Tim Kampanye Biden dan Trump Jadi Target Hacker Tiga Negara
Jum'at, 11 September 2020 - 21:37 WIB
WASHINGTON - Peretas yang terkait dengan Rusia , China , dan Iran berusaha memata-matai orang-orang yang terkait dengan Presiden incumbent Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden . Hal itu diungkapkan oleh perusahaan teknologi multinasional Microsoft .
Pernyataan Microsoft menyoroti bagaimana penasihat untuk kedua tim kampanye presiden berisiko jadi target mata-mata digital di seluruh dunia, karena kedua kandidat yang saling berhadapan pada pemilu 3 November dalam salah satu pemilihan presiden AS yang paling berpengaruh dalam beberapa dekade.
Pengumuman itu disampaikan oleh wakil presiden Microsoft untuk keamanan pelanggan, Tom Burt. Burt mengatakan kelompok yang dituduh melanggar email kampanye Hillary Clinton pada tahun 2016 - unit terkait intelijen militer Rusia yang secara luas dikenal sebagai Fancy Bear - tahun lalu telah menghabiskan waktu untuk mencoba membobol akun milik konsultan politik yang melayani Partai Republik dan Demokrat, serta organisasi advokasi dan lembaga think tank.(Baca juga: Dicuri Hacker, Rahasia Rudal Nuklir AS Jatuh ke Tangan Rusia )
Burt juga mengatakan peretas China juga membidik orang-orang yang terkait erat dengan kampanye dan kandidat presiden AS - termasuk sekutu Biden yang tidak disebutkan namanya yang menjadi sasaran melalui alamat email pribadi dan setidaknya satu individu terkemuka yang sebelumnya terkait dengan Administrasi Trump.
Dia menambahkan bahwa peretas Iran - yang telah disebutkan Microsoft secara terbuka untuk upaya memata-matai kampanye politik AS - sejak itu mencoba masuk ke akun milik pejabat pemerintahan Trump dan anggota staf kampanye presiden dari Partai Republik itu.
Burt tidak menyebutkan nama konsultan politik yang terlibat dan Microsoft menolak berkomentar apakah SKDKnickerbocker termasuk di antara konsultan yang telah diidentifikasi sebagai target. SKDKnickerbocker adalah sebuah perusahaan strategi kampanye dan komunikasi yang bekerja dengan Biden dan tokoh Demokrat terkemuka lainnya. SKDK menolak berkomentar.
Burt mengatakan upaya China untuk meng-compromise sekutu Biden dan mata-mata Iran terhadap kampanye Trump tidak berhasil, tetapi postingan blognya tidak memberikan detail tentang kampanye peretasan yang dikaitkan dengan Rusia atau upaya untuk meng-compromise mantan rekan Trump yang terkenal.
Secara umum, dia mengatakan bahwa peretasan oleh pihak asing semakin intensif seiring dengan semakin dekatnya pemungutan suara.(Baca juga: Hacker Bobol Data AS, Ada 89 File Indonesia Kebanyakan soal ISIS )
“Kegiatan yang kami umumkan hari ini memperjelas bahwa kelompok kegiatan asing telah meningkatkan upaya mereka menyasar Pemilu 2020 seperti yang telah diantisipasi,” kata Burt seperti dikutip dari Reuters, Jumat (11/9/2020).
Pejabat dunia maya tertinggi Departemen Keamanan Dalam Negeri, Christopher Krebs, mengatakan peringatan Microsoft konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dikeluarkan oleh komunitas intelijen tentang mata-mata Rusia, China, dan Iran yang memata-matai target terkait pemilu.
“Penting untuk disoroti bahwa tidak ada yang terlibat dalam memelihara atau mengoperasikan infrastruktur pemungutan suara dan tidak ada dampak yang teridentifikasi pada sistem pemilihan,” ungkap Krebs.(Baca juga: Tangkap Peretas Pengacau Pilpres, AS Janjikan Hadiah Rp146 Miliar )
Tim kampanye Biden dan Trump sama-sama mengatakan bahwa mereka mengetahui hal ini dan tidak terkejut karenanya.
Sekretaris Pers Kedutaan Besar Rusia Nikolay Lakhonin membantah tuduhan tersebut, mengatakan bahwa orang Amerika telah sibuk membicarakan apa yang disebut 'campur tangan' selama bertahun-tahun tanpa menyajikan apa yang dia gambarkan sebagai bukti faktual.
Sementara itu Alireza Miryousefi, juru bicara misi PBB Iran di New York, mengatakan tidak masuk akal untuk berpikir bahwa Iran akan melakukan peretasan.
Sedangkan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan bahwa China tidak tertarik dengan pemilu AS dan tidak pernah ikut campur di dalamnya.
"AS adalah kerajaan peretas," katanya, pada jumpa pers harian di Beijing.
Pernyataan Microsoft menyoroti bagaimana penasihat untuk kedua tim kampanye presiden berisiko jadi target mata-mata digital di seluruh dunia, karena kedua kandidat yang saling berhadapan pada pemilu 3 November dalam salah satu pemilihan presiden AS yang paling berpengaruh dalam beberapa dekade.
Pengumuman itu disampaikan oleh wakil presiden Microsoft untuk keamanan pelanggan, Tom Burt. Burt mengatakan kelompok yang dituduh melanggar email kampanye Hillary Clinton pada tahun 2016 - unit terkait intelijen militer Rusia yang secara luas dikenal sebagai Fancy Bear - tahun lalu telah menghabiskan waktu untuk mencoba membobol akun milik konsultan politik yang melayani Partai Republik dan Demokrat, serta organisasi advokasi dan lembaga think tank.(Baca juga: Dicuri Hacker, Rahasia Rudal Nuklir AS Jatuh ke Tangan Rusia )
Burt juga mengatakan peretas China juga membidik orang-orang yang terkait erat dengan kampanye dan kandidat presiden AS - termasuk sekutu Biden yang tidak disebutkan namanya yang menjadi sasaran melalui alamat email pribadi dan setidaknya satu individu terkemuka yang sebelumnya terkait dengan Administrasi Trump.
Dia menambahkan bahwa peretas Iran - yang telah disebutkan Microsoft secara terbuka untuk upaya memata-matai kampanye politik AS - sejak itu mencoba masuk ke akun milik pejabat pemerintahan Trump dan anggota staf kampanye presiden dari Partai Republik itu.
Burt tidak menyebutkan nama konsultan politik yang terlibat dan Microsoft menolak berkomentar apakah SKDKnickerbocker termasuk di antara konsultan yang telah diidentifikasi sebagai target. SKDKnickerbocker adalah sebuah perusahaan strategi kampanye dan komunikasi yang bekerja dengan Biden dan tokoh Demokrat terkemuka lainnya. SKDK menolak berkomentar.
Burt mengatakan upaya China untuk meng-compromise sekutu Biden dan mata-mata Iran terhadap kampanye Trump tidak berhasil, tetapi postingan blognya tidak memberikan detail tentang kampanye peretasan yang dikaitkan dengan Rusia atau upaya untuk meng-compromise mantan rekan Trump yang terkenal.
Secara umum, dia mengatakan bahwa peretasan oleh pihak asing semakin intensif seiring dengan semakin dekatnya pemungutan suara.(Baca juga: Hacker Bobol Data AS, Ada 89 File Indonesia Kebanyakan soal ISIS )
“Kegiatan yang kami umumkan hari ini memperjelas bahwa kelompok kegiatan asing telah meningkatkan upaya mereka menyasar Pemilu 2020 seperti yang telah diantisipasi,” kata Burt seperti dikutip dari Reuters, Jumat (11/9/2020).
Pejabat dunia maya tertinggi Departemen Keamanan Dalam Negeri, Christopher Krebs, mengatakan peringatan Microsoft konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dikeluarkan oleh komunitas intelijen tentang mata-mata Rusia, China, dan Iran yang memata-matai target terkait pemilu.
“Penting untuk disoroti bahwa tidak ada yang terlibat dalam memelihara atau mengoperasikan infrastruktur pemungutan suara dan tidak ada dampak yang teridentifikasi pada sistem pemilihan,” ungkap Krebs.(Baca juga: Tangkap Peretas Pengacau Pilpres, AS Janjikan Hadiah Rp146 Miliar )
Tim kampanye Biden dan Trump sama-sama mengatakan bahwa mereka mengetahui hal ini dan tidak terkejut karenanya.
Sekretaris Pers Kedutaan Besar Rusia Nikolay Lakhonin membantah tuduhan tersebut, mengatakan bahwa orang Amerika telah sibuk membicarakan apa yang disebut 'campur tangan' selama bertahun-tahun tanpa menyajikan apa yang dia gambarkan sebagai bukti faktual.
Sementara itu Alireza Miryousefi, juru bicara misi PBB Iran di New York, mengatakan tidak masuk akal untuk berpikir bahwa Iran akan melakukan peretasan.
Sedangkan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan bahwa China tidak tertarik dengan pemilu AS dan tidak pernah ikut campur di dalamnya.
"AS adalah kerajaan peretas," katanya, pada jumpa pers harian di Beijing.
(ber)
tulis komentar anda