National Rally Bersiap untuk Kemenangan Bersejarah dalam Pemilu di Prancis
Senin, 01 Juli 2024 - 19:45 WIB
PARIS - Partai sayap kanan National Rally (RN) bersiap memenangkan putaran pertama pemilu parlemen Prancis yang diselenggarakan pada hari Minggu (30/6/2024), menurut jajak pendapat.
Hasil tersebut akan menandai kekalahan telak bagi Presiden Emmanuel Macron dan koalisinya yang berhaluan tengah Together (Ensemble).
Macron menyerukan pemungutan suara awal menyusul kinerja buruk Partai Renaissance dalam pemilihan Parlemen Eropa bulan lalu, ketika RN, yang dipimpin Jordan Bardella, memenangkan kursi terbanyak yang dialokasikan untuk Prancis.
Menurut proyeksi yang dirilis pada Minggu malam oleh lembaga survei Ipsos dan Talan, RN dan sekutunya memimpin dengan 33,2% suara, diikuti blok sayap kiri New Popular Front (28,1%).
Koalisi Macron berada di posisi ketiga dengan 21%. Tingkat partisipasi diperkirakan mencapai 65,5%, tertinggi yang pernah dialami Prancis dalam empat dekade.
Menurut proyeksi Radio France Internationale (RFI), RN siap mengamankan antara 230 dan 280 kursi di Majelis Nasional yang beranggotakan 577 orang, sementara perkiraan untuk blok Macron adalah antara 70 dan 100 kursi.
Pendukung National Rally merayakan penampilan gemilang mereka, karena para pemimpin partai mendesak mereka untuk "memobilisasi" untuk putaran kedua pemungutan suara pada 7 Juli.
"Rakyat Prancis hampir menyapu bersih blok Macronist," ujar Marine Le Pen, mantan pemimpin lama RN yang saat ini memimpin fraksi partai di parlemen.
"Putaran kedua akan menentukan hasil (akhir)," tambah dia, menekankan RN perlu memenangkan mayoritas absolut agar Macron dapat mencalonkan Bardella sebagai perdana menteri.
Macron bereaksi terhadap hasil yang diproyeksikan pada Minggu dengan mendesak para pemilih "memblokir sayap kanan" dan membentuk koalisi untuk mencegah RN mengendalikan parlemen Prancis.
"Sudah tiba saatnya bagi aliansi yang luas, yang jelas-jelas demokratis dan republik untuk putaran kedua," ujar Macron.
Ia berpendapat jumlah pemilih yang tinggi menunjukkan "pentingnya pemilihan ini bagi semua rekan senegara kita dan keinginan untuk memperjelas situasi politik."
Perdana Menteri Gabriel Attal mengatakan, "tidak ada satu pun suara yang boleh diberikan kepada National Rally," dengan alasan negara "harus menghentikan" hak untuk memperoleh mayoritas absolut.
Pemimpin Front Populer Baru Jean-Luc Melenchon menggambarkan hasil yang diproyeksikan pada hari Minggu sebagai kekalahan yang "berat dan tak terbantahkan" bagi aliansi Macron, tetapi juga mendesak rakyat Prancis untuk bersatu melawan RN.
Lihat Juga: Siapa Georges Abdallah? Ikon Perjuangan Lebanon yang Dibebaskan setelah Dipenjara 40 Tahun di Prancis
Hasil tersebut akan menandai kekalahan telak bagi Presiden Emmanuel Macron dan koalisinya yang berhaluan tengah Together (Ensemble).
Macron menyerukan pemungutan suara awal menyusul kinerja buruk Partai Renaissance dalam pemilihan Parlemen Eropa bulan lalu, ketika RN, yang dipimpin Jordan Bardella, memenangkan kursi terbanyak yang dialokasikan untuk Prancis.
Menurut proyeksi yang dirilis pada Minggu malam oleh lembaga survei Ipsos dan Talan, RN dan sekutunya memimpin dengan 33,2% suara, diikuti blok sayap kiri New Popular Front (28,1%).
Koalisi Macron berada di posisi ketiga dengan 21%. Tingkat partisipasi diperkirakan mencapai 65,5%, tertinggi yang pernah dialami Prancis dalam empat dekade.
Menurut proyeksi Radio France Internationale (RFI), RN siap mengamankan antara 230 dan 280 kursi di Majelis Nasional yang beranggotakan 577 orang, sementara perkiraan untuk blok Macron adalah antara 70 dan 100 kursi.
Pendukung National Rally merayakan penampilan gemilang mereka, karena para pemimpin partai mendesak mereka untuk "memobilisasi" untuk putaran kedua pemungutan suara pada 7 Juli.
"Rakyat Prancis hampir menyapu bersih blok Macronist," ujar Marine Le Pen, mantan pemimpin lama RN yang saat ini memimpin fraksi partai di parlemen.
"Putaran kedua akan menentukan hasil (akhir)," tambah dia, menekankan RN perlu memenangkan mayoritas absolut agar Macron dapat mencalonkan Bardella sebagai perdana menteri.
Macron bereaksi terhadap hasil yang diproyeksikan pada Minggu dengan mendesak para pemilih "memblokir sayap kanan" dan membentuk koalisi untuk mencegah RN mengendalikan parlemen Prancis.
"Sudah tiba saatnya bagi aliansi yang luas, yang jelas-jelas demokratis dan republik untuk putaran kedua," ujar Macron.
Ia berpendapat jumlah pemilih yang tinggi menunjukkan "pentingnya pemilihan ini bagi semua rekan senegara kita dan keinginan untuk memperjelas situasi politik."
Perdana Menteri Gabriel Attal mengatakan, "tidak ada satu pun suara yang boleh diberikan kepada National Rally," dengan alasan negara "harus menghentikan" hak untuk memperoleh mayoritas absolut.
Pemimpin Front Populer Baru Jean-Luc Melenchon menggambarkan hasil yang diproyeksikan pada hari Minggu sebagai kekalahan yang "berat dan tak terbantahkan" bagi aliansi Macron, tetapi juga mendesak rakyat Prancis untuk bersatu melawan RN.
Lihat Juga: Siapa Georges Abdallah? Ikon Perjuangan Lebanon yang Dibebaskan setelah Dipenjara 40 Tahun di Prancis
(sya)
tulis komentar anda