425 Koin Emas Islam dari Kekhalifahan Abbasiyah Ditemukan di Israel
Selasa, 25 Agustus 2020 - 06:05 WIB
TEL AVIV - Timbunan langka 425 koin emas dari Kekhalifahan atau Dinasti Abbasiyah, yang berasal dari sekitar 1.100 tahun yang lalu, ditemukan oleh relawan remaja di sebuah penggalian arkeologi di pusat negara Israel . Otoritas Barang Antik Israel (IAA) mengumumkan ratusan koin peninggalan dinasti Islam itu pada hari Senin.
IAA menolak merinci lokasi pasti di mana emas-emas itu ditemukan. Harta karun itu ditemukan oleh sekelompok anak muda yang melakukan pekerjaan sukarela menjelang dinas wajib militer mereka.
"Ini menakjubkan. Saya menggali tanah dan ketika saya menggali tanah, melihat apa yang tampak seperti daun yang sangat tipis," kata remaja bernama Oz Cohen.
“Ketika saya melihat lagi, saya melihat ini adalah koin emas. Sungguh menyenangkan menemukan harta karun yang begitu istimewa dan kuno," katanya lagi, seperti dikutip Times of Israel, Selasa (25/8/2020). (Baca: Arkeolog Israel Menemukan 'Wajah Tuhan' )
Direktur penggalian Liat Nadav-Ziv dan Dr Elie Haddad mengatakan bahwa siapa pun yang mengubur koin tersebut akan berharap mereka dapat mengambil kembali timbunan itu, dan bahwa temuan tersebut dapat menunjukkan perdagangan internasional yang dilakukan oleh penduduk daerah tersebut.
“Menemukan koin emas, tentunya dalam jumlah yang begitu banyak, sangatlah jarang. Kami hampir tidak pernah menemukannya dalam penggalian arkeologi, mengingat emas selalu sangat berharga, dilebur dan digunakan kembali dari generasi ke generasi," kata para direktur tersebut dalam sebuah pernyataan.
“Koin-koin itu, yang terbuat dari emas murni yang tidak teroksidasi di udara, ditemukan dalam kondisi sangat baik, seolah-olah terkubur sehari sebelumnya. Temuan mereka mungkin menunjukkan bahwa perdagangan internasional terjadi antara penduduk di daerah itu dan daerah terpencil," lanjut pernyataan mereka.
Robert Kool, seorang ahli koin di IAA, mengatakan bahwa berat total dari timbunan itu— sekitar 845 gram emas murni—akan menjadi jumlah uang yang signifikan pada akhir abad ke-9.
“Misalnya, dengan uang sebanyak itu, seseorang dapat membeli rumah mewah di salah satu lingkungan terbaik di Fustat, Ibu Kota Mesir yang sangat kaya pada masa itu,” kata Kool, yang mencatat bahwa pada saat itu, wilayah tersebut merupakan bagian dari Kekhalifahan Abbasiyah yang membentang dari Persia ke Afrika Utara, dengan pusat pemerintahan di Baghdad.
"Timbunan itu terdiri dari dinar emas penuh, tetapi juga—yang tidak biasa—berisi sekitar 270 potongan emas kecil, potongan dinar emas yang dipotong untuk dijadikan uang receh," kata Kool. (Baca juga: Arkeolog Israel Kaget Temukan Dinar Emas Era Khalifah Harun al-Rasyid )
Dia menambahkan bahwa salah satu potongan itu sangat langka dan tidak pernah ditemukan sebelumnya dalam penggalian di Israel—pecahan solidus emas kaisar Bizantium Theophilos (829-842 M), dicetak di ibu kota kekaisaran; Konstantinopel.
Menurut IAA, keberadaan pecahan dalam harta karun koin Islam berfungsi sebagai bukti hubungan antara dua kerajaan yang bersaing.
“Harta karun langka ini tentunya akan menjadi sumbangan besar bagi penelitian, karena temuan dari periode Abbasiyah di Israel relatif sedikit. Mudah-mudahan studi tentang timbunan akan memberi tahu kita lebih banyak tentang periode yang masih sangat sedikit kita ketahui," kata Kool.
IAA menolak merinci lokasi pasti di mana emas-emas itu ditemukan. Harta karun itu ditemukan oleh sekelompok anak muda yang melakukan pekerjaan sukarela menjelang dinas wajib militer mereka.
"Ini menakjubkan. Saya menggali tanah dan ketika saya menggali tanah, melihat apa yang tampak seperti daun yang sangat tipis," kata remaja bernama Oz Cohen.
“Ketika saya melihat lagi, saya melihat ini adalah koin emas. Sungguh menyenangkan menemukan harta karun yang begitu istimewa dan kuno," katanya lagi, seperti dikutip Times of Israel, Selasa (25/8/2020). (Baca: Arkeolog Israel Menemukan 'Wajah Tuhan' )
Direktur penggalian Liat Nadav-Ziv dan Dr Elie Haddad mengatakan bahwa siapa pun yang mengubur koin tersebut akan berharap mereka dapat mengambil kembali timbunan itu, dan bahwa temuan tersebut dapat menunjukkan perdagangan internasional yang dilakukan oleh penduduk daerah tersebut.
“Menemukan koin emas, tentunya dalam jumlah yang begitu banyak, sangatlah jarang. Kami hampir tidak pernah menemukannya dalam penggalian arkeologi, mengingat emas selalu sangat berharga, dilebur dan digunakan kembali dari generasi ke generasi," kata para direktur tersebut dalam sebuah pernyataan.
“Koin-koin itu, yang terbuat dari emas murni yang tidak teroksidasi di udara, ditemukan dalam kondisi sangat baik, seolah-olah terkubur sehari sebelumnya. Temuan mereka mungkin menunjukkan bahwa perdagangan internasional terjadi antara penduduk di daerah itu dan daerah terpencil," lanjut pernyataan mereka.
Robert Kool, seorang ahli koin di IAA, mengatakan bahwa berat total dari timbunan itu— sekitar 845 gram emas murni—akan menjadi jumlah uang yang signifikan pada akhir abad ke-9.
“Misalnya, dengan uang sebanyak itu, seseorang dapat membeli rumah mewah di salah satu lingkungan terbaik di Fustat, Ibu Kota Mesir yang sangat kaya pada masa itu,” kata Kool, yang mencatat bahwa pada saat itu, wilayah tersebut merupakan bagian dari Kekhalifahan Abbasiyah yang membentang dari Persia ke Afrika Utara, dengan pusat pemerintahan di Baghdad.
"Timbunan itu terdiri dari dinar emas penuh, tetapi juga—yang tidak biasa—berisi sekitar 270 potongan emas kecil, potongan dinar emas yang dipotong untuk dijadikan uang receh," kata Kool. (Baca juga: Arkeolog Israel Kaget Temukan Dinar Emas Era Khalifah Harun al-Rasyid )
Dia menambahkan bahwa salah satu potongan itu sangat langka dan tidak pernah ditemukan sebelumnya dalam penggalian di Israel—pecahan solidus emas kaisar Bizantium Theophilos (829-842 M), dicetak di ibu kota kekaisaran; Konstantinopel.
Menurut IAA, keberadaan pecahan dalam harta karun koin Islam berfungsi sebagai bukti hubungan antara dua kerajaan yang bersaing.
“Harta karun langka ini tentunya akan menjadi sumbangan besar bagi penelitian, karena temuan dari periode Abbasiyah di Israel relatif sedikit. Mudah-mudahan studi tentang timbunan akan memberi tahu kita lebih banyak tentang periode yang masih sangat sedikit kita ketahui," kata Kool.
(min)
tulis komentar anda