Menteri Israel Serukan Perang untuk Jajah Lagi Lebanon Selatan
Selasa, 30 Juli 2024 - 19:45 WIB
TEL AVIV - Menteri Keuangan sayap kanan Israel Bezalel Smotrich menyerukan perang untuk menjajah kembali Lebanon selatan.
"Tidak ada cara untuk memulihkan keamanan bagi penduduk di utara (Israel) tanpa perang yang akan menghancurkan Hizbullah, yang akan menduduki kembali Lebanon selatan, dan yang akan mengembalikan jalur keamanan yang saat ini berada di wilayah kami kembali ke wilayah Lebanon," ujar Smotrich dalam pidato yang disiarkan di televisi oleh outlet media berbahasa Ibrani, termasuk Channel 12.
"Rakyat Israel siap untuk ini. Mereka melihat dengan mata kepala sendiri hasil dari pelarian dan penarikan pasukan. Itu dimulai di Oslo, kemudian pelarian dari Lebanon dan Gush Katif dan pemikiran bahwa adalah mungkin untuk berkumpul di balik tembok, pagar, dan sensor serta membangun jaminan internasional," ujar dia.
Israel menduduki Lebanon selatan sejak awal 1980-an hingga tentara Israel mundur pada Mei 2000.
Ketegangan meningkat di perbatasan Israel-Lebanon untuk mengantisipasi kemungkinan respons Israel terhadap peluncuran rudal di kota Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki Israel pada hari Sabtu, yang menewaskan sedikitnya 12 anak di lapangan olahraga.
Pejabat Israel, termasuk Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Kepala Staf Herzi Halevi, menuduh Hizbullah yang menembakkan rudal tersebut.
Hizbullah membantah bertanggung jawab atas serangan itu dan menyebut rudal itu milik Israel sendiri.
Sejak 8 Oktober tahun lalu, faksi Lebanon dan Palestina di Lebanon, terutama Hizbullah, telah saling tembak setiap hari dengan tentara Israel di seberang Garis Biru yang memisahkan kedua belah pihak, yang mengakibatkan kematian dan cedera.
Israel juga telah mengevakuasi puluhan ribu warganya dari kota-kota dekat perbatasan dengan Lebanon, menyusul pecahnya perang.
"Tidak ada cara untuk memulihkan keamanan bagi penduduk di utara (Israel) tanpa perang yang akan menghancurkan Hizbullah, yang akan menduduki kembali Lebanon selatan, dan yang akan mengembalikan jalur keamanan yang saat ini berada di wilayah kami kembali ke wilayah Lebanon," ujar Smotrich dalam pidato yang disiarkan di televisi oleh outlet media berbahasa Ibrani, termasuk Channel 12.
"Rakyat Israel siap untuk ini. Mereka melihat dengan mata kepala sendiri hasil dari pelarian dan penarikan pasukan. Itu dimulai di Oslo, kemudian pelarian dari Lebanon dan Gush Katif dan pemikiran bahwa adalah mungkin untuk berkumpul di balik tembok, pagar, dan sensor serta membangun jaminan internasional," ujar dia.
Israel menduduki Lebanon selatan sejak awal 1980-an hingga tentara Israel mundur pada Mei 2000.
Ketegangan meningkat di perbatasan Israel-Lebanon untuk mengantisipasi kemungkinan respons Israel terhadap peluncuran rudal di kota Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki Israel pada hari Sabtu, yang menewaskan sedikitnya 12 anak di lapangan olahraga.
Pejabat Israel, termasuk Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Kepala Staf Herzi Halevi, menuduh Hizbullah yang menembakkan rudal tersebut.
Hizbullah membantah bertanggung jawab atas serangan itu dan menyebut rudal itu milik Israel sendiri.
Sejak 8 Oktober tahun lalu, faksi Lebanon dan Palestina di Lebanon, terutama Hizbullah, telah saling tembak setiap hari dengan tentara Israel di seberang Garis Biru yang memisahkan kedua belah pihak, yang mengakibatkan kematian dan cedera.
Israel juga telah mengevakuasi puluhan ribu warganya dari kota-kota dekat perbatasan dengan Lebanon, menyusul pecahnya perang.
(sya)
tulis komentar anda