Moskow: Kebijakan Nuklir AS Sangat Bermusuhan tapi Ceramahi Rusia dan China
Minggu, 04 Agustus 2024 - 07:38 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) sedang menjalankan kebijakan nuklir yang sangat bermusuhan, tapi mencoba menceramahi Rusia dan China. Demikian disampaikan Duta Besar Rusia untuk Amerika, Anatoly Antonov.
Komentarnya muncul setelah Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Kebijakan Luar Angkasa, Vipin Narang, mengatakan bahwa Washington mendapati dirinya "tidak lain hanyalah era nuklir baru”.
“Amerika harus bersiap untuk dunia di mana pembatasan persenjataan senjata nuklir menghilang sepenuhnya,” katanya.
"Penantang nuklir revisionis telah memaksa AS untuk beralih ke pendekatan yang lebih kompetitif," klaim Narang dalam pidatonya di Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada Kamis lalu.
Dia mengutip data persenjataan nuklir China, kerja sama Rusia dan Korea Utara, dan dugaan pengembangan senjata anti-satelit nuklir Rusia sebagai alasan pergeseran kebijakan nuklir Amerika.
Antonov mengecam pidato tersebut sebagai sindiran tentang perilaku Rusia yang dianggap tidak bertanggung jawab di bidang nuklir, seraya menambahkan bahwa jenis retorika ini tidak banyak berkontribusi untuk memperbaiki situasi di bidang keamanan strategis.
“Washington sekali lagi mencoba menceramahi Rusia dan China perilaku yang benar," kata Antonov, seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (4/8/2024).
”Jika tidak, mereka mengancam datangnya 'era nuklir' baru di mana Amerika Serikat tidak akan mampu menahan pertumbuhan persenjataan nuklirnya sendiri,” lanjut Antonov.
Komentarnya muncul setelah Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Kebijakan Luar Angkasa, Vipin Narang, mengatakan bahwa Washington mendapati dirinya "tidak lain hanyalah era nuklir baru”.
“Amerika harus bersiap untuk dunia di mana pembatasan persenjataan senjata nuklir menghilang sepenuhnya,” katanya.
"Penantang nuklir revisionis telah memaksa AS untuk beralih ke pendekatan yang lebih kompetitif," klaim Narang dalam pidatonya di Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada Kamis lalu.
Dia mengutip data persenjataan nuklir China, kerja sama Rusia dan Korea Utara, dan dugaan pengembangan senjata anti-satelit nuklir Rusia sebagai alasan pergeseran kebijakan nuklir Amerika.
Antonov mengecam pidato tersebut sebagai sindiran tentang perilaku Rusia yang dianggap tidak bertanggung jawab di bidang nuklir, seraya menambahkan bahwa jenis retorika ini tidak banyak berkontribusi untuk memperbaiki situasi di bidang keamanan strategis.
“Washington sekali lagi mencoba menceramahi Rusia dan China perilaku yang benar," kata Antonov, seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (4/8/2024).
”Jika tidak, mereka mengancam datangnya 'era nuklir' baru di mana Amerika Serikat tidak akan mampu menahan pertumbuhan persenjataan nuklirnya sendiri,” lanjut Antonov.
Lihat Juga :
tulis komentar anda