Awas Perang Pecah! Korut Siap Tembakkan Artileri ke Korsel
Senin, 14 Oktober 2024 - 08:11 WIB
PYONGYANG - Militer Korea Utara (Korut) telah memerintahkan unit artileri garis depan untuk bersiap sepenuhnya melepaskan tembakan ke Korea Selatan (Korsel).
Perintah itu muncul setelah pesawat nirawak asal Korea Selatan menjatuhkan selebaran propaganda di atas Pyongyang.
Pemerintah Korea Utara mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa Korea Selatan menerbangkan pesawat nirawak yang membawa selebaran propaganda di atas ibu kota pada tiga kesempatan terpisah bulan ini, termasuk dua penerbangan awal minggu lalu.
Sementara Korea Utara telah menanggapi kampanye propaganda sebelumnya dengan mengirimkan balon berisi sampah dan kotoran ke Korea Selatan, insiden terbaru memerlukan respons militer, menurut laporan kantor berita pemerintah Korut, KCNA, Senin (14/10/2024).
“Staf Umum [Tentara Rakyat Korea] mengeluarkan perintah operasi pendahuluan pada 12 Oktober kepada unit artileri gabungan di sepanjang perbatasan untuk bersiap sepenuhnya untuk melepaskan tembakan,” tulis KCNA, mengutip Kementerian Pertahanan Korea Utara.
"Perintah tersebut menempatkan delapan brigade artileri yang dipersenjatai lengkap dengan kekuatan penuh masa perang dalam keadaan siaga untuk melepaskan tembakan,” lanjut laporan tersebut.
Korea Utara diyakni telah menempatkan lebih dari 10.000 artileri di sepanjang perbatasan selatannya, 6.000 di antaranya berada dalam jangkauan pusat populasi utama Korea Selatan, menurut laporan tahun 2020 oleh RAND Corporation—sebuah lembaga think tank yang didanai oleh militer AS.
Jika perang pecah antara kedua Korea, lebih dari 205.000 orang dapat tewas di Seoul, Incheon, Gimpo, dan kota-kota Korea Selatan lainnya dalam waktu satu jam, menurut perkiraan laporan RAND.
Dalam pernyataan yang dimuat KCNA pada hari Minggu, Kim Yo-jong—adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un—memperingatkan bahwa Pyongyang memandang penyebaran selebaran oleh Korea Selatan sebagai provokasi serius yang bermotif politik dan pelanggaran kedaulatan.
"Saat pesawat nirawak [Korea Selatan] ditemukan di langit di atas ibu kota kami sekali lagi, tentu akan menyebabkan bencana yang mengerikan," kata Kim Yo-jong.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Yong-hyun awalnya membantah telah mengirim pesawat nirawak ke wilayah udara Korea Utara.
Namun, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan kemudian menyatakan bahwa mereka tidak dapat memastikan apakah tuduhan Korea Utara itu benar atau tidak.
Pertengkaran perihal serbuan pesawat nirawak itu terjadi kurang dari sebulan setelah Korea Utara mengumumkan bahwa mereka telah menguji varian baru rudal balistik Hwasong-11 yang dipersenjatai dengan hulu ledak konvensional "super besar" seberat 4,5 ton.
Pengumuman itu muncul beberapa minggu setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan mengakhiri latihan militer skala besar di wilayah tersebut.
Sementara Washington dan Seoul menggambarkan latihan tersebut sebagai latihan defensif, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyebutnya sebagai “latihan perang yang provokatif untuk agresi".
Perintah itu muncul setelah pesawat nirawak asal Korea Selatan menjatuhkan selebaran propaganda di atas Pyongyang.
Pemerintah Korea Utara mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa Korea Selatan menerbangkan pesawat nirawak yang membawa selebaran propaganda di atas ibu kota pada tiga kesempatan terpisah bulan ini, termasuk dua penerbangan awal minggu lalu.
Sementara Korea Utara telah menanggapi kampanye propaganda sebelumnya dengan mengirimkan balon berisi sampah dan kotoran ke Korea Selatan, insiden terbaru memerlukan respons militer, menurut laporan kantor berita pemerintah Korut, KCNA, Senin (14/10/2024).
“Staf Umum [Tentara Rakyat Korea] mengeluarkan perintah operasi pendahuluan pada 12 Oktober kepada unit artileri gabungan di sepanjang perbatasan untuk bersiap sepenuhnya untuk melepaskan tembakan,” tulis KCNA, mengutip Kementerian Pertahanan Korea Utara.
"Perintah tersebut menempatkan delapan brigade artileri yang dipersenjatai lengkap dengan kekuatan penuh masa perang dalam keadaan siaga untuk melepaskan tembakan,” lanjut laporan tersebut.
Korea Utara diyakni telah menempatkan lebih dari 10.000 artileri di sepanjang perbatasan selatannya, 6.000 di antaranya berada dalam jangkauan pusat populasi utama Korea Selatan, menurut laporan tahun 2020 oleh RAND Corporation—sebuah lembaga think tank yang didanai oleh militer AS.
Jika perang pecah antara kedua Korea, lebih dari 205.000 orang dapat tewas di Seoul, Incheon, Gimpo, dan kota-kota Korea Selatan lainnya dalam waktu satu jam, menurut perkiraan laporan RAND.
Dalam pernyataan yang dimuat KCNA pada hari Minggu, Kim Yo-jong—adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un—memperingatkan bahwa Pyongyang memandang penyebaran selebaran oleh Korea Selatan sebagai provokasi serius yang bermotif politik dan pelanggaran kedaulatan.
"Saat pesawat nirawak [Korea Selatan] ditemukan di langit di atas ibu kota kami sekali lagi, tentu akan menyebabkan bencana yang mengerikan," kata Kim Yo-jong.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Yong-hyun awalnya membantah telah mengirim pesawat nirawak ke wilayah udara Korea Utara.
Namun, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan kemudian menyatakan bahwa mereka tidak dapat memastikan apakah tuduhan Korea Utara itu benar atau tidak.
Pertengkaran perihal serbuan pesawat nirawak itu terjadi kurang dari sebulan setelah Korea Utara mengumumkan bahwa mereka telah menguji varian baru rudal balistik Hwasong-11 yang dipersenjatai dengan hulu ledak konvensional "super besar" seberat 4,5 ton.
Pengumuman itu muncul beberapa minggu setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan mengakhiri latihan militer skala besar di wilayah tersebut.
Sementara Washington dan Seoul menggambarkan latihan tersebut sebagai latihan defensif, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyebutnya sebagai “latihan perang yang provokatif untuk agresi".
(mas)
tulis komentar anda