Mesir Murka Israel Lempar Tanggung Jawab soal Penutupan Perlintasan Rafah
Rabu, 15 Mei 2024 - 10:15 WIB
RAFAH - Israel mengatakan, pada Selasa (14/5/2024), bahwa Mesir harus membuka kembali Penyeberangan Rafah dan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.
Pernyataan Israel mendorong Mesir mengecam apa yang digambarkannya sebagai upaya rezim penjajah Zionis untuk mengalihkan kesalahan atas penghentian pengiriman bantuan melalui Rafah.
Penyeberangan Rafah berada di perbatasan antara Mesir dan Gaza selatan, dan telah menjadi jalur penting bagi bantuan yang masuk ke wilayah pesisir tersebut.
“Kunci untuk mencegah krisis kemanusiaan di Gaza kini berada di tangan teman-teman Mesir kita,” ujar Menteri Luar Negeri Israel Menteri Katz dalam komentarnya yang diedarkan kepada wartawan.
Katz mengatakan dia telah berbicara dengan rekan-rekannya dari Inggris dan Jerman tentang “perlunya membujuk Mesir untuk membuka kembali Penyeberangan Rafah.”
Dia mengaku akan berbicara dengan Menteri Luar Negeri Italia pada hari Selasa.
“Kelompok Palestina, Hamas, yang menguasai Gaza, tidak akan mengendalikan Penyeberangan Rafah,” ujar Katz, mengutip kekhawatiran keamanan yang “tidak akan dikompromikan oleh Israel”.
Komentar tersebut mendapat tanggapan cepat dari Kementerian Luar Negeri Mesir, yang mengatakan Israel bertanggung jawab atas krisis kemanusiaan di Gaza dan operasi militer Israel di sekitar Rafah adalah alasan utama mengapa bantuan dicegah memasuki wilayah kantong tersebut.
Mesir secara konsisten mengatakan Penyeberangan tetap terbuka di pihaknya selama konflik yang dimulai antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober.
Kairo telah menjadi salah satu mediator dalam perundingan gencatan senjata yang terhenti, namun hubungannya dengan Israel berada dalam ketegangan sejak pasukan Israel merebut Penyeberangan Rafah pada 7 Mei.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan bantuan internasional lainnya mengatakan penutupan dua penyeberangan ke Gaza selatan, Rafah dan Karm Abu Salem yang dikuasai Israel, telah memutus wilayah kantong tersebut dari bantuan luar.
PBB telah memperingatkan, sebelum penutupan kedua penyeberangan tersebut, Gaza berada di ambang kelaparan.
Israel telah membunuh lebih dari 35.000 orang Palestina, menurut pejabat kesehatan Gaza.
Pernyataan Israel mendorong Mesir mengecam apa yang digambarkannya sebagai upaya rezim penjajah Zionis untuk mengalihkan kesalahan atas penghentian pengiriman bantuan melalui Rafah.
Penyeberangan Rafah berada di perbatasan antara Mesir dan Gaza selatan, dan telah menjadi jalur penting bagi bantuan yang masuk ke wilayah pesisir tersebut.
“Kunci untuk mencegah krisis kemanusiaan di Gaza kini berada di tangan teman-teman Mesir kita,” ujar Menteri Luar Negeri Israel Menteri Katz dalam komentarnya yang diedarkan kepada wartawan.
Katz mengatakan dia telah berbicara dengan rekan-rekannya dari Inggris dan Jerman tentang “perlunya membujuk Mesir untuk membuka kembali Penyeberangan Rafah.”
Dia mengaku akan berbicara dengan Menteri Luar Negeri Italia pada hari Selasa.
“Kelompok Palestina, Hamas, yang menguasai Gaza, tidak akan mengendalikan Penyeberangan Rafah,” ujar Katz, mengutip kekhawatiran keamanan yang “tidak akan dikompromikan oleh Israel”.
Komentar tersebut mendapat tanggapan cepat dari Kementerian Luar Negeri Mesir, yang mengatakan Israel bertanggung jawab atas krisis kemanusiaan di Gaza dan operasi militer Israel di sekitar Rafah adalah alasan utama mengapa bantuan dicegah memasuki wilayah kantong tersebut.
Mesir secara konsisten mengatakan Penyeberangan tetap terbuka di pihaknya selama konflik yang dimulai antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober.
Kairo telah menjadi salah satu mediator dalam perundingan gencatan senjata yang terhenti, namun hubungannya dengan Israel berada dalam ketegangan sejak pasukan Israel merebut Penyeberangan Rafah pada 7 Mei.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan bantuan internasional lainnya mengatakan penutupan dua penyeberangan ke Gaza selatan, Rafah dan Karm Abu Salem yang dikuasai Israel, telah memutus wilayah kantong tersebut dari bantuan luar.
PBB telah memperingatkan, sebelum penutupan kedua penyeberangan tersebut, Gaza berada di ambang kelaparan.
Israel telah membunuh lebih dari 35.000 orang Palestina, menurut pejabat kesehatan Gaza.
(sya)
tulis komentar anda