Donald Trump Nyaris Dibunuh Pria Bersenjata untuk Ketiga Kalinya
Senin, 14 Oktober 2024 - 08:38 WIB
WASHINGTON - Donald Trump, mantan presiden yang juga calon presiden Amerika Serikat (AS), menjadi target pembunuhan oleh pria bersenjata untuk ketiga kalinya.
Upaya pembunuhan yang ketiga ini terjadi pada Sabtu pekan lalu waktu Amerika. Upaya ini digagalkan oleh petugas penegak hukum yang menangkap tersangka di luar area kampanye Trump di Coachella, California.
Menurut sheriff setempat, tersangka membawa senjata dan kartu pers palsu.
Tersangka, yang diidentifikasi sebagai Vem Miller (49), asal Las Vegas, ditangkap di sebuah pos pemeriksaan di luar area kampanye dengan senapan yang dimiliki secara ilegal, pistol berisi peluru, dan magasin berkapasitas tinggi.
Rincian tersangka dan senjatanya itu diumumkan Kantor Sheriff Riverside County pada hari Minggu, sebagaimana dilansir Russia Today, Senin (14/10/2024).
Sheriff Riverside County Chad Bianco mengatakan kepada media lokal bahwa Miller telah menunjukkan kartu VIP dan kartu pers palsu di pos pemeriksaan.
"Itu cukup berbeda untuk membuat para deputi waspada," kata Bianco kepada Press-Enterprise.
"Kami mungkin menghentikan upaya pembunuhan lainnya," lanjut dia.
Bianco menggambarkan Miller sebagai "sovereign citizen"—merujuk pada sekelompok kecil penganut kebebasan ekstrem yang percaya bahwa pemerintah tidak dapat secara hukum menjalankan wewenang atas mereka.
Bianco mengatakan Miller adalah seorang Republikan yang terdaftar, yang memegang gelar master dari University of California, Los Angeles, dan mencalonkan diri untuk majelis negara bagian di Nevada pada tahun 2022.
Miller belum mengonfirmasi atau membantah bahwa dia bermaksud membunuh Trump, kata Bianco.
Tersangka berusia 49 tahun itu dibebaskan dengan jaminan USD5.000 dan akan muncul di pengadilan pada bulan Januari nanti dengan dakwaan kepemilikan senjata api ilegal.
Trump telah selamat dari dua upaya pembunuhan selama tiga bulan terakhir.
Calon presiden dari Partai Republik itu nyaris tewas dalam sebuah kampanye di Pennsylvania pada bulan Juli, ketika sebuah peluru yang ditembakkan dari jarak sekitar 150 meter menyerempet telinganya.
Pria bersenjata itu melepaskan tembakan dari atap yang entah kenapa tidak dijaga oleh Secret Service, dan berhasil membunuh seorang peserta kampanye dan melukai dua lainnya sebelum dia ditembak mati oleh seorang sniper Secret Service.
Upaya kedua terjadi di lapangan golf Trump di West Palm Beach, Florida, pada bulan September. Saat itu, seorang pria bersenjata yang membidik Trump dari balik semak-semak dikejutkan oleh agen Secret Service dan ditangkap setelah dia melarikan diri dari tempat kejadian.
Tersangka, yang diidentifikasi sebagai Ryan Wesley Routh, telah gagal mencoba bergabung dengan militer Ukraina pada tahun 2022, dan setelah itu memulai skema untuk merekrut mantan pasukan komando Afghanistan untuk bertempur di pihak Kyiv.
Agen intelijen Amerika telah mengeklaim bahwa Iran berusaha membunuh Trump, dan Presiden Joe Biden telah memperingatkan Teheran bahwa dia akan memperlakukan serangan terhadap mantan saingan politiknya sebagai tindakan perang.
Anggota Parlemen AS dari Partai Republik Matt Gaetz mengeklaim bulan lalu bahwa saat ini ada lima "tim pembunuh" di AS yang mencoba membunuh Trump, tiga di antaranya terkait dengan Iran, Pakistan, dan Ukraina.
Teori lain yang populer di kalangan Partai Republik adalah bahwa seorang mata-mata di dalam Secret Service membocorkan informasi kepada tim pembunuh bayaran tersebut, kata Gaetz kepada Breitbart News.
Biden mengatakan pada hari Jumat bahwa dia telah memerintahkan Secret Service untuk melindungi Trump seolah-olah dia adalah presiden yang sedang menjabat, dan memberinya bantuan keamanan apa pun yang diminta tim kampanyenya.
Upaya pembunuhan yang ketiga ini terjadi pada Sabtu pekan lalu waktu Amerika. Upaya ini digagalkan oleh petugas penegak hukum yang menangkap tersangka di luar area kampanye Trump di Coachella, California.
Menurut sheriff setempat, tersangka membawa senjata dan kartu pers palsu.
Tersangka, yang diidentifikasi sebagai Vem Miller (49), asal Las Vegas, ditangkap di sebuah pos pemeriksaan di luar area kampanye dengan senapan yang dimiliki secara ilegal, pistol berisi peluru, dan magasin berkapasitas tinggi.
Rincian tersangka dan senjatanya itu diumumkan Kantor Sheriff Riverside County pada hari Minggu, sebagaimana dilansir Russia Today, Senin (14/10/2024).
Sheriff Riverside County Chad Bianco mengatakan kepada media lokal bahwa Miller telah menunjukkan kartu VIP dan kartu pers palsu di pos pemeriksaan.
"Itu cukup berbeda untuk membuat para deputi waspada," kata Bianco kepada Press-Enterprise.
"Kami mungkin menghentikan upaya pembunuhan lainnya," lanjut dia.
Bianco menggambarkan Miller sebagai "sovereign citizen"—merujuk pada sekelompok kecil penganut kebebasan ekstrem yang percaya bahwa pemerintah tidak dapat secara hukum menjalankan wewenang atas mereka.
Bianco mengatakan Miller adalah seorang Republikan yang terdaftar, yang memegang gelar master dari University of California, Los Angeles, dan mencalonkan diri untuk majelis negara bagian di Nevada pada tahun 2022.
Miller belum mengonfirmasi atau membantah bahwa dia bermaksud membunuh Trump, kata Bianco.
Tersangka berusia 49 tahun itu dibebaskan dengan jaminan USD5.000 dan akan muncul di pengadilan pada bulan Januari nanti dengan dakwaan kepemilikan senjata api ilegal.
Trump telah selamat dari dua upaya pembunuhan selama tiga bulan terakhir.
Calon presiden dari Partai Republik itu nyaris tewas dalam sebuah kampanye di Pennsylvania pada bulan Juli, ketika sebuah peluru yang ditembakkan dari jarak sekitar 150 meter menyerempet telinganya.
Pria bersenjata itu melepaskan tembakan dari atap yang entah kenapa tidak dijaga oleh Secret Service, dan berhasil membunuh seorang peserta kampanye dan melukai dua lainnya sebelum dia ditembak mati oleh seorang sniper Secret Service.
Upaya kedua terjadi di lapangan golf Trump di West Palm Beach, Florida, pada bulan September. Saat itu, seorang pria bersenjata yang membidik Trump dari balik semak-semak dikejutkan oleh agen Secret Service dan ditangkap setelah dia melarikan diri dari tempat kejadian.
Tersangka, yang diidentifikasi sebagai Ryan Wesley Routh, telah gagal mencoba bergabung dengan militer Ukraina pada tahun 2022, dan setelah itu memulai skema untuk merekrut mantan pasukan komando Afghanistan untuk bertempur di pihak Kyiv.
Agen intelijen Amerika telah mengeklaim bahwa Iran berusaha membunuh Trump, dan Presiden Joe Biden telah memperingatkan Teheran bahwa dia akan memperlakukan serangan terhadap mantan saingan politiknya sebagai tindakan perang.
Anggota Parlemen AS dari Partai Republik Matt Gaetz mengeklaim bulan lalu bahwa saat ini ada lima "tim pembunuh" di AS yang mencoba membunuh Trump, tiga di antaranya terkait dengan Iran, Pakistan, dan Ukraina.
Teori lain yang populer di kalangan Partai Republik adalah bahwa seorang mata-mata di dalam Secret Service membocorkan informasi kepada tim pembunuh bayaran tersebut, kata Gaetz kepada Breitbart News.
Biden mengatakan pada hari Jumat bahwa dia telah memerintahkan Secret Service untuk melindungi Trump seolah-olah dia adalah presiden yang sedang menjabat, dan memberinya bantuan keamanan apa pun yang diminta tim kampanyenya.
(mas)
tulis komentar anda