Kisah Maya Ghazal, Pengungsi Cantik Pertama di Dunia yang Jadi Pilot Penerbangan
Minggu, 20 Oktober 2024 - 11:46 WIB
LONDON - Perempuan cantik ini bernama Maya Ghazal. Dia adalah warga Suriah yang mengungsi ke Inggris sejak 2015, dan kini tercatat sebagai pengungsi pertama di dunia yang menjadi pilot penerbangan.
Maya Ghazal memperoleh lisensi pilot di Inggris setelah mengatasi banyak rintangan yang menghalangi ambisinya.
Perjalanan Maya dari Suriah ke langit Inggris bukan sekadar pencapaian pribadi, tetapi simbol kekuatan dan tekad, karena Maya tidak hanya mengatasi kesulitan mencari suaka, tetapi juga mencapai prestasi luar biasa—membuktikan bahwa harapan dan kerja keras dapat mengubah mimpi menjadi kenyataan, bahkan dalam keadaan yang paling sulit sekalipun.
Maya lahir di Suriah dan menghabiskan masa kecilnya di Damaskus sebelum dia dan keluarganya terpaksa melarikan diri dari perang yang pecah di negaranya.
Dia tiba di Inggris bersama keluarganya sebagai pengungsi pada tahun 2015, saat dia berusia 16 tahun.
Meskipun mengalami kesulitan sebagai pengungsi muda di negara baru, Maya tetap berpegang pada mimpinya dan memulai pendidikannya di Inggris.
Awalnya, sulit bagi Maya untuk beradaptasi dengan lingkungan baru di Inggris, karena dia menghadapi tantangan bahasa dan budaya, serta diskriminasi dan prasangka yang mungkin dihadapi pengungsi di masyarakat.
Namun, alih-alih menyerah pada tantangan ini, Maya bekerja keras untuk meningkatkan bahasa Inggrisnya dan berintegrasi ke dalam masyarakat Inggris.
Maya Ghazal memperoleh lisensi pilot di Inggris setelah mengatasi banyak rintangan yang menghalangi ambisinya.
Perjalanan Maya dari Suriah ke langit Inggris bukan sekadar pencapaian pribadi, tetapi simbol kekuatan dan tekad, karena Maya tidak hanya mengatasi kesulitan mencari suaka, tetapi juga mencapai prestasi luar biasa—membuktikan bahwa harapan dan kerja keras dapat mengubah mimpi menjadi kenyataan, bahkan dalam keadaan yang paling sulit sekalipun.
Maya lahir di Suriah dan menghabiskan masa kecilnya di Damaskus sebelum dia dan keluarganya terpaksa melarikan diri dari perang yang pecah di negaranya.
Dia tiba di Inggris bersama keluarganya sebagai pengungsi pada tahun 2015, saat dia berusia 16 tahun.
Meskipun mengalami kesulitan sebagai pengungsi muda di negara baru, Maya tetap berpegang pada mimpinya dan memulai pendidikannya di Inggris.
Awalnya, sulit bagi Maya untuk beradaptasi dengan lingkungan baru di Inggris, karena dia menghadapi tantangan bahasa dan budaya, serta diskriminasi dan prasangka yang mungkin dihadapi pengungsi di masyarakat.
Namun, alih-alih menyerah pada tantangan ini, Maya bekerja keras untuk meningkatkan bahasa Inggrisnya dan berintegrasi ke dalam masyarakat Inggris.
Lihat Juga :
tulis komentar anda