Kesal, AS Sebut Sekutu Eropanya Pendukung Ayatollah
Jum'at, 21 Agustus 2020 - 22:49 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) secara kontroversial mengaktifkan klausul snapback perjanjian nuklir Iran yang memulihkan kembali seluruh sanksi PBB. Namun langkah itu tidak mendapat dukungan dari sekutu Eropanya.
Inggris , Prancis , dan Jerman mengatakan AS tidak memiliki hak hukum untuk memicu sanksi "snapback" karena menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pun marah atas penolakan rencana AS tersebut. Ia menuduh Inggris, Prancis dan Jerman sebagai pendukung Ayatollah.
"Tidak ada negara selain Amerika Serikat yang memiliki keberanian dan keyakinan untuk mengajukan resolusi. Sebaliknya, mereka memilih untuk berpihak pada Ayatollah," kata Pompeo setelah secara resmi mengajukan pengaduan yang menuduh Iran tidak mematuhi kesepakatan tersebut seperti dikutip dari BBC, Jumat (21/8/2020).
Negara-negara lain di Dewan Keamanan memiliki waktu 30 hari untuk mengadopsi resolusi guna mencegah snapback. Namun, sebagai anggota tetap, AS akan dapat menggunakan hak vetonya.
"AS akan melakukan segala yang bisa dilakukan untuk menegakkan sanksi terhadap Iran jika dilanggar," tambah Pompeo.
Langkah pemerintahan Trump ini datang seminggu setelah Dewan Keamanan (DK) PBB menolak resolusinya untuk memperpanjang embargo senjata tanpa batas terhadap Iran yang akan berakhir pada Oktober.(Baca: PBB Tolak Perpanjang Embargo Senjata Iran )
Pompeo mengatakan akan menjadi kesalahan besar jika tidak memperpanjang embargo senjata, menambahkan bahwa AS tidak akan pernah mengizinkan Iran untuk membeli dan menjual senjata konvensional seperti tank.
"Tindakan mereka membahayakan rakyat Irak, Yaman, Lebanon, Suriah, dan bahkan warga negara mereka sendiri," ujarnya merujuk pada keputusan sekutu Eropa mereka.
Inggris , Prancis , dan Jerman mengatakan AS tidak memiliki hak hukum untuk memicu sanksi "snapback" karena menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pun marah atas penolakan rencana AS tersebut. Ia menuduh Inggris, Prancis dan Jerman sebagai pendukung Ayatollah.
"Tidak ada negara selain Amerika Serikat yang memiliki keberanian dan keyakinan untuk mengajukan resolusi. Sebaliknya, mereka memilih untuk berpihak pada Ayatollah," kata Pompeo setelah secara resmi mengajukan pengaduan yang menuduh Iran tidak mematuhi kesepakatan tersebut seperti dikutip dari BBC, Jumat (21/8/2020).
Negara-negara lain di Dewan Keamanan memiliki waktu 30 hari untuk mengadopsi resolusi guna mencegah snapback. Namun, sebagai anggota tetap, AS akan dapat menggunakan hak vetonya.
"AS akan melakukan segala yang bisa dilakukan untuk menegakkan sanksi terhadap Iran jika dilanggar," tambah Pompeo.
Langkah pemerintahan Trump ini datang seminggu setelah Dewan Keamanan (DK) PBB menolak resolusinya untuk memperpanjang embargo senjata tanpa batas terhadap Iran yang akan berakhir pada Oktober.(Baca: PBB Tolak Perpanjang Embargo Senjata Iran )
Pompeo mengatakan akan menjadi kesalahan besar jika tidak memperpanjang embargo senjata, menambahkan bahwa AS tidak akan pernah mengizinkan Iran untuk membeli dan menjual senjata konvensional seperti tank.
"Tindakan mereka membahayakan rakyat Irak, Yaman, Lebanon, Suriah, dan bahkan warga negara mereka sendiri," ujarnya merujuk pada keputusan sekutu Eropa mereka.
tulis komentar anda