Olimpiade Lebih dari Sekadar Hiburan dan Permainan, tapi Bisnis Bernuansa Politis

Jum'at, 02 Agustus 2024 - 16:30 WIB
Paris mencari 45.000 sukarelawan. Tokyo awalnya mencari 80.000 orang. Biasanya, hanya orang kaya yang dapat menjadi sukarelawan.

Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro kesulitan menemukan sukarelawan karena banyak orang miskin di kota itu tidak dapat bekerja secara cuma-cuma.

Beberapa orang datang pada hari pertama, mengambil seragam mereka, dan tidak kembali. Sistem sukarelawan dapat dilihat sebagai eksploitasi ekonomi.

Jika sukarelawan dibayar upah minimum USD10 per jam, biaya tambahannya bisa mencapai USD100 juta.

Beberapa sukarelawan Paris mengancam tidak akan datang untuk mengungkapkan ketidaksenangan mereka atas pengeluaran Olimpiade dan reformasi pensiun Prancis.

Olahraga dan Politik Bercampur



IOC mengatakan Olimpiade melampaui politik. Namun pada kenyataannya, Olimpiade sangat politis. Perlu dicatat bahwa IOC memiliki status pengamat di Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menunjukkan perannya yang dianggapnya sendiri di dunia.

Ilmuwan politik Jules Boykoff mencatat dalam buku terbarunya "What Are The Olympics For" bahwa para atlet berbaris dalam upacara pembukaan berdasarkan negara.

Mereka juga bisa berbaris berdasarkan cabang olahraga. Namun, hal itu akan mengecilkan unsur nasionalis, yang menjadi kunci popularitas Olimpiade.

Adolf Hitler menggunakan Olimpiade Berlin 1936 untuk mempromosikan agendanya. Estafet obor berasal dari Berlin.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!