Putin Kunjungi China, Dielu-elukan sebagai Kaisar dan Jadi Trending Topic
Kamis, 16 Mei 2024 - 10:51 WIB
BEIJING - Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi China pada Kamis (16/5/2024), yang menjadi perjalanan luar negeri pertamanya sejak dilantik sebagai presiden periode kelima.
Pemimpin Kremlin itu disambut Presiden China Xi Jinping, di mana keduanya bersalaman di luar gedung Aula Besar Rakyat di Lapangan Tiananmen.
Kedua pemimpin mendengarkan orkestra militer membawakan lagu kebangsaan kedua negara. Mereka kemudian berfoto dan beranjak untuk pertemuan antardelegasi.
Putin didampingi oleh beberapa menteri negara, yang akan berpartisipasi dalam negosiasi proyek bersama yang bertujuan untuk memperdalam hubungan bilateral.
Dalam wawancara dengan Xinhua sebelum kunjungan tersebut, Putin memuji “tingkat kemitraan strategis yang belum pernah terjadi sebelumnya” antara kedua negara.
Rusia dan China memiliki posisi serupa mengenai perang di Ukraina.
Berbicara kepada Xinhua, Putin memuji Beijing karena memahami akar permasalahan dan signifikansi geopolitik global.
China menolak menyalahkan Rusia atas perang di Ukraina dan justru mengutuk ekspansi NATO dan “mentalitas Perang Dingin” Amerika Serikat (AS).
Pemimpin Kremlin itu disambut Presiden China Xi Jinping, di mana keduanya bersalaman di luar gedung Aula Besar Rakyat di Lapangan Tiananmen.
Kedua pemimpin mendengarkan orkestra militer membawakan lagu kebangsaan kedua negara. Mereka kemudian berfoto dan beranjak untuk pertemuan antardelegasi.
Putin didampingi oleh beberapa menteri negara, yang akan berpartisipasi dalam negosiasi proyek bersama yang bertujuan untuk memperdalam hubungan bilateral.
Dalam wawancara dengan Xinhua sebelum kunjungan tersebut, Putin memuji “tingkat kemitraan strategis yang belum pernah terjadi sebelumnya” antara kedua negara.
Rusia dan China memiliki posisi serupa mengenai perang di Ukraina.
Berbicara kepada Xinhua, Putin memuji Beijing karena memahami akar permasalahan dan signifikansi geopolitik global.
China menolak menyalahkan Rusia atas perang di Ukraina dan justru mengutuk ekspansi NATO dan “mentalitas Perang Dingin” Amerika Serikat (AS).
Lihat Juga :
tulis komentar anda