Kisah Michiko, Bagaimana Seorang Gadis Hiroshima Selamat dari Bom Nuklir Amerika
loading...
A
A
A
TOKYO - Michiko Kodama baru berusia tujuh tahun saat itu, tetapi dia memiliki ingatan yang sangat jelas tentang pagi hari tanggal 6 Agustus 1945 di Hiroshima, Jepang.
“Hari itu cerah,” katanya. “Pukul 08.15, saya berada di sekolah, duduk di meja saya di depan kelas, ketika ada kilatan putih yang dahsyat dan langit-langit runtuh. Sepotong kaca tersangkut di bahu saya, dan di sekeliling saya orang-orang terjebak oleh pecahan puing, tetapi entah bagaimana semua orang masih hidup.”
Hal berikutnya yang diingatnya adalah berada di klinik sekolah tempat salah satu guru melepaskan kaca.
“Mereka merobek tirai untuk membersihkan luka kami sebaik mungkin. Kemudian ayah saya datang. Dia membaringkan saya di punggungnya dan kami berjalan pulang bersama," tutur Michiko.
Michiko adalah seorang “hibakusha” atau “orang yang terkena bom”—seorang penyintas bom nuklir yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.
Para hibakusha, termasuk keturunan dari mereka yang mengalami pengeboman tersebut, kini berjumlah sekitar 540.000 orang.
Hampir sembilan dekade sejak peristiwa mengerikan tersebut, Nihon Hidankyo, organisasi yang mewakili hibakusha, dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 11 Oktober 2024.
“Atas upayanya untuk mencapai dunia yang bebas dari senjata nuklir dan karena menunjukkan melalui kesaksian saksi bahwa senjata nuklir tidak boleh digunakan lagi," kata Nobel Foundation terkait alasan memberikan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Nihon Hidankyo.
Nihon Hidankyo didirikan pada tahun 1956 untuk meningkatkan kesadaran publik di seluruh dunia dengan memamerkan, melalui pengalaman hibakusha, efek jangka panjang senjata nuklir.
“Hari itu cerah,” katanya. “Pukul 08.15, saya berada di sekolah, duduk di meja saya di depan kelas, ketika ada kilatan putih yang dahsyat dan langit-langit runtuh. Sepotong kaca tersangkut di bahu saya, dan di sekeliling saya orang-orang terjebak oleh pecahan puing, tetapi entah bagaimana semua orang masih hidup.”
Hal berikutnya yang diingatnya adalah berada di klinik sekolah tempat salah satu guru melepaskan kaca.
“Mereka merobek tirai untuk membersihkan luka kami sebaik mungkin. Kemudian ayah saya datang. Dia membaringkan saya di punggungnya dan kami berjalan pulang bersama," tutur Michiko.
Michiko adalah seorang “hibakusha” atau “orang yang terkena bom”—seorang penyintas bom nuklir yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.
Para hibakusha, termasuk keturunan dari mereka yang mengalami pengeboman tersebut, kini berjumlah sekitar 540.000 orang.
Hampir sembilan dekade sejak peristiwa mengerikan tersebut, Nihon Hidankyo, organisasi yang mewakili hibakusha, dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 11 Oktober 2024.
“Atas upayanya untuk mencapai dunia yang bebas dari senjata nuklir dan karena menunjukkan melalui kesaksian saksi bahwa senjata nuklir tidak boleh digunakan lagi," kata Nobel Foundation terkait alasan memberikan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Nihon Hidankyo.
Nihon Hidankyo didirikan pada tahun 1956 untuk meningkatkan kesadaran publik di seluruh dunia dengan memamerkan, melalui pengalaman hibakusha, efek jangka panjang senjata nuklir.