AS Dituduh Jadi Dalang Penangkapan Miliarder Pendiri Telegram Pavel Durov, Ini Alasannya
Senin, 26 Agustus 2024 - 07:22 WIB
MOSKOW - Seorang pejabat senior Rusia menuduh Amerika Serikat (AS) sebagai dalang penangkapan miliarder pendiri Telegram Pavel Durov oleh otoritas Prancis.
Durov ditangkap di Bandara Paris-Le Bourget pada hari Sabtu, segera setelah tiba dari Azerbaijan dengan jet pribadi.
Menurut media Prancis, jaksa penuntut di Paris berencana untuk mendakwa pria berusia 39 tahun itu dengan keterlibatan dalam perdagangan narkoba, pelanggaran paedofilia, dan penipuan, dengan alasan bahwa moderasi konten Telegram yang tidak memadai, alat enkripsi yang kuat, dan dugaan kurangnya kerja sama dengan polisi memungkinkan penjahat berkembang biak di aplikasi tersebut.
Ekaterina Mizulina, Kepala Liga Internet Aman Rusia yang juga anggota Civic Chamber, mengatakan Amerika memerintahkan otoritas Prancis untuk menangkap Durov sebagai bagian dari kerangka sanksi anti-Moskow.
Menulis di Telegram, Mizulina mengatakan bahwa penangkapan Durov di bandara Paris, yang dilaporkan atas tuduhan terkait dugaan keterlibatan dalam penipuan, perdagangan narkoba, perundungan siber, dan mempromosikan terorisme, tidak mengejutkannya.
“Saya sudah lama percaya bahwa bepergian ke luar Rusia merupakan risiko besar bagi pemilik Telegram, karena mereka dapat ditangkap kapan saja,” katanya, menceritakan bahwa insiden serupa di mana orang-orang ditahan atas perintah AS telah terjadi sebelumnya.
“Jelas bahwa penangkapan tersebut merupakan serangan terhadap TON [platform berbasis blockchain yang awalnya dikembangkan oleh para kreator Telegram] yang telah diinvestasikan oleh perusahaan-perusahaan besar Rusia. Itu, sebagian, merupakan kelanjutan dari kebijakan sanksi AS,” paparnya, seperti dikutip dari Russia Today, Senin (26/8/2024).
Pejabat itu yakin Amerika berada di balik situasi tersebut secara keseluruhan, dengan alasan bahwa Telegram, yang memiliki lebih dari 900 juta pengguna aktif bulanan di seluruh dunia, merupakan duri dalam daging mereka dalam hal distribusi informasi.
Menurut Mizulina, otoritas Prancis tidak bertindak secara independen dalam keputusan mereka untuk menangkap Durov.
“Ternyata semua pendekatan ke Barat oleh pemilik Telegram adalah sebuah kesalahan. Presiden kami [Vladimir Putin] telah memperingatkan tentang hal ini berkali-kali, tetapi tidak seorang pun mempercayainya,” ujarnya.
Durov memegang kewarganegaraan di Uni Emirat Arab, Saint Kitts dan Nevis, Prancis, dan negara asalnya; Rusia.
Kedutaan Besar Moskow di Paris mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki situasi tersebut, meskipun belum menerima permintaan bantuan resmi.
Pemerintah AS belum berkomentar atas tuduhan sebagai dalang di balik penangkapan Durov oleh otoritas Prancis.
Mantan sekretaris pers Durov, Georgy Loboushkin, mengatakan pendiri Telegram itu tidak akan mengabaikan keselamatannya sendiri dan mendarat di Paris jika dia mengira otoritas Prancis serius ingin menangkapnya.
Loboushkin yakin bahwa perintah untuk menahan Durov kemungkinan besar datang dari Washington.
"Ini misteri besar mengapa dia mengabaikan keselamatannya sendiri dan memutuskan untuk mendarat di Paris," kata Loboushkin kepada Russia Today.
"Dia telah menunjukkan sepanjang sejarahnya bahwa dia adalah orang yang cukup berhati-hati dalam hal itu. Dia telah mengatakan berkali-kali bahwa tidak ada gunanya masuk penjara."
Menurut Loboushkin, miliarder kelahiran Rusia itu pasti tidak menyadari bahwa surat perintah sedang disiapkan untuk penangkapannya, atau berpikir—mengingat kepatuhan Telegram terhadap hukum dan sanksi setempat—bahwa dia tidak akan mendapat masalah serius.
"Saya pikir serangan itu tidak datang dari Uni Eropa atau dari Prancis," kata Loboushkin.
"Kemungkinan besar itu adalah serangan dari Amerika Serikat, yang telah lama mengincar Pavel Durov, dan Durov selalu membicarakannya."
“Dia mengatakan, misalnya dalam sebuah wawancara dengan Tucker Carlson, bahwa dia dan karyawannya berada di bawah tekanan, atau setidaknya ada semacam pengawasan yang dilakukan oleh FBI,” ujarnya.
"Saya pikir akar penyebabnya ada di sana, jadi tidak masuk akal untuk membahas niat otoritas Prancis yang menangkapnya, karena mereka sama sekali tidak memainkan peran apa pun di sini.”
Dalam sebuah wawancara dengan Carlson pada bulan April, Durov mengatakan bahwa dia menarik terlalu banyak perhatian dari penegak hukum setiap kali dia mengunjungi AS, dan mengeklaim bahwa agen intelijen Amerika telah berusaha merekrut salah satu karyawannya untuk memasang pintu belakang di aplikasi yang akan memungkinkan mereka memata-matai pengguna Telegram.
Durov ditangkap di Bandara Paris-Le Bourget pada hari Sabtu, segera setelah tiba dari Azerbaijan dengan jet pribadi.
Menurut media Prancis, jaksa penuntut di Paris berencana untuk mendakwa pria berusia 39 tahun itu dengan keterlibatan dalam perdagangan narkoba, pelanggaran paedofilia, dan penipuan, dengan alasan bahwa moderasi konten Telegram yang tidak memadai, alat enkripsi yang kuat, dan dugaan kurangnya kerja sama dengan polisi memungkinkan penjahat berkembang biak di aplikasi tersebut.
Ekaterina Mizulina, Kepala Liga Internet Aman Rusia yang juga anggota Civic Chamber, mengatakan Amerika memerintahkan otoritas Prancis untuk menangkap Durov sebagai bagian dari kerangka sanksi anti-Moskow.
Menulis di Telegram, Mizulina mengatakan bahwa penangkapan Durov di bandara Paris, yang dilaporkan atas tuduhan terkait dugaan keterlibatan dalam penipuan, perdagangan narkoba, perundungan siber, dan mempromosikan terorisme, tidak mengejutkannya.
“Saya sudah lama percaya bahwa bepergian ke luar Rusia merupakan risiko besar bagi pemilik Telegram, karena mereka dapat ditangkap kapan saja,” katanya, menceritakan bahwa insiden serupa di mana orang-orang ditahan atas perintah AS telah terjadi sebelumnya.
“Jelas bahwa penangkapan tersebut merupakan serangan terhadap TON [platform berbasis blockchain yang awalnya dikembangkan oleh para kreator Telegram] yang telah diinvestasikan oleh perusahaan-perusahaan besar Rusia. Itu, sebagian, merupakan kelanjutan dari kebijakan sanksi AS,” paparnya, seperti dikutip dari Russia Today, Senin (26/8/2024).
Pejabat itu yakin Amerika berada di balik situasi tersebut secara keseluruhan, dengan alasan bahwa Telegram, yang memiliki lebih dari 900 juta pengguna aktif bulanan di seluruh dunia, merupakan duri dalam daging mereka dalam hal distribusi informasi.
Menurut Mizulina, otoritas Prancis tidak bertindak secara independen dalam keputusan mereka untuk menangkap Durov.
“Ternyata semua pendekatan ke Barat oleh pemilik Telegram adalah sebuah kesalahan. Presiden kami [Vladimir Putin] telah memperingatkan tentang hal ini berkali-kali, tetapi tidak seorang pun mempercayainya,” ujarnya.
Durov memegang kewarganegaraan di Uni Emirat Arab, Saint Kitts dan Nevis, Prancis, dan negara asalnya; Rusia.
Kedutaan Besar Moskow di Paris mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki situasi tersebut, meskipun belum menerima permintaan bantuan resmi.
Pemerintah AS belum berkomentar atas tuduhan sebagai dalang di balik penangkapan Durov oleh otoritas Prancis.
Mantan sekretaris pers Durov, Georgy Loboushkin, mengatakan pendiri Telegram itu tidak akan mengabaikan keselamatannya sendiri dan mendarat di Paris jika dia mengira otoritas Prancis serius ingin menangkapnya.
Loboushkin yakin bahwa perintah untuk menahan Durov kemungkinan besar datang dari Washington.
"Ini misteri besar mengapa dia mengabaikan keselamatannya sendiri dan memutuskan untuk mendarat di Paris," kata Loboushkin kepada Russia Today.
"Dia telah menunjukkan sepanjang sejarahnya bahwa dia adalah orang yang cukup berhati-hati dalam hal itu. Dia telah mengatakan berkali-kali bahwa tidak ada gunanya masuk penjara."
Menurut Loboushkin, miliarder kelahiran Rusia itu pasti tidak menyadari bahwa surat perintah sedang disiapkan untuk penangkapannya, atau berpikir—mengingat kepatuhan Telegram terhadap hukum dan sanksi setempat—bahwa dia tidak akan mendapat masalah serius.
"Saya pikir serangan itu tidak datang dari Uni Eropa atau dari Prancis," kata Loboushkin.
"Kemungkinan besar itu adalah serangan dari Amerika Serikat, yang telah lama mengincar Pavel Durov, dan Durov selalu membicarakannya."
“Dia mengatakan, misalnya dalam sebuah wawancara dengan Tucker Carlson, bahwa dia dan karyawannya berada di bawah tekanan, atau setidaknya ada semacam pengawasan yang dilakukan oleh FBI,” ujarnya.
"Saya pikir akar penyebabnya ada di sana, jadi tidak masuk akal untuk membahas niat otoritas Prancis yang menangkapnya, karena mereka sama sekali tidak memainkan peran apa pun di sini.”
Dalam sebuah wawancara dengan Carlson pada bulan April, Durov mengatakan bahwa dia menarik terlalu banyak perhatian dari penegak hukum setiap kali dia mengunjungi AS, dan mengeklaim bahwa agen intelijen Amerika telah berusaha merekrut salah satu karyawannya untuk memasang pintu belakang di aplikasi yang akan memungkinkan mereka memata-matai pengguna Telegram.
(mas)
tulis komentar anda