China Terus Dorong Sinifikasi di Xinjiang, Budaya Uighur Perlahan Pudar

Selasa, 11 Juni 2024 - 11:02 WIB
Provinsi tersebut merupakan salah satu wilayah paling banyak diawasi di dunia, dengan penggunaan kamera, teknologi pengenalan wajah, dan sistem pengumpulan data yang ekstensif.

Peralatan pengawasan ini tidak hanya mengendalikan kehidupan sehari-hari etnis Uighur, tetapi juga menekan perbedaan pendapat dan menegakkan kesesuaian budaya.

Apa yang disebut “kamp pendidikan ulang”—tempat hingga satu juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya ditahan—merupakan inti dari strategi sinifikasi untuk perlahan-lahan melunturkan budaya Uighur dan mendorong nilai-nilai China.

Di kamp-kamp tersebut, para tahanan diketahui telah menjadi sasaran indoktrinasi politik, di mana mereka dipaksa meninggalkan keyakinan agama dan budaya mereka agar bersedia menerima ideologi CCP.

Eksistensi Budaya Uighur



Pendekatan Beijing terhadap Xinjiang telah lama menjadi isu kontroversial yang menyebabkan kemarahan global terhadap taktik represif yang telah diterapkan CCP.

Banyaknya laporan dan tuduhan penindasan budaya telah membuktikan sifat buruk dari sinifikasi, di mana CPP dituding berusaha merusak budaya, identitas, dan agama masyarakat Uighur.

Langkah-langkah kontroversial CCP berkisar dari pembatasan praktik keagamaan hingga erosi bahasa Uighur, yang secara mendasar mengubah tatanan budaya di wilayah tersebut.

Lebih jauh lagi, “narasi pembangunan” yang didorong pemerintahan China di Xinjiang sering kali membingkai Uighur sebagai etnis terbelakang, dengan mendorong asimilasi budaya etnis Han yang dominan sebagai satu-satunya jalan menuju modernisasi.

Hal itu tidak hanya merusak warisan budaya unik masyarakat Xinjiang, tetapi juga memicu kebencian dan rasa kehilangan di antara masyarakat lokal.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More