Cara Mohammed bin Salman Ubah Tatanan Dunia: Jinakkan AS Pakai Minyak, Berdamai dengan Iran
Selasa, 26 November 2024 - 10:09 WIB
RIYADH - Kebijakan Kerajaan Arab Saudi berubah di tangan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini bahkan menggunakan strategi pintar untuk mencoba mengubah tatanan dunia.
Mengutip Bloomberg, Selasa (26/11/2024), gebrakannya terlihat ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyapanya dengan mengepalkan tangan di pintu masuk Istana Kerajaan Al Salam di Jeddah.
Saat itu bulan Juli 2022, dan hanya dua tahun sebelumnya, Biden telah bersumpah untuk menjadikan Arab Saudi sebagai "paria" atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Namun dengan melonjaknya harga minyak, presiden AS itu tidak mampu lagi menjadikan putra mahkota sebagai musuh. Dengan kekuatan minyak, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) justru menjinakkan pemerintahan Biden.
Bagi Pangeran MBS, pemulihan hubungan diplomatik tidak mungkin terjadi pada waktu yang lebih baik. Perang di Ukraina—yang menaikkan harga minyak—telah memberinya pengaruh yang dia butuhkan untuk menempatkan Arab Saudi di pusat tatanan dunia yang berubah dengan cepat, dan untuk menampilkan dirinya sebagai pihak yang terlibat secara global dan sabar secara strategis.
Ketika Biden meminta Putra Mahkota MBS menurunkan harga minyak, dia menolaknya. Para diplomat Amerika terkejut, tetapi putra mahkota tersebut membutuhkan pendapatan minyak agar tetap mengalir.
Naiknya Putra Mahkota Mohammed ke tampuk kekuasaan ditandai dengan pengeluaran yang boros, reformasi budaya yang berani, dan perang yang menghancurkan di Yaman.
Pangeran muda yang percaya diri itu telah mengguncang Arab Saudi hingga ke dasarnya. Namun, pertemuan tahun 2022 dengan Biden menunjukkan bahwa putra mahkota, meskipun tidak kalah ambisius, semakin selaras dengan posisinya di panggung dunia.
Mengutip Bloomberg, Selasa (26/11/2024), gebrakannya terlihat ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyapanya dengan mengepalkan tangan di pintu masuk Istana Kerajaan Al Salam di Jeddah.
Saat itu bulan Juli 2022, dan hanya dua tahun sebelumnya, Biden telah bersumpah untuk menjadikan Arab Saudi sebagai "paria" atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Namun dengan melonjaknya harga minyak, presiden AS itu tidak mampu lagi menjadikan putra mahkota sebagai musuh. Dengan kekuatan minyak, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) justru menjinakkan pemerintahan Biden.
Bagi Pangeran MBS, pemulihan hubungan diplomatik tidak mungkin terjadi pada waktu yang lebih baik. Perang di Ukraina—yang menaikkan harga minyak—telah memberinya pengaruh yang dia butuhkan untuk menempatkan Arab Saudi di pusat tatanan dunia yang berubah dengan cepat, dan untuk menampilkan dirinya sebagai pihak yang terlibat secara global dan sabar secara strategis.
Ketika Biden meminta Putra Mahkota MBS menurunkan harga minyak, dia menolaknya. Para diplomat Amerika terkejut, tetapi putra mahkota tersebut membutuhkan pendapatan minyak agar tetap mengalir.
Naiknya Putra Mahkota Mohammed ke tampuk kekuasaan ditandai dengan pengeluaran yang boros, reformasi budaya yang berani, dan perang yang menghancurkan di Yaman.
Guncang Arab Saudi hingga ke Dasarnya
Pangeran muda yang percaya diri itu telah mengguncang Arab Saudi hingga ke dasarnya. Namun, pertemuan tahun 2022 dengan Biden menunjukkan bahwa putra mahkota, meskipun tidak kalah ambisius, semakin selaras dengan posisinya di panggung dunia.
tulis komentar anda