Indonesia Incar 48 Jet Tempur Siluman F-35, tapi Waswas Rahasia Pertahanannya Diakses AS
Senin, 23 September 2024 - 12:27 WIB
Menurut laporan CNBC, perangkat lunak F-35 memberi Pentagon kemampuan unik untuk memantau pesawat ini bahkan ketika dikerahkan oleh negara lain, termasuk sekutu AS.
Pemantauan ini dimungkinkan oleh data tertanam dan sistem pendukung, khususnya melalui Sistem Informasi Logistik Otonom (ALIS) dan versi yang di-upgrade, Jaringan Terpadu Data Operasional (ODIN).
Sekadar diketahui, sistem F-35 mengumpulkan dan mengirimkan data real-time tentang operasi, status teknis, dan pemeliharaan, yang menciptakan tautan konstan ke pusat data yang berpotensi berbasis di Amerika Serikat. Konektivitas ini memungkinkan Pentagon untuk mengawasi kondisi pesawat, pola penggunaan, dan masalah atau kebutuhan pemeliharaan yang muncul.
Dengan pengawasan yang signifikan atas manajemen dan operasi jet tempur ini, beberapa sekutu AS telah menyuarakan kekhawatiran tentang otonomi mereka dalam mengelola F-35 yang mereka beli.
Ada kekhawatiran bahwa perangkat lunak ini dapat memungkinkan AS untuk memberikan pengaruh atau bahkan membatasi aktivitas militer mereka.
Indonesia, misalnya, telah menandai kekhawatiran besar mengenai F-35, khususnya yang berfokus pada ALIS dan ODIN yang lebih baru.
Meskipun sistem ini meningkatkan pembagian data dan menyederhanakan manajemen operasional, itu juga telah menimbulkan kekhawatiran keamanan nasional di Jakarta.
Para pejabat telah membunyikan alarm bahwa kemampuan transmisi data real-time dapat memungkinkan entitas asing, terutama militer AS, menyadap informasi sensitif tentang aktivitas dan sumber daya pertahanan Indonesia.
Menurut ulasan Bulgarian Military, Menteri Kelautan dan Perikanana Sakti Wahyu Trenggono saat menjabat Wakil Menteri Pertahanan menekankan bahwa masalah tersebut sedang ditinjau secara seksama seiring dengan kemajuan Indonesia dengan rencana pengadaan jet tempur siluman F-35.
Meskipun F-35 menawarkan teknologi canggih dan kemampuan tempur yang tangguh, potensi risiko berbagi data dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan.
Pemantauan ini dimungkinkan oleh data tertanam dan sistem pendukung, khususnya melalui Sistem Informasi Logistik Otonom (ALIS) dan versi yang di-upgrade, Jaringan Terpadu Data Operasional (ODIN).
Sekadar diketahui, sistem F-35 mengumpulkan dan mengirimkan data real-time tentang operasi, status teknis, dan pemeliharaan, yang menciptakan tautan konstan ke pusat data yang berpotensi berbasis di Amerika Serikat. Konektivitas ini memungkinkan Pentagon untuk mengawasi kondisi pesawat, pola penggunaan, dan masalah atau kebutuhan pemeliharaan yang muncul.
Dengan pengawasan yang signifikan atas manajemen dan operasi jet tempur ini, beberapa sekutu AS telah menyuarakan kekhawatiran tentang otonomi mereka dalam mengelola F-35 yang mereka beli.
Ada kekhawatiran bahwa perangkat lunak ini dapat memungkinkan AS untuk memberikan pengaruh atau bahkan membatasi aktivitas militer mereka.
Indonesia, misalnya, telah menandai kekhawatiran besar mengenai F-35, khususnya yang berfokus pada ALIS dan ODIN yang lebih baru.
Meskipun sistem ini meningkatkan pembagian data dan menyederhanakan manajemen operasional, itu juga telah menimbulkan kekhawatiran keamanan nasional di Jakarta.
Para pejabat telah membunyikan alarm bahwa kemampuan transmisi data real-time dapat memungkinkan entitas asing, terutama militer AS, menyadap informasi sensitif tentang aktivitas dan sumber daya pertahanan Indonesia.
Menurut ulasan Bulgarian Military, Menteri Kelautan dan Perikanana Sakti Wahyu Trenggono saat menjabat Wakil Menteri Pertahanan menekankan bahwa masalah tersebut sedang ditinjau secara seksama seiring dengan kemajuan Indonesia dengan rencana pengadaan jet tempur siluman F-35.
Meskipun F-35 menawarkan teknologi canggih dan kemampuan tempur yang tangguh, potensi risiko berbagi data dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan.
tulis komentar anda