Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir Tidak Mengutuk Pembunuhan Ismail Haniyeh
Sabtu, 03 Agustus 2024 - 10:15 WIB
RIYADH - Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di ibu kota Iran, Teheran, pada hari Rabu telah mendapat perhatian politik dan media yang luas di seluruh dunia, dengan beberapa negara secara keras dan terbuka mengutuk pembunuhannya.
Mereka yang mengutuk pembunuhan itu antara lain Indonesia, Irak, Suriah, Aljazair, Yordania, Oman, Yaman, Kuwait, Tunisia, serta Turki, Malaysia, Pakistan, Afghanistan, China, dan Rusia.
Namun, negara-negara Arab terkemuka lainnya, hingga berita ini diterbitkan, belum mengeluarkan pernyataan mengenai pembunuhan tersebut, termasuk Arab Saudi.
Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain tidak mengutuk kejahatan tersebut tetapi menyatakan kekhawatiran tentang kemungkinan "eskalasi regional".
Mesir memperingatkan dalam pernyataan tentang dampak dari kebijakan pembunuhan dan pelanggaran kedaulatan negara dan kemungkinan tindakan tersebut memicu konflik di kawasan tersebut.
Pengamat mencatat bahwa pernyataan Mesir tidak secara langsung membahas pembunuhan Haniyeh, juga tidak menyebutkan namanya atau Iran; di mana dia dibunuh.
Sementara itu, UEA mengeluarkan pernyataan singkat yang mengatakan pihaknya "memantau dengan saksama perkembangan regional yang cepat" dan menyatakan "kekhawatiran yang mendalam atas eskalasi yang terus berlanjut dan dampaknya terhadap keamanan dan stabilitas di kawasan tersebut."
UEA menekankan pentingnya menahan diri dan bersikap bijaksana secara maksimal untuk menghindari risiko dan memperluas cakupan konflik.
Demikian pula, Kementerian Luar Negeri Bahrain memperingatkan tentang eskalasi di kawasan tersebut dan dampaknya terhadap keamanan di Timur Tengah.
Kementerian tersebut meminta Dewan Keamanan PBB dan masyarakat internasional mendukung upaya negara-negara guna mencegah eskalasi lebih lanjut.
Mereka yang mengutuk pembunuhan itu antara lain Indonesia, Irak, Suriah, Aljazair, Yordania, Oman, Yaman, Kuwait, Tunisia, serta Turki, Malaysia, Pakistan, Afghanistan, China, dan Rusia.
Namun, negara-negara Arab terkemuka lainnya, hingga berita ini diterbitkan, belum mengeluarkan pernyataan mengenai pembunuhan tersebut, termasuk Arab Saudi.
Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain tidak mengutuk kejahatan tersebut tetapi menyatakan kekhawatiran tentang kemungkinan "eskalasi regional".
Mesir memperingatkan dalam pernyataan tentang dampak dari kebijakan pembunuhan dan pelanggaran kedaulatan negara dan kemungkinan tindakan tersebut memicu konflik di kawasan tersebut.
Pengamat mencatat bahwa pernyataan Mesir tidak secara langsung membahas pembunuhan Haniyeh, juga tidak menyebutkan namanya atau Iran; di mana dia dibunuh.
Sementara itu, UEA mengeluarkan pernyataan singkat yang mengatakan pihaknya "memantau dengan saksama perkembangan regional yang cepat" dan menyatakan "kekhawatiran yang mendalam atas eskalasi yang terus berlanjut dan dampaknya terhadap keamanan dan stabilitas di kawasan tersebut."
UEA menekankan pentingnya menahan diri dan bersikap bijaksana secara maksimal untuk menghindari risiko dan memperluas cakupan konflik.
Demikian pula, Kementerian Luar Negeri Bahrain memperingatkan tentang eskalasi di kawasan tersebut dan dampaknya terhadap keamanan di Timur Tengah.
Kementerian tersebut meminta Dewan Keamanan PBB dan masyarakat internasional mendukung upaya negara-negara guna mencegah eskalasi lebih lanjut.
(sya)
tulis komentar anda