Banyak Tentara Israel Mulai Kecewa dan Lelah Berperang di Gaza, Ini Alasannya
Selasa, 22 Oktober 2024 - 12:42 WIB
TEL AVIV - Sebuah laporan media Zionis mengungkap banyak tentara Israel merasa kecewa dan lelah dengan pertempuran di Gaza dan wilayah konflik; Lebanon dan Tepi Barat.
Hal itu menyebabkan beberapa dari mereka menolak untuk kembali ke medan perang.
Media Zionis, HaMakom, telah mewawancarai lebih dari 20 orang tua dan serdadu di berbagai batalion yang telah mengungkapkan meningkatnya ketidakpuasan di antara para prajurit.
Di antara Brigade Nahal, para prajurit menghabiskan waktu lima minggu untuk bertempur di Gaza sebelum kembali ke rumah untuk beristirahat, sesuatu yang telah mereka lakukan 11 kali sejauh ini sejak awal pertempuran pada Oktober 2023.
Namun, menurut laporan HaMakom, selama pengerahan ke-11 hanya enam prajurit dari satu peleton yang terdiri dari 30 orang yang muncul, sementara yang lain mencari-cari alasan.
"Saya menyebutnya penolakan dan pemberontakan," kata Inbal, ibu dari salah satu prajurit di peleton tersebut, berbicara kepada HaMakom.
"Mereka terus kembali ke gedung yang sama yang telah mereka bersihkan, hanya untuk menemukan mereka kembali terjebak dalam perangkap. Di lingkungan Zaytoun saja [di Kota Gaza], mereka telah berada di sana tiga kali. Mereka mengerti bahwa itu sia-sia dan tidak ada gunanya," papar Inbal.
Semua orang yang diwawancarai dalam laporan tersebut berbicara secara anonim karena takut akan menghadapi penindasan dari militer.
"Yang membunuh mereka adalah kondisi dan durasi pertempuran tanpa akhir yang terlihat. Anda tidak pernah tahu kapan Anda akan keluar dan sudah seperti ini selama setahun," kata orang tua lainnya, Eidit.
Militer Israel telah menerbitkan nama-nama lebih dari 750 tentara yang tewas sejak perang dimulai pada Oktober tahun lalu, termasuk lebih dari 350 yang tewas selama operasi darat di Gaza.
Setidaknya 43 tentara Israel tewas dalam serangan dan operasi darat di garis depan utara perang di sepanjang perbatasan Lebanon.
Seorang tentara lainnya mengatakan kepada HaMakom bahwa misi "dilakukan setengah-setengah" sebagai akibat dari kurangnya personel.
"Peleton-peleton itu kosong; mereka yang tidak tewas atau terluka secara fisik mengalami gangguan mental. Sangat sedikit yang kembali untuk bertempur, dan bahkan mereka tidak sepenuhnya baik-baik saja," kata para tentara Israel kepada HaMakom, yang dilansir Middle East Eye, Selasa (22/10/2024).
Hal itu menyebabkan beberapa dari mereka menolak untuk kembali ke medan perang.
Media Zionis, HaMakom, telah mewawancarai lebih dari 20 orang tua dan serdadu di berbagai batalion yang telah mengungkapkan meningkatnya ketidakpuasan di antara para prajurit.
Baca Juga
Di antara Brigade Nahal, para prajurit menghabiskan waktu lima minggu untuk bertempur di Gaza sebelum kembali ke rumah untuk beristirahat, sesuatu yang telah mereka lakukan 11 kali sejauh ini sejak awal pertempuran pada Oktober 2023.
Namun, menurut laporan HaMakom, selama pengerahan ke-11 hanya enam prajurit dari satu peleton yang terdiri dari 30 orang yang muncul, sementara yang lain mencari-cari alasan.
"Saya menyebutnya penolakan dan pemberontakan," kata Inbal, ibu dari salah satu prajurit di peleton tersebut, berbicara kepada HaMakom.
"Mereka terus kembali ke gedung yang sama yang telah mereka bersihkan, hanya untuk menemukan mereka kembali terjebak dalam perangkap. Di lingkungan Zaytoun saja [di Kota Gaza], mereka telah berada di sana tiga kali. Mereka mengerti bahwa itu sia-sia dan tidak ada gunanya," papar Inbal.
Semua orang yang diwawancarai dalam laporan tersebut berbicara secara anonim karena takut akan menghadapi penindasan dari militer.
"Yang membunuh mereka adalah kondisi dan durasi pertempuran tanpa akhir yang terlihat. Anda tidak pernah tahu kapan Anda akan keluar dan sudah seperti ini selama setahun," kata orang tua lainnya, Eidit.
Militer Israel telah menerbitkan nama-nama lebih dari 750 tentara yang tewas sejak perang dimulai pada Oktober tahun lalu, termasuk lebih dari 350 yang tewas selama operasi darat di Gaza.
Setidaknya 43 tentara Israel tewas dalam serangan dan operasi darat di garis depan utara perang di sepanjang perbatasan Lebanon.
Seorang tentara lainnya mengatakan kepada HaMakom bahwa misi "dilakukan setengah-setengah" sebagai akibat dari kurangnya personel.
"Peleton-peleton itu kosong; mereka yang tidak tewas atau terluka secara fisik mengalami gangguan mental. Sangat sedikit yang kembali untuk bertempur, dan bahkan mereka tidak sepenuhnya baik-baik saja," kata para tentara Israel kepada HaMakom, yang dilansir Middle East Eye, Selasa (22/10/2024).
(mas)
tulis komentar anda