IMF Proyeksikan Perekonomian China Merosot di Tengah Perang Dagang dengan AS
Minggu, 03 November 2024 - 10:40 WIB
China juga dalam tanggapannya menerapkan beberapa tarif sementara yang baru dan lebih tinggi pada sejumlah impor AS dan UE di saat ketegangannya dengan AS terus berlanjut.
Pernyataan Gopinath seputar kenaikan tarif oleh negara-negara ini menunjukkan bahwa hal itu cenderung berdampak buruk kepada semua pihak. Mengenai hubungan dagang AS-China dan dampak globalnya, dia berkata: “Hasil akan jauh lebih rendah daripada yang kami proyeksikan untuk semua negara di dunia, dan akan ada tekanan pada inflasi, jadi itu bukan arah yang seharusnya kita tuju.”
Komentar Gopinath muncul setelah Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyatakan kekhawatirannya tentang bagaimana perdagangan global tidak lagi bergantung pada praktik perdagangan yang baik, dan sekarang sebagian besarnya didorong tindakan perdagangan balasan yang diambil suatu negara terhadap para pesaingnya.
Tim Adams, CEO Institute of International Finance, juga memperingatkan terhadap usulan tarif yang datang dari calon presiden AS Donald Trump karena hal itu dapat membuka jalan bagi disinflasi dan akhirnya mengarah pada suku bunga yang meroket.
Gopinath dari IMF mengindikasikan bahwa stabilitas ekonomi dunia bergantung pada hubungan AS-China yang baik, dan tidak ada yang lebih baik jika ‘rasa kewarasan’ berlaku di antara negara-negara terkemuka. “Menjaga hubungan ini tetap stabil telah menjadi kepentingan semua pihak,” katanya.
Dalam laporan Prospek Ekonomi Dunia 2024, IMF mengatakan bahwa penggunaan kebijakan proteksionis yang berkelanjutan oleh sejumlah negara da[at memicu penurunan pertumbuhan ekonomi secara global.
IMF juga mengatakan bahwa ekonomi AS telah menjadi penggerak utama pertumbuhan global hingga akhir tahun ini dan tahun 2025, tetapi ekonomi China yang tergelincirlah yang berjuang melawan inflasi, dan aksi saling serang antar kedua negara itu telah menyebabkan meroketnya suku bunga tinggi di kancah global.
Laporan IMF selanjutnya menunjukkan bahwa pasar negara berkembang seperti India dan Brasil telah menonjol dalam hal peningkatan perkiraan IMF. Tetapi China, negara dengan ekonomi nomor dua dunia, telah bernasib di bawah ekspektasi pada 2024 dengan tingkat pertumbuhan di bawah tren sebesar 4,5 persen dan diperkirakan tergelincir di tahun 2025.
Meroketnya Suku Bunga
Pernyataan Gopinath seputar kenaikan tarif oleh negara-negara ini menunjukkan bahwa hal itu cenderung berdampak buruk kepada semua pihak. Mengenai hubungan dagang AS-China dan dampak globalnya, dia berkata: “Hasil akan jauh lebih rendah daripada yang kami proyeksikan untuk semua negara di dunia, dan akan ada tekanan pada inflasi, jadi itu bukan arah yang seharusnya kita tuju.”
Komentar Gopinath muncul setelah Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyatakan kekhawatirannya tentang bagaimana perdagangan global tidak lagi bergantung pada praktik perdagangan yang baik, dan sekarang sebagian besarnya didorong tindakan perdagangan balasan yang diambil suatu negara terhadap para pesaingnya.
Tim Adams, CEO Institute of International Finance, juga memperingatkan terhadap usulan tarif yang datang dari calon presiden AS Donald Trump karena hal itu dapat membuka jalan bagi disinflasi dan akhirnya mengarah pada suku bunga yang meroket.
Gopinath dari IMF mengindikasikan bahwa stabilitas ekonomi dunia bergantung pada hubungan AS-China yang baik, dan tidak ada yang lebih baik jika ‘rasa kewarasan’ berlaku di antara negara-negara terkemuka. “Menjaga hubungan ini tetap stabil telah menjadi kepentingan semua pihak,” katanya.
Dalam laporan Prospek Ekonomi Dunia 2024, IMF mengatakan bahwa penggunaan kebijakan proteksionis yang berkelanjutan oleh sejumlah negara da[at memicu penurunan pertumbuhan ekonomi secara global.
IMF juga mengatakan bahwa ekonomi AS telah menjadi penggerak utama pertumbuhan global hingga akhir tahun ini dan tahun 2025, tetapi ekonomi China yang tergelincirlah yang berjuang melawan inflasi, dan aksi saling serang antar kedua negara itu telah menyebabkan meroketnya suku bunga tinggi di kancah global.
Perang Dagang AS-China
Laporan IMF selanjutnya menunjukkan bahwa pasar negara berkembang seperti India dan Brasil telah menonjol dalam hal peningkatan perkiraan IMF. Tetapi China, negara dengan ekonomi nomor dua dunia, telah bernasib di bawah ekspektasi pada 2024 dengan tingkat pertumbuhan di bawah tren sebesar 4,5 persen dan diperkirakan tergelincir di tahun 2025.
Lihat Juga :
tulis komentar anda