Pemerintahan Prancis Runtuh akibat Mosi Tidak Percaya, Presiden Macron Didesak Lengser
Kamis, 05 Desember 2024 - 11:11 WIB
Macron terbang kembali ke Paris tepat sebelum pemungutan suara setelah menyelesaikan kunjungan kenegaraan tiga harinya ke Arab Saudi, yang tampaknya ingin menjauh dari krisis politik dalam negeri.
Dia berjalan-jalan pada hari Rabu pagi melalui padang pasir di oasis Al-Ula, proyek wisata ikonik Kerajaan Arab Saudi, sambil mengagumi bangunan-bangunan bersejarah. Setelah mendarat di negaranya, dia langsung menuju Istana Elysee.
Pada hari Selasa, Macron menuduh kubu sayap kanan pimpinan Marine Le Pen bersikap "sinisme yang tak tertahankan" saat mendukung usulan mosi tidak percaya tersebut.
Tidak ada Pemilu baru yang dapat diadakan dalam waktu satu tahun sejak pemungutan suara musim panas lalu, sehingga mempersempit pilihan Macron.
Laurent Wauquiez, kepala deputi kubu sayap kanan di Parlemen, mengatakan kubu sayap kanan dan sayap kiri bertanggung jawab atas mosi tidak percaya yang akan "menjerumuskan negara ke dalam ketidakstabilan".
Beberapa pihak menyarankan Macron sendiri harus mengundurkan diri untuk memecah kebuntuan.
Namun Macron menolak seruan tersebut, dengan mengatakan skenario seperti itu sama saja dengan "fiksi politik".
"Terus terang tidak pantas mengatakan hal-hal ini," kata Macron saat perjalanan ke Arab Saudi.
Eric Coquerel, seorang anggota Parlemen berhaluan kiri garis keras, mengatakan mosi tidak percaya terhadap PM Barnier menandakan "lonceng kematian mandat Emmanuel Macron".
Dengan pasar yang gelisah dan Prancis bersiap menghadapi aksi mogok sektor publik atas ancaman pemotongan anggaran yang akan menutup sekolah dan mengganggu lalu lintas udara dan kereta api, ada rasa krisis yang semakin meningkat.
Dia berjalan-jalan pada hari Rabu pagi melalui padang pasir di oasis Al-Ula, proyek wisata ikonik Kerajaan Arab Saudi, sambil mengagumi bangunan-bangunan bersejarah. Setelah mendarat di negaranya, dia langsung menuju Istana Elysee.
Pada hari Selasa, Macron menuduh kubu sayap kanan pimpinan Marine Le Pen bersikap "sinisme yang tak tertahankan" saat mendukung usulan mosi tidak percaya tersebut.
Tidak ada Pemilu baru yang dapat diadakan dalam waktu satu tahun sejak pemungutan suara musim panas lalu, sehingga mempersempit pilihan Macron.
Laurent Wauquiez, kepala deputi kubu sayap kanan di Parlemen, mengatakan kubu sayap kanan dan sayap kiri bertanggung jawab atas mosi tidak percaya yang akan "menjerumuskan negara ke dalam ketidakstabilan".
Beberapa pihak menyarankan Macron sendiri harus mengundurkan diri untuk memecah kebuntuan.
Namun Macron menolak seruan tersebut, dengan mengatakan skenario seperti itu sama saja dengan "fiksi politik".
"Terus terang tidak pantas mengatakan hal-hal ini," kata Macron saat perjalanan ke Arab Saudi.
Eric Coquerel, seorang anggota Parlemen berhaluan kiri garis keras, mengatakan mosi tidak percaya terhadap PM Barnier menandakan "lonceng kematian mandat Emmanuel Macron".
Dengan pasar yang gelisah dan Prancis bersiap menghadapi aksi mogok sektor publik atas ancaman pemotongan anggaran yang akan menutup sekolah dan mengganggu lalu lintas udara dan kereta api, ada rasa krisis yang semakin meningkat.
Lihat Juga :
tulis komentar anda