5 Alasan Presiden Ekuador Minta Bantuan Tentara AS, Eropa dan Brasil untuk Perang Melawan Kartel Narkoba

Kamis, 20 Maret 2025 - 02:20 WIB
"Tujuh puluh persen kokain dunia keluar melalui Ekuador. Kita butuh bantuan pasukan internasional."

Dia mengatakan apa yang awalnya merupakan "geng kriminal" kini menjadi kelompok "teroris narkotika internasional" yang beranggotakan 14.000 orang bersenjata.

4. Trump Sudah Menyatakan Kartel di Amerika Latin sebagai Kelompok Teroris



Keputusan Donald Trump untuk menetapkan beberapa kartel Amerika Latin sebagai kelompok teroris telah memberi penegak hukum AS kewenangan lebih lanjut untuk memerangi mereka.

Noboa mengatakan kepada BBC bahwa dia ingin mitranya dari AS melakukan hal yang sama terhadap geng Ekuador: "Saya akan senang jika dia menganggap Los Lobos, Los Choneros, Los Tiguerones sebagai kelompok teroris karena memang itulah mereka sebenarnya."

Noboa telah memerintahkan kementerian luar negeri untuk mencari perjanjian kerja sama dengan "negara-negara sekutu" untuk mendukung polisi dan tentara Ekuador, dan juga mencari persetujuan parlemen untuk mengubah konstitusi guna mengizinkan pangkalan militer asing di Ekuador lagi.

Selain perubahan konstitusi, negara-negara lain juga harus bersedia menawarkan hal ini. Menempatkan tentara di luar negeri bisa berisiko dan mahal, tetapi ada beberapa preseden untuk itu. AS memiliki pangkalan militer untuk operasi antinarkotika di Ekuador hingga 2009, sebelum operasi ini dilarang oleh mantan Presiden Rafael Correa.

5. Tentara Bayaran Juga Bisa Jadi Solusi

Mengenai aliansi dengan sekutu Trump, Erik Prince, yang diumumkannya beberapa hari lalu, ia berkata: "Kita sedang berperang dalam perang gerilya perkotaan yang tidak konvensional. Ia memiliki pengalaman. Ia menjadi penasihat angkatan bersenjata dan polisi kita."

Prince mendirikan perusahaan militer swasta Blackwater yang telah menyediakan layanan keamanan bagi pemerintah AS tetapi juga terlibat dalam kontroversi. Ia menjual perusahaan tersebut pada tahun 2010.

Empat kontraktor Blackwater dihukum dan dipenjara karena membunuh 14 warga Irak di Lapangan Nisour, Baghdad, pada tahun 2007 dan kemudian diampuni oleh Trump pada tahun 2020.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More