainer pakaian muda memberikan dukungannya dengan cara yang penuh warna. (Baca: Pasang 'Plakat Rakyat', Demonstran Thailand Tuntut Kekuasaan Raja Dibatasi )



Tin Tunsopon, 23, telah menawarkan seragam khas rok lipit dan kemeja pelaut putih untuk anak perempuan dan celana pendek rapi dan kemeja putih untuk anak laki-laki dan membuatnya menjadi versi yang berlebihan dengan kerah besar dan kerutan lengan yang terbuat dari tali sepatu. Seragam itu mirip busana yang dikenakan para peragawan dan peragawati di catwalk.

"Dengan menciptakan kembali seragam ini dan memberinya berbagai desain...orang dapat melihat bahwa kami seharusnya tidak lagi terikat pada seragam (tradisional) lagi," kata Tin kepada Reuters, Selasa (29/9/2020).

Pakaian yang dijuluki "pelanggar aturan" tersebut diluncurkan bekerja sama dengan merek pakaian dalam Wacoal pada bulan Juni dengan harga mulai dari USD100 hingga USD475 untuk rok lipit panjang dengan pita besar.

"Seragam-seragam tersebut dirancang untuk gadis modern, yang tidak takut untuk mengekspresikan diri dan bergerak dengan percaya diri," kata Tin. (Baca juga: Ribuan Orang Penuhi Jalanan Bangkok, Tuntut Reformasi Monarki Thailand )

“Seragam itu melepaskan diri dari bentuk tradisional, meski masih menyerupai seragam. Saya ingin dukung anak-anak sekreatif mungkin,” ujar Tin.

Tin menamai labelnya "Post-Thesis", sebuah produk seragamyang terkait denganproyek kelulusannya di Universitas Bangkok, di mana dia meneliti tujuan seragam dan bagaimana seragam sekolah tersebut dapat diubah.

Gerakan pemberontakan yang melanda sekolah-sekolah menengah Thailand telah dijuluki "Bad Student" oleh para pemimpinnya. Para pelajar telah mengenakan pita putih, memotong rambut mereka di depan umum dan membuat penghormatan "Hunger Games" dalam upaya untuk mengguncang sistem pendidikan negara yang kaku.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More