Pria Lebih Genius dari Einstein Ini Klaim Tahu yang Terjadi setelah Kematian, Berikut Penjelasannya
Minggu, 05 Januari 2025 - 13:08 WIB
Langan memandang Tuhan sebagai identitas sifat-sifat tertentu yang dapat dilihat di sekitar kita, tetapi belum tentu “Dewa” di surga.
Dia menyebut CTMU sebagai “Teori Segalanya” yang sejati. Teori ini didasarkan pada tiga asumsi utama, yang pertama adalah bahwa realitas terbuat dari informasi dalam bentuk bahasa.
Ini adalah salah satu pandangan tentang hipotesis simulasi diri, yang menyatakan bahwa segala sesuatu adalah informasi yang didefinisikan manusia sebagai pikiran.
Asumsi kedua adalah bahwa realitas bersifat “transtemporal”, yang berarti bahwa hal-hal dari satu garis waktu dapat memengaruhi hal-hal di garis waktu lain.
Dan yang ketiga adalah bahwa realitas yang kita simulasikan sendiri mengandung “substrat” dari informasi ini—“kesadaran bersama” yang muncul dari dalam pencipta atau simulator itu sendiri.
Dia menyebut CTMU sebagai “Teori Segalanya” yang sejati. Teori ini didasarkan pada tiga asumsi utama, yang pertama adalah bahwa realitas terbuat dari informasi dalam bentuk bahasa.
Ini adalah salah satu pandangan tentang hipotesis simulasi diri, yang menyatakan bahwa segala sesuatu adalah informasi yang didefinisikan manusia sebagai pikiran.
Asumsi kedua adalah bahwa realitas bersifat “transtemporal”, yang berarti bahwa hal-hal dari satu garis waktu dapat memengaruhi hal-hal di garis waktu lain.
Dan yang ketiga adalah bahwa realitas yang kita simulasikan sendiri mengandung “substrat” dari informasi ini—“kesadaran bersama” yang muncul dari dalam pencipta atau simulator itu sendiri.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda