China Siapkan Hadiah 2 Kapal Perang untuk Kamboja, Apa Tujuannya?
Kamis, 05 September 2024 - 09:55 WIB
Pejabat di Kamboja telah mengecilkan kekhawatiran tersebut, dengan menyatakan bahwa kehadiran kapal yang berkepanjangan adalah untuk tujuan pelatihan karena negara tersebut mempertimbangkan untuk memperoleh kapal serupa.
Maly mengatakan bahwa kapal perang, khususnya varian Type 56C, merupakan bagian dari upaya untuk mengonsolidasikan kemampuan Kamboja dalam menjaga perdamaian, keamanan, dan operasi kemanusiaan regional, termasuk misi pencarian dan penyelamatan.
Kementerian Luar Negeri China tidak mengomentari hadiah kapal perang atau laporan tentang pengembangan pangkalan Ream. Kementerian itu menanggapi pertanyaan dengan menyatakan: "Kami tidak mengetahui informasi yang relevan."
Spekulasi tentang ambisi China di pangkalan Ream bermula pada tahun 2019, ketika The Wall Street Journal melaporkan kemungkinan perjanjian rahasia yang dapat memberi China akses ke pangkalan tersebut selama 30 tahun, termasuk penempatan personel militer dan tempat berlabuh kapal perang.
Hun Sen, Perdana Menteri Kamboja saat itu, membantah klaim tersebut, dengan menyatakan bahwa konstitusi negaranya melarang pangkalan militer asing.
Putranya, Hun Manet, Perdana Menteri Kamboja saat ini, telah mempertahankan posisi ini.
Euan Graham, analis pertahanan senior di Australian Strategic Policy Institute, bersugesti bahwa pemberian kapal perang mungkin memberi China jalan keluar.
"Ini strategi yang cerdas—Kamboja dapat menegaskan bahwa mereka tidak melanggar konstitusinya dengan mendirikan pangkalan asing, sementara China dapat memperoleh keuntungan dari akses istimewa atau eksklusif ke Ream," katanya, seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (5/9/2024).
Saat ini, satu-satunya pangkalan militer luar negeri China yang diakui secara resmi adalah di Djibouti, yang terletak di Tanduk Afrika, tetapi banyak analis percaya Beijing terus memperluas jejak militer globalnya.
Maly mengatakan bahwa kapal perang, khususnya varian Type 56C, merupakan bagian dari upaya untuk mengonsolidasikan kemampuan Kamboja dalam menjaga perdamaian, keamanan, dan operasi kemanusiaan regional, termasuk misi pencarian dan penyelamatan.
Kementerian Luar Negeri China tidak mengomentari hadiah kapal perang atau laporan tentang pengembangan pangkalan Ream. Kementerian itu menanggapi pertanyaan dengan menyatakan: "Kami tidak mengetahui informasi yang relevan."
Spekulasi tentang ambisi China di pangkalan Ream bermula pada tahun 2019, ketika The Wall Street Journal melaporkan kemungkinan perjanjian rahasia yang dapat memberi China akses ke pangkalan tersebut selama 30 tahun, termasuk penempatan personel militer dan tempat berlabuh kapal perang.
Hun Sen, Perdana Menteri Kamboja saat itu, membantah klaim tersebut, dengan menyatakan bahwa konstitusi negaranya melarang pangkalan militer asing.
Putranya, Hun Manet, Perdana Menteri Kamboja saat ini, telah mempertahankan posisi ini.
Euan Graham, analis pertahanan senior di Australian Strategic Policy Institute, bersugesti bahwa pemberian kapal perang mungkin memberi China jalan keluar.
"Ini strategi yang cerdas—Kamboja dapat menegaskan bahwa mereka tidak melanggar konstitusinya dengan mendirikan pangkalan asing, sementara China dapat memperoleh keuntungan dari akses istimewa atau eksklusif ke Ream," katanya, seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (5/9/2024).
Saat ini, satu-satunya pangkalan militer luar negeri China yang diakui secara resmi adalah di Djibouti, yang terletak di Tanduk Afrika, tetapi banyak analis percaya Beijing terus memperluas jejak militer globalnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda