Kata Erdogan, Lebih dari 1.000 Milisi Hamas Dirawat di RS Turki
Selasa, 14 Mei 2024 - 07:26 WIB
ANKARA - Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Senin bahwa lebih dari 1.000 anggota kelompok militan Hamas dirawat di rumah sakit (RS) di seluruh Turki.
Dia menegaskan kembali pendiriannya bahwa Hamas adalah “gerakan perlawanan", bukan organisasi teroris seperti anggapan Israel dan sekutu-sekutu Barat Zionis.
Berbicara dalam konferensi pers usai pembicaraan dengan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis di Ankara, Erdogan juga mengaku sedih dengan pandangan Yunani yang menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
Tak lama setelah komentar Erdogan muncul, seorang pejabat Turki—yang enggan disebutkan namanya—mengklarifikasi maksud Erdogan tentang lebih dari 1.000 milisi Hamas yang dirawat di RS Turki.
Menurutnya, presiden bermaksud merujuk pada warga Palestina dari Gaza secara umum, bukan anggota Hamas.
“Presiden Erdogan salah bicara, yang dia maksud adalah 1.000 warga Gaza yang dirawat, bukan anggota Hamas,” kata pejabat Turki tersebut, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (14/5/2024).
Mitsotakis mengatakan Yunani dan Turki tidak dapat menyepakati semua isu terkait perang di Gaza. Namun, kata dia, kedua pihak sepakat bahwa kekerasan harus diakhiri dan gencatan senjata jangka panjang diperlukan.
“Mari kita sepakat untuk tidak setuju,” kata Mitsotakis menanggapi Erdogan.
Erdogan mengatakan kepada Mitsotakis: “Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan antara Ankara dan Athena."
Turki dan Yunani, sekutu NATO dan musuh bersejarah, telah lama berselisih mengenai berbagai masalah termasuk perbatasan maritim, sumber daya energi di Mediterania timur, penerbangan di atas Laut Aegea, dan perpecahan etnis di Siprus.
Setelah bertahun-tahun mengalami ketegangan yang membawa keduanya ke ambang konflik, mereka mulai mengambil langkah-langkah penting untuk memperbaiki hubungan, terutama sejak kedua pemimpin tersebut terpilih kembali tahun lalu.
“Meskipun ada perbedaan pendapat, kami fokus pada agenda positif dengan menjaga saluran dialog tetap terbuka,” kata Erdogan pada konferensi pers bersama dengan Mitsotakis.
"Pertemuan yang sering dilakukan para pemimpin dalam beberapa bulan terakhir telah membuktikan bahwa kita bertetangga dapat membangun pendekatan saling pengertian, bukan sebagai pengecualian tetapi sebagai hal yang normal dan produktif," kata Mitsotakis.
“Hari ini kami menunjukkan bahwa di samping ketidaksepakatan kami yang terbukti, kami dapat memetakan halaman kesepakatan yang paralel,” imbuh dia.
Erdogan mengunjungi Athena pada bulan Desember lalu dan kedua negara menandatangani “Deklarasi Athena” yang bertujuan untuk menetapkan dasar peta jalan untuk memulihkan hubungan.
Mereka sepakat untuk meningkatkan perdagangan, menjaga saluran komunikasi tetap terbuka, melakukan langkah-langkah membangun kepercayaan militer untuk mengurangi ketegangan, dan mengatasi masalah-masalah yang membuat mereka berselisih.
Pada hari Minggu, Mitsotakis mengatakan kepada harian Turki; Milliyet, bahwa kunjungannya ke Ankara—yang pertama dalam lima tahun—adalah kesempatan untuk mengevaluasi kemajuan dan menegaskan kembali komitmen Athena untuk meningkatkan hubungan.
Erdogan, ketika berbicara kepada harian Yunani; Kathimerini, pada hari Minggu mengatakan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan tingkat hubungan bilateral kedua pihak ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan menambahkan bahwa negara-negara tetangga memiliki banyak masalah yang dapat mereka sepakati sambil mencari solusi untuk masalah mereka.
Namun, kedua negara sekutu tersebut masih berselisih mengenai beberapa masalah termasuk yurisdiksi maritim.
Rencana Yunani untuk membangun taman laut di Laut Aegea, yang dikatakan bertujuan untuk menjaga lingkungan, telah membuat marah Turki. Sedangkan Athena kesal dengan keputusan Turki untuk mengubah gereja kuno Chora, yang sebelumnya merupakan museum selama beberapa dekade, menjadi masjid.
Dia menegaskan kembali pendiriannya bahwa Hamas adalah “gerakan perlawanan", bukan organisasi teroris seperti anggapan Israel dan sekutu-sekutu Barat Zionis.
Berbicara dalam konferensi pers usai pembicaraan dengan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis di Ankara, Erdogan juga mengaku sedih dengan pandangan Yunani yang menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
Baca Juga
Tak lama setelah komentar Erdogan muncul, seorang pejabat Turki—yang enggan disebutkan namanya—mengklarifikasi maksud Erdogan tentang lebih dari 1.000 milisi Hamas yang dirawat di RS Turki.
Menurutnya, presiden bermaksud merujuk pada warga Palestina dari Gaza secara umum, bukan anggota Hamas.
“Presiden Erdogan salah bicara, yang dia maksud adalah 1.000 warga Gaza yang dirawat, bukan anggota Hamas,” kata pejabat Turki tersebut, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (14/5/2024).
Mitsotakis mengatakan Yunani dan Turki tidak dapat menyepakati semua isu terkait perang di Gaza. Namun, kata dia, kedua pihak sepakat bahwa kekerasan harus diakhiri dan gencatan senjata jangka panjang diperlukan.
“Mari kita sepakat untuk tidak setuju,” kata Mitsotakis menanggapi Erdogan.
Erdogan mengatakan kepada Mitsotakis: “Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan antara Ankara dan Athena."
Turki dan Yunani, sekutu NATO dan musuh bersejarah, telah lama berselisih mengenai berbagai masalah termasuk perbatasan maritim, sumber daya energi di Mediterania timur, penerbangan di atas Laut Aegea, dan perpecahan etnis di Siprus.
Setelah bertahun-tahun mengalami ketegangan yang membawa keduanya ke ambang konflik, mereka mulai mengambil langkah-langkah penting untuk memperbaiki hubungan, terutama sejak kedua pemimpin tersebut terpilih kembali tahun lalu.
“Meskipun ada perbedaan pendapat, kami fokus pada agenda positif dengan menjaga saluran dialog tetap terbuka,” kata Erdogan pada konferensi pers bersama dengan Mitsotakis.
"Pertemuan yang sering dilakukan para pemimpin dalam beberapa bulan terakhir telah membuktikan bahwa kita bertetangga dapat membangun pendekatan saling pengertian, bukan sebagai pengecualian tetapi sebagai hal yang normal dan produktif," kata Mitsotakis.
“Hari ini kami menunjukkan bahwa di samping ketidaksepakatan kami yang terbukti, kami dapat memetakan halaman kesepakatan yang paralel,” imbuh dia.
Erdogan mengunjungi Athena pada bulan Desember lalu dan kedua negara menandatangani “Deklarasi Athena” yang bertujuan untuk menetapkan dasar peta jalan untuk memulihkan hubungan.
Mereka sepakat untuk meningkatkan perdagangan, menjaga saluran komunikasi tetap terbuka, melakukan langkah-langkah membangun kepercayaan militer untuk mengurangi ketegangan, dan mengatasi masalah-masalah yang membuat mereka berselisih.
Pada hari Minggu, Mitsotakis mengatakan kepada harian Turki; Milliyet, bahwa kunjungannya ke Ankara—yang pertama dalam lima tahun—adalah kesempatan untuk mengevaluasi kemajuan dan menegaskan kembali komitmen Athena untuk meningkatkan hubungan.
Erdogan, ketika berbicara kepada harian Yunani; Kathimerini, pada hari Minggu mengatakan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan tingkat hubungan bilateral kedua pihak ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan menambahkan bahwa negara-negara tetangga memiliki banyak masalah yang dapat mereka sepakati sambil mencari solusi untuk masalah mereka.
Namun, kedua negara sekutu tersebut masih berselisih mengenai beberapa masalah termasuk yurisdiksi maritim.
Rencana Yunani untuk membangun taman laut di Laut Aegea, yang dikatakan bertujuan untuk menjaga lingkungan, telah membuat marah Turki. Sedangkan Athena kesal dengan keputusan Turki untuk mengubah gereja kuno Chora, yang sebelumnya merupakan museum selama beberapa dekade, menjadi masjid.
(mas)
tulis komentar anda