Rezim Iran Dituduh Siksa Demonstran, Cabut Kuku hingga Setrum Kelamin

Kamis, 03 September 2020 - 16:26 WIB
Pengunjuk rasa lainnya mengatakan bahwa para interogatornya memerintahkan otoritas penjara untuk "menggelitiknya sedikit", yang berarti sengatan listrik tegangan rendah.

“Jika saya menolak untuk menjawab pertanyaan mereka, mereka akan menaikkan level tegangan dan memberi saya sengatan listrik yang lebih kuat,” kata korban dalam wawancara dengan Amnesty.

“Penyiksaan itu berdampak lama pada kesehatan mental dan fisik saya. Sampai hari ini, saya masih tidak bisa tidur di malam hari," katanya.

Pencambukan dan pemukulan dengan tongkat juga di antara metode yang digunakan dalam penyiksaan. Seorang pengunjuk rasa yang ditahan di Teheran mengatakan kepada Amnesty bahwa agen-agen menyiksanya dua kali. Dia dipaksa berdiri di atas bangku di mana agen Iran mengikatkan tali di lehernya, dan kemudian mendorong bangku itu dari bawah kakinya.

"Beberapa malam kemudian, agen membawanya ke halaman saat fajar, memaksanya berlutut, melepas penutup matanya, menodongkan pistol ke dahinya dan menarik pelatuknya, menembakkan peluru kosong daripada peluru tajam," imbuh laporan Amnesty.

Pengunjuk rasa lain memberi tahu Amnesty bahwa pada satu titik selama penahanannya, dia ingin mati agar bebas dari rasa sakit dan penyiksaan.

“Interogator saya menyiksa saya dengan berbagai cara...Mereka mengatakan kepada saya 'Jika Anda mati, itu akan seperti anjing sekarat. Tidak penting bagi kami jika Anda hidup atau mati'. Rasa sakitnya mengerikan," kata seorang pengunjuk rasa yang ditahan di provinsi Khorasan Razavi.

"Pelecehan psikologis termasuk ancaman pembunuhan dan ancaman untuk menangkap, menyiksa,membunuh atau melukai anggota keluarga tahanan, termasuk orang tua dan pasangan yang lanjut usia," kata sumber lain kepada Amnesty.

Masih menurut laporan itu, pihak berwenang termasuk interogator Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mencabut perawatan medis tahanan dan obat untuk luka yang diderita selama protes, termasuk akibat tembakan dan pemukulan.

Laporan Amnesty bukanlah pengungkapan pertama pelanggaran hak asasi manusia yang diderita tahanan Iran di tangan para pejabat.

Pada bulan Agustus, sebuah film dokumenter Al Arabiya mengungkapkan kejahatan terhadap wanita yang ditahan di penjara Iran termasuk penyiksaan dan pemerkosaan. Wawancaradengan mantan narapidana merinci penyiksaan brutal, serta perempuan yang belum menikah diperkosa sebelum dieksekusi.

Amnesty mengaku telah menghubungi Presiden Iran Hassan Rouhani dan kepala kehakiman Iran Ebrahim Raisi pada 19 Agustus untuk meminta komentar atas pengungkapan tersebut. Namun, sejauh ini belum ada tanggapan.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More