Kisah Penyintas Bom Atom Toshiyuki Mimaki Tangisi Nobel, Anggap Warga Gaza Lebih Layak
Senin, 23 Desember 2024 - 14:54 WIB
TOKYO - Toshiyuki Mimaki merupakan salah seorang anggota kelompok Nihon Hidankyo, organisasi anti-senjata nuklir yang berisikan para penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, tahun 1945.
Pada Oktober lalu, organisasi tersebut menerima Hadiah Nobel Perdamaian 2024 atas upayanya mencapai dunia yang bebas senjata nuklir.
Namun, ada pemandangan menarik saat Toshiyuki Mimaki datang ke Balai Kota Hiroshima untuk menyaksikan pengumuman pemenang penghargaan tersebut. Dia tak kuasa menahan air mata dalam wawancara setelah dinyatakan sebagaii peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2024.
Mimaki awalnya terkejut mengetahui kelompoknya memenangkan penghargaan tahun ini. Di sisi lain, dia merasa warga di Jalur Gaza, Palestina, lebih layak diperhatikan karena situasinya tak jauh berbeda dengan di Jepang pada 1945.
“Saat itu saya berada di Balai Kota Hiroshima dan menyaksikan pengumuman tersebut, dan saya berharap bahwa penghargaan tahun ini akan diberikan kepada orang-orang yang bekerja untuk perdamaian di Gaza,” ucap Mimaki, seperti dikutip dari Al Jazeera Senin (23/12/2024).
Komite Nobel Norwegia mengungkap bahwa penghargaan tahun ini diberikan kepada Nihon Hidankyo atas upayanya untuk mencapai dunia yang bebas dari senjata nuklir.
Ketua Komite, Jorgen Watne Frydnes, mengatakan organisasi tersebut sudah berperan penting dalam gerakan global yang telah mencegah senjata nuklir digunakan dalam konflik selama 80 tahun.
Pada konferensi pers di Tokyo, Wakil Ketua Nihon Hidankyo Toshiyuki Mimaki (81) terlihat menahan air mata setelah kelompoknya dinyatakan sebagai peraiah Hadiah Nobel Perdamaian 2024.
Mimaki yang juga menjadi penyintas bom atom di Hiroshima membandingkan kondisi di Jepang kala itu dengan situasi di Gaza saat ini.
"Saya yakin (pemenang Hadiah Nobel Perdamaian) akan menjadi orang-orang yang bekerja keras di Gaza, seperti yang telah kita lihat," katanya kepada wartawan di Tokyo.
“Di Gaza, anak-anak yang berdarah-darah digendong oleh orang tua mereka. Seperti di Jepang 80 tahun yang lalu,” imbuh Mimaki.
Menanggapi ungkapan itu, Israel marah. Sebagai tanggapan, Duta Besar Israel untuk Jepang Gilad Cohen menyebut perbandingan itu sebagai "keterlaluan dan tidak berdasar".
Dia mengatakan perbandingan tersebut hanya mendistorsi sejarah dan mempermalukan para korban.
Gilad Cohen juga menuding bahwa Gaza sekarang diperintah oleh Hamas, organisasi yang dia sebut “teroris pembunuh” yang melakukan kejahatan perang ganda, termasuk menargetkan warga sipil Israel dan menggunakan rakyatnya sendiri sebagai tameng manusia.
Di sisi lain, Terumi Tanaka, perwakilan yang menyampaikan sambutan penerimaan Hadiah Nobel Perdamaian 2024 atas nama Nihon Hidankyo juga mengemukakan keprihatinan tentang perang yang sedang berlangsung di Palestina.
Dalam pidatonya, Tanaka mengenang “cahaya putih terang” saat jet pengebom Amerika menjatuhkan bom atom di Nagasaki pada 9 Agustus 1945, tiga hari setelah bom pertama dijatuhkan di Hiroshima.
"Banyak orang yang terluka parah atau terbakar, tetapi masih hidup, ditinggalkan begitu saja, tanpa bantuan apa pun. Saya hampir tidak memiliki emosi, entah bagaimana menutup rasa kemanusiaan saya, dan hanya berjalan dengan tegap menuju tujuan saya," katanya.
Itulah kisah Toshiyuki Mimaki menangisi Hadiah Nobel Nobel Perdamaian 2024 untuk para penyintas bom atom Jepang karena merasa warga Gaza lebih layak mendapatkannya.
Pada Oktober lalu, organisasi tersebut menerima Hadiah Nobel Perdamaian 2024 atas upayanya mencapai dunia yang bebas senjata nuklir.
Namun, ada pemandangan menarik saat Toshiyuki Mimaki datang ke Balai Kota Hiroshima untuk menyaksikan pengumuman pemenang penghargaan tersebut. Dia tak kuasa menahan air mata dalam wawancara setelah dinyatakan sebagaii peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2024.
Baca Juga
Mimaki awalnya terkejut mengetahui kelompoknya memenangkan penghargaan tahun ini. Di sisi lain, dia merasa warga di Jalur Gaza, Palestina, lebih layak diperhatikan karena situasinya tak jauh berbeda dengan di Jepang pada 1945.
“Saat itu saya berada di Balai Kota Hiroshima dan menyaksikan pengumuman tersebut, dan saya berharap bahwa penghargaan tahun ini akan diberikan kepada orang-orang yang bekerja untuk perdamaian di Gaza,” ucap Mimaki, seperti dikutip dari Al Jazeera Senin (23/12/2024).
Kisah Toshiyuki Mimaki Tangisi Hadiah Nobel Korban Bom Atom
Komite Nobel Norwegia mengungkap bahwa penghargaan tahun ini diberikan kepada Nihon Hidankyo atas upayanya untuk mencapai dunia yang bebas dari senjata nuklir.
Ketua Komite, Jorgen Watne Frydnes, mengatakan organisasi tersebut sudah berperan penting dalam gerakan global yang telah mencegah senjata nuklir digunakan dalam konflik selama 80 tahun.
Pada konferensi pers di Tokyo, Wakil Ketua Nihon Hidankyo Toshiyuki Mimaki (81) terlihat menahan air mata setelah kelompoknya dinyatakan sebagai peraiah Hadiah Nobel Perdamaian 2024.
Mimaki yang juga menjadi penyintas bom atom di Hiroshima membandingkan kondisi di Jepang kala itu dengan situasi di Gaza saat ini.
"Saya yakin (pemenang Hadiah Nobel Perdamaian) akan menjadi orang-orang yang bekerja keras di Gaza, seperti yang telah kita lihat," katanya kepada wartawan di Tokyo.
“Di Gaza, anak-anak yang berdarah-darah digendong oleh orang tua mereka. Seperti di Jepang 80 tahun yang lalu,” imbuh Mimaki.
Menanggapi ungkapan itu, Israel marah. Sebagai tanggapan, Duta Besar Israel untuk Jepang Gilad Cohen menyebut perbandingan itu sebagai "keterlaluan dan tidak berdasar".
Dia mengatakan perbandingan tersebut hanya mendistorsi sejarah dan mempermalukan para korban.
Gilad Cohen juga menuding bahwa Gaza sekarang diperintah oleh Hamas, organisasi yang dia sebut “teroris pembunuh” yang melakukan kejahatan perang ganda, termasuk menargetkan warga sipil Israel dan menggunakan rakyatnya sendiri sebagai tameng manusia.
Di sisi lain, Terumi Tanaka, perwakilan yang menyampaikan sambutan penerimaan Hadiah Nobel Perdamaian 2024 atas nama Nihon Hidankyo juga mengemukakan keprihatinan tentang perang yang sedang berlangsung di Palestina.
Dalam pidatonya, Tanaka mengenang “cahaya putih terang” saat jet pengebom Amerika menjatuhkan bom atom di Nagasaki pada 9 Agustus 1945, tiga hari setelah bom pertama dijatuhkan di Hiroshima.
"Banyak orang yang terluka parah atau terbakar, tetapi masih hidup, ditinggalkan begitu saja, tanpa bantuan apa pun. Saya hampir tidak memiliki emosi, entah bagaimana menutup rasa kemanusiaan saya, dan hanya berjalan dengan tegap menuju tujuan saya," katanya.
Itulah kisah Toshiyuki Mimaki menangisi Hadiah Nobel Nobel Perdamaian 2024 untuk para penyintas bom atom Jepang karena merasa warga Gaza lebih layak mendapatkannya.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda