Mengenal Li Meng Yan, Ilmuwan Janjikan Bukti Covid-19 Buatan Lab Partai Komunis China
Rabu, 16 September 2020 - 00:02 WIB
JAKARTA - Dr Li Meng Yan , ilmuwan China yang berbasis di Hong Kong, telah mengejutkan dunia setelah melarikan diri ke Amerika Serikat (AS). Dia membuat kejutan setelah mengklaim virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dibuat di laboratorium militer Partai Komunis China di Wuhan.
Ilmuwan perempuan ini tercatat sebagai ahli virus, dan karena telah melarikan diri untuk membongkar teka-teki pandemi Covid-19, dia dijuluki media-media Barat sebagai whistleblower China. Awalnya, dia mengatakan bahwa pemerintah China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahu tentang penularan Covid-19 dari manusia ke manusia jauh lebih awal dari yang dilaporkan. (Baca: Li Meng Yan Janjikan Bukti Covid-19 Dibuat di Lab Militer Partai Komunis China )
Siapa sebenarnya Dr Li Meng Yan ? Dia memperoleh gelar MD dari Xiangya Medical College di Central South University, China, dan PhD dari Southern Medical University, China. Penelitiannya mencakup studi tentang efek penghambatan propranolol pada neovaskularisasi kornea dalam model tikus cedera yang diinduksi alkali dan implementasi vaksin influenza universal.
Pada saat pandemi Covid-19, dia bekerja di Hong Kong's School of Public Health, Hong Kong University , yang melakukan penelitian yang berspesialisasi dalam virologi dan imunologi.
Dr Li mengklaim bahwa dia adalah salah satu ilmuwan pertama di dunia yang mempelajari wabah virus corona di Wuhan, China, setelah Dr Leo Poon, supervisornya di kampusnya di Hong Kong. Kampus itu telah menjadi laboratorium referensi WHO, di mana Li diminta untuk melihat ke dalam sebuah cluster mirip kasus SARS di Wuhan, pada Desember 2019. (Baca: Ilmuwan China Lari ke AS: Covid-19 Dibuat di Lab Militer Partai Komunis China )
Menurut laporan Fox News, Li memiliki jaringan profesional medis yang luas di China daratan. Salah satu dari jaringannya memberi tahu dirinya tentang penularan penyakit baru dari manusia ke manusia pada 31 Desember 2019. Menurut pengakuan Li, dia melaporkan temuannya tentang virus itu beberapa kali kepada atasannya, termasuk pada 16 Januari 2020, namun setelah itu dia mengaku diperingatkan oleh atasannya untuk tetap diam dan berhati-hati.
Dalam wawancara dengan Fox News, Li menuduh pemerintah China mengetahui tentang novel coronavirus sebelum secara terbuka mengatakan bahwa hal itu terjadi dan mengatakan bahwa nyawa dapat diselamatkan jika mereka tidak menyensor pekerjaannya.
Dia juga menuduh supervisornya, termasuk Leo Poon dan Malik Peiris, mengabaikan penelitian yang dia lakukan pada awal pandemi, yang menurutnya juga bisa menyelamatkan banyak nyawa manusia. (Baca: Ahli Virus China Melarikan Diri ke AS, Klaim Beijing Menutup-nutupi Corona )
Merasa bahwa dia dan rekan-rekannya memiliki kewajiban untuk memberitahu dunia tentang penelitian mereka mengingat bahwa status laboratorium mereka sebagai laboratorium rujukan WHO, Li memilih melarikan diri ke Amerika Serikat pada 28 April dengan apa yang dia katakan adalah niatnya untuk menyampaikan pesan kebenaran tentang Covid-19.
Ilmuwan perempuan ini tercatat sebagai ahli virus, dan karena telah melarikan diri untuk membongkar teka-teki pandemi Covid-19, dia dijuluki media-media Barat sebagai whistleblower China. Awalnya, dia mengatakan bahwa pemerintah China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahu tentang penularan Covid-19 dari manusia ke manusia jauh lebih awal dari yang dilaporkan. (Baca: Li Meng Yan Janjikan Bukti Covid-19 Dibuat di Lab Militer Partai Komunis China )
Siapa sebenarnya Dr Li Meng Yan ? Dia memperoleh gelar MD dari Xiangya Medical College di Central South University, China, dan PhD dari Southern Medical University, China. Penelitiannya mencakup studi tentang efek penghambatan propranolol pada neovaskularisasi kornea dalam model tikus cedera yang diinduksi alkali dan implementasi vaksin influenza universal.
Pada saat pandemi Covid-19, dia bekerja di Hong Kong's School of Public Health, Hong Kong University , yang melakukan penelitian yang berspesialisasi dalam virologi dan imunologi.
Dr Li mengklaim bahwa dia adalah salah satu ilmuwan pertama di dunia yang mempelajari wabah virus corona di Wuhan, China, setelah Dr Leo Poon, supervisornya di kampusnya di Hong Kong. Kampus itu telah menjadi laboratorium referensi WHO, di mana Li diminta untuk melihat ke dalam sebuah cluster mirip kasus SARS di Wuhan, pada Desember 2019. (Baca: Ilmuwan China Lari ke AS: Covid-19 Dibuat di Lab Militer Partai Komunis China )
Menurut laporan Fox News, Li memiliki jaringan profesional medis yang luas di China daratan. Salah satu dari jaringannya memberi tahu dirinya tentang penularan penyakit baru dari manusia ke manusia pada 31 Desember 2019. Menurut pengakuan Li, dia melaporkan temuannya tentang virus itu beberapa kali kepada atasannya, termasuk pada 16 Januari 2020, namun setelah itu dia mengaku diperingatkan oleh atasannya untuk tetap diam dan berhati-hati.
Dalam wawancara dengan Fox News, Li menuduh pemerintah China mengetahui tentang novel coronavirus sebelum secara terbuka mengatakan bahwa hal itu terjadi dan mengatakan bahwa nyawa dapat diselamatkan jika mereka tidak menyensor pekerjaannya.
Dia juga menuduh supervisornya, termasuk Leo Poon dan Malik Peiris, mengabaikan penelitian yang dia lakukan pada awal pandemi, yang menurutnya juga bisa menyelamatkan banyak nyawa manusia. (Baca: Ahli Virus China Melarikan Diri ke AS, Klaim Beijing Menutup-nutupi Corona )
Merasa bahwa dia dan rekan-rekannya memiliki kewajiban untuk memberitahu dunia tentang penelitian mereka mengingat bahwa status laboratorium mereka sebagai laboratorium rujukan WHO, Li memilih melarikan diri ke Amerika Serikat pada 28 April dengan apa yang dia katakan adalah niatnya untuk menyampaikan pesan kebenaran tentang Covid-19.
tulis komentar anda