Dibidik Rudal AS, Rusia Balas Ancam Targetkan Kota-kota Eropa
Minggu, 14 Juli 2024 - 06:26 WIB
MOSKOW - Kremlin mengancam menjadikan kota-kota di Eropa sebagai target utama rudal Rusia karena merasa dibidik oleh rudal jarak jauh Amerika Serikat (AS) yang akan ditempatkan di benua biru tersebut.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow memiliki kemampuan yang cukup untuk melawan tindakan permusuhan Washington seperti pengerahan rudal baru ke Eropa yang baru saja diumumkan.
Pernyataan tersebut disampaikan kepada Jurnalis Rusia; Pavel Zarubin, yang menerbitkan cuplikan wawancara tersebut di media sosialnya pada hari Sabtu.
“Selalu ada situasi paradoks: Amerika Serikat (AS) mengerahkan berbagai jenis rudal, dengan jangkauan berbeda, namun secara tradisional ditujukan ke negara kami. Oleh karena itu, negara kami mengidentifikasi lokasi-lokasi Eropa sebagai target rudal kami,” kata Peskov tanpa merinci kota-kota yang dimaksud.
Sementara Washington terus mendapat keuntungan dari eskalasi ini, lanjut Peskov, negara-negara Uni Eropa hanya menjadi target dalam konflik tersebut.
“Negara kami berada di garis bidik rudal Amerika yang berlokasi di Eropa. Kami telah melalui semua ini sebelumnya. Semua ini sudah terjadi. Kami mempunyai potensi yang cukup untuk menghalau rudal-rudal tersebut. Tapi calon korbannya adalah ibu kota negara wilayah tersebut,” katanya, seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (14/7/2024).
Pada hari Rabu, Washington mengumumkan rencana untuk mulai mengerahkan senjata jarak jauh di Jerman pada tahun 2026, termasuk sistem SM-6 dan Tomahawk, sebagai bagian dari perencanaan penempatan kemampuan ini secara permanen di masa depan.
Moskow telah berjanji untuk dengan tenang mempersiapkan respons militer terhadap tindakan bermusuhan tersebut, dan Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov menggambarkan rencana tersebut sebagai salah satu elemen intimidasi yang, saat ini, hampir menjadi komponen utama pendekatan NATO dan AS terhadap Rusia.
Pada akhir Juni, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Moskow dapat melanjutkan produksi dan penempatan rudal jarak menengah dan jarak pendek berbasis darat secara global sebagai respons terhadap tindakan bermusuhan AS.
“Kami sekarang tahu bahwa AS tidak hanya memproduksi sistem rudal ini tetapi juga membawanya ke Eropa, Denmark, untuk digunakan dalam latihan. Belum lama ini, mereka dikabarkan sedang berada di Filipina. Tidak jelas apakah mereka telah membawa rudal-rudal tersebut keluar dari Filipina atau tidak,” kata Putin saat itu.
Amunisi jenis ini dibatasi oleh Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF), yang runtuh pada tahun 2019. Namun, Moskow tidak memproduksi dan mengerahkannya, selama Washington juga menahan diri untuk tidak melakukannya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow memiliki kemampuan yang cukup untuk melawan tindakan permusuhan Washington seperti pengerahan rudal baru ke Eropa yang baru saja diumumkan.
Pernyataan tersebut disampaikan kepada Jurnalis Rusia; Pavel Zarubin, yang menerbitkan cuplikan wawancara tersebut di media sosialnya pada hari Sabtu.
“Selalu ada situasi paradoks: Amerika Serikat (AS) mengerahkan berbagai jenis rudal, dengan jangkauan berbeda, namun secara tradisional ditujukan ke negara kami. Oleh karena itu, negara kami mengidentifikasi lokasi-lokasi Eropa sebagai target rudal kami,” kata Peskov tanpa merinci kota-kota yang dimaksud.
Sementara Washington terus mendapat keuntungan dari eskalasi ini, lanjut Peskov, negara-negara Uni Eropa hanya menjadi target dalam konflik tersebut.
“Negara kami berada di garis bidik rudal Amerika yang berlokasi di Eropa. Kami telah melalui semua ini sebelumnya. Semua ini sudah terjadi. Kami mempunyai potensi yang cukup untuk menghalau rudal-rudal tersebut. Tapi calon korbannya adalah ibu kota negara wilayah tersebut,” katanya, seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (14/7/2024).
Pada hari Rabu, Washington mengumumkan rencana untuk mulai mengerahkan senjata jarak jauh di Jerman pada tahun 2026, termasuk sistem SM-6 dan Tomahawk, sebagai bagian dari perencanaan penempatan kemampuan ini secara permanen di masa depan.
Moskow telah berjanji untuk dengan tenang mempersiapkan respons militer terhadap tindakan bermusuhan tersebut, dan Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov menggambarkan rencana tersebut sebagai salah satu elemen intimidasi yang, saat ini, hampir menjadi komponen utama pendekatan NATO dan AS terhadap Rusia.
Pada akhir Juni, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Moskow dapat melanjutkan produksi dan penempatan rudal jarak menengah dan jarak pendek berbasis darat secara global sebagai respons terhadap tindakan bermusuhan AS.
“Kami sekarang tahu bahwa AS tidak hanya memproduksi sistem rudal ini tetapi juga membawanya ke Eropa, Denmark, untuk digunakan dalam latihan. Belum lama ini, mereka dikabarkan sedang berada di Filipina. Tidak jelas apakah mereka telah membawa rudal-rudal tersebut keluar dari Filipina atau tidak,” kata Putin saat itu.
Amunisi jenis ini dibatasi oleh Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF), yang runtuh pada tahun 2019. Namun, Moskow tidak memproduksi dan mengerahkannya, selama Washington juga menahan diri untuk tidak melakukannya.
(mas)
tulis komentar anda