Rusia Hancurkan 3 Sistem Roket HIMARS Amerika di Ukraina, 10 Operator Asing Tewas
Selasa, 09 Juli 2024 - 06:03 WIB
MOSKOW - Serangan militer Rusia telah menghancurkan tiga unit High Mobility Artillery Rocket Systems (HIMARS) Amerika Serikat (AS) yang dioperasikan di Ukraina.
“Serangan itu juga menewaskan hingga 10 spesialis asing yang melayani sistem tersebut,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam pengumumannya pada hari Senin.
Kementerian itu mengatakan sistem-sistem tersebut dilenyapkan melalui operasi gabungan pesawat tempur, drone, artileri, dan pasukan rudal Rusia.
Namun para pejabat militer Moskow tidak bersedia menyebutkan di mana HIMARS—yang memiliki jangkauan tembakan sekitar 80 km—dihancurkan, dan mereka juga tidak memberikan rincian mengenai kewarganegaraan para operator asing tersebut.
Namun, beberapa saluran Telegram Rusia merilis video serangan tersebut, sebagaimana dikutip dari Russia Today, Selasa (9/7/2024), mengeklaim bahwa serangan tersebut terjadi di Wilayah Kherson pada malam hari.
Klip hitam-putih tersebut menunjukkan apa yang tampak seperti rekaman udara dari tiga rangkaian HIMARS yang bermanuver di jalan sebelum terkena satu serangan rudal yang kuat, menyebabkan api dan asap membubung ke udara.
Militer Ukraina belum berkomentar atas pengumuman Rusia tersebut.
Bulan lalu, Kementerian Pertahanan Rusia mengeklaim telah menghancurkan HIMARS lainnya di Wilayah Kharkiv, Ukraina. Serangan tersebut terjadi setelah Amerika menyatakan pada bulan Mei bahwa pihaknya mengizinkan Kyiv menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang sasaran yang berada jauh di dalam wilayah Rusia, dan para pejabat Ukraina mengonfirmasi bahwa senjata tersebut digunakan untuk membombardir pusat logistik dan posisi artileri Rusia di seberang perbatasan.
Para pejabat Rusia telah berulang kali menuduh Ukraina menggunakan senjata buatan Barat, khususnya HIMARS dan rudal ATAMCS jarak jauh yang dipasok AS untuk menyerang warga sipil. Dalam konteks ini, Moskow mengecam Washington atas pengiriman senjata, dengan alasan bahwa dengan melakukan hal tersebut, AS “mendorong teroris di Kyiv untuk melakukan kejahatan baru.”
Rusia juga mengatakan pihaknya sangat menyadari kehadiran personel militer asing di Ukraina, dan menyatakan bahwa mereka dianggap sebagai “target sah” bagi pasukan Moskow. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada akhir Mei bahwa tentara asing tersebut menjadi korban.
“Serangan itu juga menewaskan hingga 10 spesialis asing yang melayani sistem tersebut,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam pengumumannya pada hari Senin.
Kementerian itu mengatakan sistem-sistem tersebut dilenyapkan melalui operasi gabungan pesawat tempur, drone, artileri, dan pasukan rudal Rusia.
Baca Juga
Namun para pejabat militer Moskow tidak bersedia menyebutkan di mana HIMARS—yang memiliki jangkauan tembakan sekitar 80 km—dihancurkan, dan mereka juga tidak memberikan rincian mengenai kewarganegaraan para operator asing tersebut.
Namun, beberapa saluran Telegram Rusia merilis video serangan tersebut, sebagaimana dikutip dari Russia Today, Selasa (9/7/2024), mengeklaim bahwa serangan tersebut terjadi di Wilayah Kherson pada malam hari.
Klip hitam-putih tersebut menunjukkan apa yang tampak seperti rekaman udara dari tiga rangkaian HIMARS yang bermanuver di jalan sebelum terkena satu serangan rudal yang kuat, menyebabkan api dan asap membubung ke udara.
Militer Ukraina belum berkomentar atas pengumuman Rusia tersebut.
Bulan lalu, Kementerian Pertahanan Rusia mengeklaim telah menghancurkan HIMARS lainnya di Wilayah Kharkiv, Ukraina. Serangan tersebut terjadi setelah Amerika menyatakan pada bulan Mei bahwa pihaknya mengizinkan Kyiv menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang sasaran yang berada jauh di dalam wilayah Rusia, dan para pejabat Ukraina mengonfirmasi bahwa senjata tersebut digunakan untuk membombardir pusat logistik dan posisi artileri Rusia di seberang perbatasan.
Para pejabat Rusia telah berulang kali menuduh Ukraina menggunakan senjata buatan Barat, khususnya HIMARS dan rudal ATAMCS jarak jauh yang dipasok AS untuk menyerang warga sipil. Dalam konteks ini, Moskow mengecam Washington atas pengiriman senjata, dengan alasan bahwa dengan melakukan hal tersebut, AS “mendorong teroris di Kyiv untuk melakukan kejahatan baru.”
Rusia juga mengatakan pihaknya sangat menyadari kehadiran personel militer asing di Ukraina, dan menyatakan bahwa mereka dianggap sebagai “target sah” bagi pasukan Moskow. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada akhir Mei bahwa tentara asing tersebut menjadi korban.
(mas)
tulis komentar anda