AS dan Prancis Desak Israel-Hizbullah Gencatan Senjata 21 Hari

Kamis, 26 September 2024 - 11:22 WIB
Amerika Serikat dan Prancis mendesak Israel dan Hizbullah gencatan senjata selama 21 hari. Foto/AP Photo/Hussein Malla
NEW YORK - Amerika Serikat (AS) dan Prancis telah mendesak gencatan senjata sementara selama 21 hari antara Israel dan Hizbullah Lebanon untuk memberi jalan bagi negosiasi yang lebih luas.

Desakan muncul saat jenderal tertinggi militer Israel mengatakan negaranya sedang mempersiapkan kemungkinan invasi darat ke Lebanon setelah gelombang pengeboman tiga hari yang menewaskan lebih dari 600 orang, yang semakin memicu kekhawatiran akan perang regional.

"Sudah saatnya untuk penyelesaian di perbatasan Israel-Lebanon yang menjamin keselamatan dan keamanan untuk memungkinkan warga sipil kembali ke rumah mereka. Baku tembak sejak 7 Oktober, dan khususnya selama dua minggu terakhir, mengancam konflik yang jauh lebih luas, dan membahayakan warga sipil," bunyi pernyataan bersama Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang dilansir The Guardian, Kamis (26/9/2024).





Kedua pemimpin tersebut, yang bertemu di sela-sela sidang umum PBB di New York, mengatakan mereka telah mengupayakan gencatan senjata sementara untuk memberi kesempatan diplomasi agar berhasil dan menghindari eskalasi lebih lanjut di perbatasan Israel-Lebanon.

Mereka mendesak Israel dan Lebanon untuk mendukung langkah tersebut, yang juga didukung oleh Australia, Kanada, Uni Eropa, Jerman, Italia, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.

Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan pada Rabu malam bahwa baik Israel maupun Lebanon, yang dipahami mewakili Hizbullah dalam negosiasi tersebut, diharapkan akan menanggapi seruan tersebut “dalam beberapa jam mendatang.”

AS mengatakan bahwa periode 21 hari dipilih untuk menyediakan ruang guna merundingkan perjanjian yang lebih komprehensif antara kedua belah pihak guna memungkinkan penduduk kembali ke rumah mereka di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon tanpa takut akan kekerasan lebih lanjut atau "serangan seperti 7 Oktober di masa mendatang".

Pengumuman AS dan Prancis disampaikan pada akhir pertemuan Dewan Keamanan PBB yang memanas, yang menyaksikan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati menuduh Israel melanggar kedaulatan negaranya.

Mikati mengatakan rumah sakit Lebanon kewalahan dan tidak dapat menerima lebih banyak korban akibat serangan Zionis Israel.

Utusan Israel untuk PBB mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa negaranya tidak menginginkan perang skala penuh dan bahwa Iran adalah "kekuatan pendorong" di balik ketidakstabilan yang melanda Timur Tengah.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan dukungan tak tergoyahkan AS dan Inggris untuk Israel telah memberi rezim Zionis kebebasan penuh untuk segala macam perilaku jahat.

Ada ketegangan antara AS dan sekutu Eropa-nya tentang apakah akan menyerukan gencatan senjata segera di Dewan Keamanan PBB.

Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mendukung gencatan senjata segera, dengan mengatakan sudah waktunya untuk "mundur dari jurang".

"Perang besar-besaran tidak sesuai dengan kepentingan orang Israel atau Lebanon," katanya.

Dia mengatakan tidak ada yang membenarkan serangan Hizbullah dan mendesak Iran untuk menggunakan pengaruhnya guna membujuk Hizbullah agar menyetujui gencatan senjata.

Namun, diplomat AS mengindikasikan seruan gencatan senjata tanpa syarat dalam bentuk pernyataan bersama Dewan Keamanan PBB dapat dilihat sebagai penerimaan kesetaraan moral antara perilaku Israel dan Hizbullah.

Usulan untuk penghentian sementara permusuhan selama tiga minggu dapat menjadi landasan untuk membuka kembali perundingan yang terhenti mengenai pembahasan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Gaza.

Hizbullah telah mengatakan akan menghentikan serangannya jika Hamas menyetujui gencatan senjata di Gaza, tetapi saat ini tidak ada tanda-tanda baik pimpinan Hamas maupun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mencapai kesepakatan.

Netanyahu dijadwalkan tiba di New York pada hari Kamis, dan diharapkan akan menyampaikan apakah dia mendukung penghentian permusuhan selama 21 hari.

Wakil Utusan AS Robert Wood mengatakan “diplomasi hanya akan menjadi lebih sulit” jika konflik meningkat lebih jauh, seraya menambahkan bahwa dia sangat prihatin dengan laporan bahwa ratusan warga sipil Lebanon telah tewas dalam beberapa hari terakhir.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More