Polandia Akui Tergelincir dalam Perang Hibrida
Selasa, 27 Agustus 2024 - 19:15 WIB
WARSAWA - Wakil Menteri Pertahanan Polandia Cezary Tomczyk mengakui Polandia telah tergelincir ke dalam kondisi "perang hibrida" di tengah meningkatnya ketegangan dengan Rusia dan sekutu utamanya Belarusia.
Tomczyk menyampaikan pernyataan tersebut pada Senin (26/8/2024) saat berbicara di panel tingkat tinggi tentang situasi keamanan Polandia.
Dia menunjukkan negaranya telah memasuki kondisi yang berada tepat di bawah tingkat perang yang sebenarnya.
"Apa yang kita hadapi di Polandia saat ini adalah perang hibrida de facto. Dan kita dapat mengatakan secara langsung bahwa Polandia saat ini berada dalam kondisi perang, tetapi dalam kondisi perang hibrida," ujar dia, seperti dikutip kantor berita PAP.
Dia menunjuk pada situasi di perbatasan dengan Belarusia, serta insiden di mana balon cuaca muncul di wilayah udara Polandia.
Warsawa selama bertahun-tahun menuduh Minsk mencoba menekannya dengan mengirim migran ilegal melintasi perbatasan.
Belarusia telah membantah tuduhan tersebut sambil menuduh otoritas Polandia melakukan perlakuan brutal terhadap para migran.
Dalam beberapa bulan terakhir, otoritas Polandia juga melaporkan beberapa kasus balon Rusia yang menyimpang ke wilayah udara nasional.
Para pejabat di Warsawa menyelidiki insiden tersebut, tetapi menyimpulkan balon itu tidak menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional.
Salah satu kasus terbaru terjadi pada akhir Juni, ketika Polandia melaporkan mereka telah diperingatkan oleh rekan-rekan Rusia mereka bahwa mereka telah kehilangan kendali atas salah satu balon mereka yang melindungi wilayah udara di daerah kantong Kaliningrad.
Balon itu menyimpang ke wilayah udara Polandia selama empat setengah jam. Pihak berwenang Polandia mengatakan mereka sengaja tidak menembak jatuh balon itu karena "kemungkinan konsekuensi negatif."
Namun, Tomczyk menyatakan insiden balon itu masih dimaksudkan untuk mempromosikan agenda politik Rusia.
"Itu secara de facto adalah alat untuk beberapa ratus dolar, yang dapat digunakan untuk memengaruhi kita semua dengan cara yang sangat sederhana... Cukup dengan menuliskan beberapa kata dalam huruf Cyrillic di balon itu, dan semua portal di Polandia akan menulis tentangnya," ujar dia.
Dia menambahkan tujuan dari taktik semacam itu adalah memicu diskusi di masyarakat Polandia dan merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Wakil menteri tersebut mengatakan serangan siber adalah aspek lain dari perang hibrida, yang dia perkirakan terjadi sekitar 5.000 kali setahun.
Tomczyk menyampaikan pernyataan tersebut pada Senin (26/8/2024) saat berbicara di panel tingkat tinggi tentang situasi keamanan Polandia.
Dia menunjukkan negaranya telah memasuki kondisi yang berada tepat di bawah tingkat perang yang sebenarnya.
"Apa yang kita hadapi di Polandia saat ini adalah perang hibrida de facto. Dan kita dapat mengatakan secara langsung bahwa Polandia saat ini berada dalam kondisi perang, tetapi dalam kondisi perang hibrida," ujar dia, seperti dikutip kantor berita PAP.
Dia menunjuk pada situasi di perbatasan dengan Belarusia, serta insiden di mana balon cuaca muncul di wilayah udara Polandia.
Warsawa selama bertahun-tahun menuduh Minsk mencoba menekannya dengan mengirim migran ilegal melintasi perbatasan.
Belarusia telah membantah tuduhan tersebut sambil menuduh otoritas Polandia melakukan perlakuan brutal terhadap para migran.
Dalam beberapa bulan terakhir, otoritas Polandia juga melaporkan beberapa kasus balon Rusia yang menyimpang ke wilayah udara nasional.
Para pejabat di Warsawa menyelidiki insiden tersebut, tetapi menyimpulkan balon itu tidak menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional.
Salah satu kasus terbaru terjadi pada akhir Juni, ketika Polandia melaporkan mereka telah diperingatkan oleh rekan-rekan Rusia mereka bahwa mereka telah kehilangan kendali atas salah satu balon mereka yang melindungi wilayah udara di daerah kantong Kaliningrad.
Balon itu menyimpang ke wilayah udara Polandia selama empat setengah jam. Pihak berwenang Polandia mengatakan mereka sengaja tidak menembak jatuh balon itu karena "kemungkinan konsekuensi negatif."
Namun, Tomczyk menyatakan insiden balon itu masih dimaksudkan untuk mempromosikan agenda politik Rusia.
"Itu secara de facto adalah alat untuk beberapa ratus dolar, yang dapat digunakan untuk memengaruhi kita semua dengan cara yang sangat sederhana... Cukup dengan menuliskan beberapa kata dalam huruf Cyrillic di balon itu, dan semua portal di Polandia akan menulis tentangnya," ujar dia.
Dia menambahkan tujuan dari taktik semacam itu adalah memicu diskusi di masyarakat Polandia dan merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Wakil menteri tersebut mengatakan serangan siber adalah aspek lain dari perang hibrida, yang dia perkirakan terjadi sekitar 5.000 kali setahun.
Baca Juga
(sya)
tulis komentar anda