Rusia Geram NATO Latihan Senjata Nuklir Kerahkan 60 Pesawat Termasuk F-35
Selasa, 15 Oktober 2024 - 07:09 WIB
MOSKOW - Rusia geram dengan langkah NATO yang menggelar latihan senjata nuklir dengan mengerahkan 2.000 tentara dan sekitar 60 pesawat termasuk F-35A dan B-52.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan latihan senjata nuklir Steadfast Noon yang dimulai Senin kemarin tidak tepat waktu dan memicu ketegangan mengingat "perang panas" yang terjadi di Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menyebut manuver besar-besaran yang melibatkan 13 negara ini sebagai unjuk kemampuan pencegahan yang kuat dengan latar belakang retorika nuklir yang meningkat dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
Latihan tempur Steadfast Noon diselenggarakan oleh Belgia dan Belanda.
"Dalam kondisi perang panas, yang sedang berlangsung dalam kerangka konflik Ukraina, latihan seperti itu tidak akan menghasilkan apa-apa selain eskalasi ketegangan lebih lanjut," kata Peskov, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (15/10/2024).
Peskov juga mengatakan tidak mungkin mengadakan perundingan senjata nuklir dengan Amerika Serikat (AS)—sesuatu yang telah diisyaratkan Washington bahwa mereka terbuka untuk itu—, karena negara-negara nuklir Barat terlibat dalam konflik melawan Rusia dan oleh karena itu perundingan keamanan apa pun harus memiliki cakupan yang jauh lebih luas.
Presiden AS Joe Biden mengatakan setelah pemberian Hadiah Nobel Perdamaian Jumat lalu kepada Nihon Hidankyo—sebuah gerakan warga Jepang yang selamat dari bom atom AS yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia II—bahwa AS siap untuk terlibat dalam perundingan dengan Rusia, China, dan Korea Utara tanpa prasyarat untuk mengurangi ancaman nuklir.
"Dalam konteks perang yang dilancarkan terhadap Rusia dengan keterlibatan tidak langsung dan bahkan langsung dari negara-negara nuklir seperti Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Prancis, sama sekali tidak mungkin untuk membicarakan hal ini tanpa menghubungkan masalah tersebut dengan semua aspek keamanan lainnya," kata Peskov.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan latihan senjata nuklir Steadfast Noon yang dimulai Senin kemarin tidak tepat waktu dan memicu ketegangan mengingat "perang panas" yang terjadi di Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menyebut manuver besar-besaran yang melibatkan 13 negara ini sebagai unjuk kemampuan pencegahan yang kuat dengan latar belakang retorika nuklir yang meningkat dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
Latihan tempur Steadfast Noon diselenggarakan oleh Belgia dan Belanda.
"Dalam kondisi perang panas, yang sedang berlangsung dalam kerangka konflik Ukraina, latihan seperti itu tidak akan menghasilkan apa-apa selain eskalasi ketegangan lebih lanjut," kata Peskov, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (15/10/2024).
Peskov juga mengatakan tidak mungkin mengadakan perundingan senjata nuklir dengan Amerika Serikat (AS)—sesuatu yang telah diisyaratkan Washington bahwa mereka terbuka untuk itu—, karena negara-negara nuklir Barat terlibat dalam konflik melawan Rusia dan oleh karena itu perundingan keamanan apa pun harus memiliki cakupan yang jauh lebih luas.
Presiden AS Joe Biden mengatakan setelah pemberian Hadiah Nobel Perdamaian Jumat lalu kepada Nihon Hidankyo—sebuah gerakan warga Jepang yang selamat dari bom atom AS yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia II—bahwa AS siap untuk terlibat dalam perundingan dengan Rusia, China, dan Korea Utara tanpa prasyarat untuk mengurangi ancaman nuklir.
"Dalam konteks perang yang dilancarkan terhadap Rusia dengan keterlibatan tidak langsung dan bahkan langsung dari negara-negara nuklir seperti Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Prancis, sama sekali tidak mungkin untuk membicarakan hal ini tanpa menghubungkan masalah tersebut dengan semua aspek keamanan lainnya," kata Peskov.
tulis komentar anda