Presiden Negara-negara Afrika Barat Akan Kunjungi Mali

Jum'at, 21 Agustus 2020 - 01:34 WIB
Presiden sejumlah negara Afrika barat akan mengunjungi Mali yang baru saja dilanda kudeta militer. Foto/Financial Times
BAMAKO - Presiden sejumlah negara Afrika Barat dilaporkan berencana terbang ke Mali setelah kekuatan regional meningkatkan upaya untuk menggagalkan perubahan rezim yang dipicu oleh kudeta . Langkah ini diambil setelah koalisi oposisi Mali bergabung dengan junta militer dalam menolak campur tangan asing.

Para pemimpin dari 15 negara Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) bersidang mengenai krisis di Mali dan menangguhkan keanggotaan negara itu. Mereka juga menutup perbatasan serta menghentikan aliran keuangan sebagai respon atas penggulingan Presiden Ibrahim Boubacar Keita pada Selasa lalu.

Blok tersebut berencana untuk mengirim delegasi presiden termasuk para pemimpin Niger, Senegal dan Ghana ke ibu kota Mali, Bamako, untuk mencari penyelesaian atas krisis tersebut. Hal itu diungkapkan seorang diplomat regional dan seorang pejabat senior.



Namun laporan tersebut belum bisa dikonfirmasi kebenarannya.

ECOWAS diperkirakan akan merilis pernyataan yang menguraikan langkah selanjutnya pada hari Kamis waktu setempat.

Pada bulan Juli, delegasi ECOWAS gagal menengahi kesepakatan antara Keita dan oposisi, yang memimpin protes besar-besaran terhadap pemerintah.

Para pemimpin yang menghadiri KTT virtual blok tersebut mengatakan pergolakan politik di Mali dapat mengguncang seluruh kawasan.

“Peristiwa di Mali (memiliki) konsekuensi serius bagi perdamaian dan keamanan Afrika Barat,” tweet Presiden Nigeria Muhammadu Buhari. (Baca: Buntut Kudeta Militer, Uni Afrika Tangguhkan Keanggotaan Mali )

Di Mali, koalisi kelompok oposisi M5-RFP mengatakan pihaknya bekerja dengan para pemberontak. Ini memberi label tanggapan awal ECOWAS terhadap reaksi berlebihan kudeta yang berasal dari ketakutan beberapa pemimpin regional bahwa hal itu dapat memicu kerusuhan di negara mereka.

"(Para pemimpin) berusaha keras untuk mengatur ECOWAS melawan Mali," kata juru bicara M5-RFP Nouhoum Togo seperti dikutip dari Reuters, Jumat (21/8/2020).

Ibu kota Mali, Bamako tenang untuk hari kedua berturut-turut pada hari Kamis, kata seorang wartawan Reuters, ketika orang-orang tampaknya mengindahkan seruan sebelumnya dari juru bicara junta militer Kolonel Ismael Wague untuk kembali bekerja dan menjalani kehidupan sehari-hari.

Marc-Andre Boisvert, seorang penyelidik independen di pasukan keamanan Mali, mengatakan para pemberontak senior semuanya adalah kolonel tentara yang dihormati. (Baca: Militer Mali Berjanji Gelar Pemilu Pasca Lakukan Kudeta )

"Itu adalah kudeta yang dipimpin oleh perwira yang berpengalaman dalam pertempuran, bukan berdasarkan kepribadian," katanya.

"Saya berharap mereka dipilih untuk menjadi citra kudeta karena mereka dihormati dan dekat dengan tentara (biasa)," imbuhnya.

Kudeta di Mali telah mendapat kecaman di luar negeri. Peristiwa itu mengguncang negara yang sudah berada dalam cengkeraman pemberontakan jihadis dan kerusuhan sipil. (Baca: Disandera dan Ditodong Senjata, Presiden Mali Mengundurkan Diri )

Kudeta tersebut telah memicu kekhawatiran bahwa hal itu dapat mengganggu kampanye militer terhadap para jihadis yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIS yang beroperasi di Mali utara dan tengah serta wilayah Sahel yang lebih luas di Afrika Barat.

Prancis sendiri menegaskan akan melanjutkan operasi militernya yang berbasis di Mali melawan ekstrimis Islam, kata menteri angkatan bersenjatanya.

Mali yang terkurung daratan telah berjuang untuk mendapatkan kembali stabilitas sejak pemberontakan Tuareg pada tahun 2012 yang dibajak oleh militan terkait al-Qaeda, dan kudeta di ibu kota membuat negara itu dalam kekacauan.
(ber)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More