Eks Penasihat Kremlin: Moskow Harus Yakinkan Musuh Bahwa Rusia Siap Gunakan Senjata Nuklir
Kamis, 12 September 2024 - 06:57 WIB
MOSKOW - Mantan penasihat Kremlin Sergey Karaganov mengatakan doktrin nuklir Moskow sangat perlu direvisi dengan tujuan untuk meyakinkan musuh bahwa Rusia siap menggunakan senjata nuklir.
Mantan penasihat kebijakan luar negeri untuk wakil kepala administrasi kepresidenan Rusia itu mengatakan kepada harian Kommersant bahwa doktrin yang ada sangat ketinggalan zaman dan tidak lagi berfungsi sebagai pencegah yang efektif.
Diadopsi pada tahun 2020, doktrin nuklir Rusia tidak mengatur serangan nuklir pre-emptive dan membayangkan penggunaan senjata nuklir hanya dalam "kasus luar biasa" dalam menghadapi ancaman terhadap kedaulatan dan integritas teritorial negara tersebut.
Menurut Karaganov, pendekatan ini telah membuatnya hampir tidak berguna dan secara efektif telah mengecualikan faktor pencegahan nuklir dari persenjataan militer dan kebijakan luar negeri Rusia.
"Kami telah membiarkan situasi memburuk ke titik ketika musuh kami percaya kami tidak akan menggunakan senjata nuklir dalam keadaan apa pun," kata ilmuwan politik tersebut.
"Memiliki senjata nuklir tanpa mampu meyakinkan musuh Anda bahwa Anda siap menggunakannya adalah bunuh diri," paparnya, yang dilansir Russia Today, Kamis (12/9/2024).
"Kegagalan untuk memiliki kebijakan pencegahan nuklir yang efektif akan menjerumuskan dunia ke dalam serangkaian perang yang pasti akan berubah menjadi nuklir dan berakhir dengan Perang Dunia III," lanjut Karaganov, menambahkan bahwa ini dapat terjadi dalam rentang waktu beberapa tahun ke depan.
"Tujuan utama dari sebuah doktrin harus meyakinkan semua musuh saat ini dan masa depan bahwa Rusia siap menggunakan senjata nuklir," kata Karaganov.
Pernyataannya itu disampaikan di tengah berlanjutnya serbuan Ukraina ke wilayah Kursk, Rusia, dan upaya Kyiv untuk memperoleh izin penggunaan rudal jarak jauh Barat guna menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.
"Sudah saatnya kami menyatakan bahwa setiap serangan besar-besaran terhadap wilayah kami memberi kami hak untuk menanggapi dengan serangan nuklir," tegas Karaganov.
Dia juga meminta Moskow untuk secara jelas mendefinisikan langkah-langkah eskalasi nuklir dalam doktrin berikutnya agar musuh Rusia tidak ragu-ragu tentang apakah Rusia siap menggunakan persenjataan nuklirnya dan kapan.
Presiden Vladimir Putin telah berulang kali menunjukkan posisi yang lebih terkendali dalam masalah ini. Berbicara dengan Karaganov di Forum Ekonomi Internasional St Petersburg pada bulan Juni, presiden mengatakan bahwa Rusia tidak mengacungkan senjata nuklir dan menyatakan harapan bahwa tidak akan pernah terjadi pertukaran nuklir antara Moskow dan Barat.
"Moskow tidak punya alasan untuk berpikir tentang penggunaan senjata nuklir," katanya saat itu, sambil meminta pejabat Rusia untuk tidak menyentuh masalah senjata nuklir kecuali benar-benar diperlukan.
Kemudian pada bulan Juni, Putin juga mengatakan bahwa Rusia belum memerlukan serangan pencegahan, karena musuh dijamin akan dihancurkan dalam serangan balasan. Namun, dia tidak mengesampingkan kemungkinan perubahan pada doktrin tersebut.
Mantan penasihat kebijakan luar negeri untuk wakil kepala administrasi kepresidenan Rusia itu mengatakan kepada harian Kommersant bahwa doktrin yang ada sangat ketinggalan zaman dan tidak lagi berfungsi sebagai pencegah yang efektif.
Diadopsi pada tahun 2020, doktrin nuklir Rusia tidak mengatur serangan nuklir pre-emptive dan membayangkan penggunaan senjata nuklir hanya dalam "kasus luar biasa" dalam menghadapi ancaman terhadap kedaulatan dan integritas teritorial negara tersebut.
Menurut Karaganov, pendekatan ini telah membuatnya hampir tidak berguna dan secara efektif telah mengecualikan faktor pencegahan nuklir dari persenjataan militer dan kebijakan luar negeri Rusia.
"Kami telah membiarkan situasi memburuk ke titik ketika musuh kami percaya kami tidak akan menggunakan senjata nuklir dalam keadaan apa pun," kata ilmuwan politik tersebut.
"Memiliki senjata nuklir tanpa mampu meyakinkan musuh Anda bahwa Anda siap menggunakannya adalah bunuh diri," paparnya, yang dilansir Russia Today, Kamis (12/9/2024).
"Kegagalan untuk memiliki kebijakan pencegahan nuklir yang efektif akan menjerumuskan dunia ke dalam serangkaian perang yang pasti akan berubah menjadi nuklir dan berakhir dengan Perang Dunia III," lanjut Karaganov, menambahkan bahwa ini dapat terjadi dalam rentang waktu beberapa tahun ke depan.
"Tujuan utama dari sebuah doktrin harus meyakinkan semua musuh saat ini dan masa depan bahwa Rusia siap menggunakan senjata nuklir," kata Karaganov.
Pernyataannya itu disampaikan di tengah berlanjutnya serbuan Ukraina ke wilayah Kursk, Rusia, dan upaya Kyiv untuk memperoleh izin penggunaan rudal jarak jauh Barat guna menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.
"Sudah saatnya kami menyatakan bahwa setiap serangan besar-besaran terhadap wilayah kami memberi kami hak untuk menanggapi dengan serangan nuklir," tegas Karaganov.
Dia juga meminta Moskow untuk secara jelas mendefinisikan langkah-langkah eskalasi nuklir dalam doktrin berikutnya agar musuh Rusia tidak ragu-ragu tentang apakah Rusia siap menggunakan persenjataan nuklirnya dan kapan.
Presiden Vladimir Putin telah berulang kali menunjukkan posisi yang lebih terkendali dalam masalah ini. Berbicara dengan Karaganov di Forum Ekonomi Internasional St Petersburg pada bulan Juni, presiden mengatakan bahwa Rusia tidak mengacungkan senjata nuklir dan menyatakan harapan bahwa tidak akan pernah terjadi pertukaran nuklir antara Moskow dan Barat.
"Moskow tidak punya alasan untuk berpikir tentang penggunaan senjata nuklir," katanya saat itu, sambil meminta pejabat Rusia untuk tidak menyentuh masalah senjata nuklir kecuali benar-benar diperlukan.
Kemudian pada bulan Juni, Putin juga mengatakan bahwa Rusia belum memerlukan serangan pencegahan, karena musuh dijamin akan dihancurkan dalam serangan balasan. Namun, dia tidak mengesampingkan kemungkinan perubahan pada doktrin tersebut.
(mas)
tulis komentar anda