Jumlah Kematian Global akibat Virus Corona Sudah Lampaui 1 Juta Orang
Senin, 28 September 2020 - 08:13 WIB
Para ilmuwan masih berlomba untuk menemukan vaksin yang berfungsi melawan Covid-19. Sedagkan pemerintah beberapa negara kembali dipaksa untuk melakukan tindakan penyeimbangan yang tidak mudah, yakni pengendalian virus dengan memperlambat penyebarannya, tapi itu merugikan ekonomi dan bisnis yang sudah goyah.
Badan Moneter Internasional (IMF) awal tahun ini memperingatkan bahwa pergolakan ekonomi dapat menyebabkan krisis yang tiada duanya karena PDB dunia runtuh. (Baca: Suntik Warga dengan Vaksin Eksperimen untuk Covid-19, China Klaim Didukung WHO )
Eropa, yang terpukul oleh gelombang pertama, sekarang menghadapi lonjakan kasus lain, dengan Paris, London dan Madrid semua dipaksa untuk membelakukan kontrol untuk memperlambat lonjakan kasus Covid-19 yang mengancam rumah sakit kolaps.
Mengenakan masker dan menjaga jarak sosial di toko, kafe, dan transportasi umum kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di banyak kota.
Pertengahan September terjadi peningkatan rekor kasus di sebagian besar wilayah dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan kematian akibat virus bahkan bisa dua kali lipat menjadi 2 juta jika tidak ada tindakan kolektif global.
"Satu juta adalah angka yang mengerikan dan kami perlu merenungkannya sebelum kami mulai mempertimbangkan satu juta kedua," kata direktur darurat WHO Michael Ryan kepada wartawan, hari Jumat pekan lalu. (Baca juga: WHO: Kematian akibat Covid-19 Bisa Capai 2 Juta Jiwa )
“Apakah kita siap secara kolektif untuk melakukan apa yang diperlukan untuk menghindari angka itu?," ujarnya.
Virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 muncul pertama kali di pusat kota Wuhan di China, titik nol wabah tersebut.
Bagaimana virus itu sampai di sana masih belum jelas, tetapi para ilmuwan mengira itu berasal dari kelelawar dan bisa ditularkan ke manusia melalui mamalia lain.
Wuhan ditutup pada bulan Januari ketika negara-negara lain memandang dengan tidak percaya pada kontrol kejam China, bahkan ketika mereka menjalankan bisnis seperti biasa.
Badan Moneter Internasional (IMF) awal tahun ini memperingatkan bahwa pergolakan ekonomi dapat menyebabkan krisis yang tiada duanya karena PDB dunia runtuh. (Baca: Suntik Warga dengan Vaksin Eksperimen untuk Covid-19, China Klaim Didukung WHO )
Eropa, yang terpukul oleh gelombang pertama, sekarang menghadapi lonjakan kasus lain, dengan Paris, London dan Madrid semua dipaksa untuk membelakukan kontrol untuk memperlambat lonjakan kasus Covid-19 yang mengancam rumah sakit kolaps.
Mengenakan masker dan menjaga jarak sosial di toko, kafe, dan transportasi umum kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di banyak kota.
Pertengahan September terjadi peningkatan rekor kasus di sebagian besar wilayah dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan kematian akibat virus bahkan bisa dua kali lipat menjadi 2 juta jika tidak ada tindakan kolektif global.
"Satu juta adalah angka yang mengerikan dan kami perlu merenungkannya sebelum kami mulai mempertimbangkan satu juta kedua," kata direktur darurat WHO Michael Ryan kepada wartawan, hari Jumat pekan lalu. (Baca juga: WHO: Kematian akibat Covid-19 Bisa Capai 2 Juta Jiwa )
“Apakah kita siap secara kolektif untuk melakukan apa yang diperlukan untuk menghindari angka itu?," ujarnya.
Virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 muncul pertama kali di pusat kota Wuhan di China, titik nol wabah tersebut.
Bagaimana virus itu sampai di sana masih belum jelas, tetapi para ilmuwan mengira itu berasal dari kelelawar dan bisa ditularkan ke manusia melalui mamalia lain.
Wuhan ditutup pada bulan Januari ketika negara-negara lain memandang dengan tidak percaya pada kontrol kejam China, bahkan ketika mereka menjalankan bisnis seperti biasa.
tulis komentar anda