Perdamaian Israel-Bahrain Tak Bantu Palestina
Senin, 14 September 2020 - 10:15 WIB
Adalah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang sangat berambisi mewujudkan ambisi untuk membuat perdamaian Israel dengan negara-negara Arab. Dengan mengajak Bahrain menormalkan hubungan dengan Israel, maka itu dianggap sebagai prestasi menjelang pemilu presiden pada November mendatang. Itu terjadi setelah Uni Emirat Arab (UEA) juga menyepakati normalisasi diplomasi dengan Israel dengan dalih perdamaian di Palestina.
“Negara Arab kedua yang berdamai dengan Israel dalam 30 hari,” ujar Trump. (Baca juga: Tiga Raksasa Asia Mundur, Bagaimana Nasib Piala Thomas dan Uber?)
Selama puluhan tahun, sebagian besar negara Arab memboikot Israel dan bersikeras bahwa mereka hanya akan menjalin hubungan setelah perselisihan dengan Palestina diselesaikan. “Satu lagi terobosan bersejarah!” Trump menulis di Twitter. “Dua kawan baik kami Israel dan Kerajaan Bahrain menyepakati Perjanjian Damai,” katanya.
Trump juga mengunggah salinan pernyataan bersama antara ketiga pemimpin negara—Trump, Netanyahu, dan Raja Bahrain Hamad bin Isa bin Salman al-Khalifa. “Inilah terobosan bersejarah untuk perdamaian lebih lanjut di Timur Tengah,” yang akan “meningkatkan stabilitas, keamanan, dan kemakmuran di kawasan”, demikian bunyi pernyataan itu. Trump akan memimpin upacara penandatanganan resmi perjanjian Israel-UEA di Gedung Putih, Selasa depan.
Presiden Trump membantu menengahi kedua kesepakatan tersebut. Sebelumnya, pada Januari lalu, ia mempresentasikan rencananya untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah yang bertujuan menyelesaikan konflik Israel-Palestina.
Bahrain adalah negara Arab keempat di Timur Tengah setelah UEA, Mesir, dan Yordania yang mengakui negara Israel sejak pendiriannya pada 1948. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengaku senang bahwa satu lagi perjanjian damai telah dicapai dengan negara Arab.
“Ini adalah era baru perdamaian. Perdamaian untuk perdamaian. Ekonomi untuk ekonomi. Kami telah mengusahakan perdamaian selama bertahun-tahun dan sekarang perdamaian akan membuahkan usaha kami,” kata Netanyahu.
UEA menyambut baik langkah ini. Kementerian luar negerinya mengatakan normalisasi hubungan Israel dengan Bahrain adalah “pencapaian penting dan bersejarah yang akan memberikan kontribusi besar bagi stabilitas dan kemakmuran kawasan”. (Lihat videonya: Peran Ki Gede Sala dalam Berdirinya Kota Solo)
Banyak yang menanti seperti apa tanggapan Arab Saudi. Belum ada indikasi bahwa kerajaan siap mengikuti langkah Bahrain dan UEA. Sebelum pengumuman perjanjian UEA-Israel pada Agustus, yang termasuk penangguhan rencana kontroversial Israel untuk mencaplok bagian Tepi Barat yang mereka kuasai, Israel tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara-negara di Teluk Arab.
Pada bulan lalu untuk pertama kalinya dilakukan penerbangan resmi dari Israel ke UEA yang dipandang sebagai langkah besar menormalisasi hubungan. (Andika Mustaqim)
“Negara Arab kedua yang berdamai dengan Israel dalam 30 hari,” ujar Trump. (Baca juga: Tiga Raksasa Asia Mundur, Bagaimana Nasib Piala Thomas dan Uber?)
Selama puluhan tahun, sebagian besar negara Arab memboikot Israel dan bersikeras bahwa mereka hanya akan menjalin hubungan setelah perselisihan dengan Palestina diselesaikan. “Satu lagi terobosan bersejarah!” Trump menulis di Twitter. “Dua kawan baik kami Israel dan Kerajaan Bahrain menyepakati Perjanjian Damai,” katanya.
Trump juga mengunggah salinan pernyataan bersama antara ketiga pemimpin negara—Trump, Netanyahu, dan Raja Bahrain Hamad bin Isa bin Salman al-Khalifa. “Inilah terobosan bersejarah untuk perdamaian lebih lanjut di Timur Tengah,” yang akan “meningkatkan stabilitas, keamanan, dan kemakmuran di kawasan”, demikian bunyi pernyataan itu. Trump akan memimpin upacara penandatanganan resmi perjanjian Israel-UEA di Gedung Putih, Selasa depan.
Presiden Trump membantu menengahi kedua kesepakatan tersebut. Sebelumnya, pada Januari lalu, ia mempresentasikan rencananya untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah yang bertujuan menyelesaikan konflik Israel-Palestina.
Bahrain adalah negara Arab keempat di Timur Tengah setelah UEA, Mesir, dan Yordania yang mengakui negara Israel sejak pendiriannya pada 1948. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengaku senang bahwa satu lagi perjanjian damai telah dicapai dengan negara Arab.
“Ini adalah era baru perdamaian. Perdamaian untuk perdamaian. Ekonomi untuk ekonomi. Kami telah mengusahakan perdamaian selama bertahun-tahun dan sekarang perdamaian akan membuahkan usaha kami,” kata Netanyahu.
UEA menyambut baik langkah ini. Kementerian luar negerinya mengatakan normalisasi hubungan Israel dengan Bahrain adalah “pencapaian penting dan bersejarah yang akan memberikan kontribusi besar bagi stabilitas dan kemakmuran kawasan”. (Lihat videonya: Peran Ki Gede Sala dalam Berdirinya Kota Solo)
Banyak yang menanti seperti apa tanggapan Arab Saudi. Belum ada indikasi bahwa kerajaan siap mengikuti langkah Bahrain dan UEA. Sebelum pengumuman perjanjian UEA-Israel pada Agustus, yang termasuk penangguhan rencana kontroversial Israel untuk mencaplok bagian Tepi Barat yang mereka kuasai, Israel tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara-negara di Teluk Arab.
Pada bulan lalu untuk pertama kalinya dilakukan penerbangan resmi dari Israel ke UEA yang dipandang sebagai langkah besar menormalisasi hubungan. (Andika Mustaqim)
Lihat Juga :
tulis komentar anda