Warga Palestina Terlalu Lapar untuk Tinggalkan Rafah, Israel Makin Barbar
Kamis, 09 Mei 2024 - 17:04 WIB
Pasukan Israel makin barbar dengan membunuh lebih dari 34.700 warga Palestina di Jalur Gaza, melukai lebih dari 78.000 orang, yang sebagian besar wanita dan anak-anak.
Pekerja bantuan juga menegaskan kembali sulitnya memasukkan bantuan ke Gaza dan kemudian mendistribusikannya.
Penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom, yang dilalui sebagian besar bantuan mencapai Jalur Gaza yang terkepung, telah ditutup sejak Minggu malam.
Jalan-jalan di Gaza sebagian besar hancur atau diblokir oleh orang-orang yang berlindung, sehingga berkontribusi terhadap sulitnya pergerakan barang dan orang.
“Hanya sejumlah kecil rute, terutama antara utara dan selatan, yang tersedia untuk keperluan kemanusiaan,” papar Jeremy Konyndyk, dari Refugees International.
Masalah lainnya adalah kepadatan yang berlebihan. “Di Deir al-Balah dan daerah Mawasi di pinggiran Kegubernuran Rafah dan Khan Younis, hampir tidak ada tempat. Ada tenda di mana-mana, di pantai, di trotoar, di jalan, di kuburan, di halaman rumah sakit, di halaman sekolah,” papar Ghada Alhaddad, dari Oxfam International.
Saieh menjelaskan timnya membutuhkan waktu enam pekan dan empat kali gagal untuk memindahkan beberapa ratus paket makanan dari Rafah ke utara Gaza.
"Satu liter bahan bakar berharga USD40 kemarin," ungkap Ranchal.
Bahan bakar masuk melalui penyeberangan Rafah. “Seluruh operasi bantuan menggunakan bahan bakar. Jika bahan bakar dihentikan, operasi bantuan akan gagal,” ujar Konyndyk.
Pembatasan Gerak
Pekerja bantuan juga menegaskan kembali sulitnya memasukkan bantuan ke Gaza dan kemudian mendistribusikannya.
Penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom, yang dilalui sebagian besar bantuan mencapai Jalur Gaza yang terkepung, telah ditutup sejak Minggu malam.
Jalan-jalan di Gaza sebagian besar hancur atau diblokir oleh orang-orang yang berlindung, sehingga berkontribusi terhadap sulitnya pergerakan barang dan orang.
“Hanya sejumlah kecil rute, terutama antara utara dan selatan, yang tersedia untuk keperluan kemanusiaan,” papar Jeremy Konyndyk, dari Refugees International.
Masalah lainnya adalah kepadatan yang berlebihan. “Di Deir al-Balah dan daerah Mawasi di pinggiran Kegubernuran Rafah dan Khan Younis, hampir tidak ada tempat. Ada tenda di mana-mana, di pantai, di trotoar, di jalan, di kuburan, di halaman rumah sakit, di halaman sekolah,” papar Ghada Alhaddad, dari Oxfam International.
Saieh menjelaskan timnya membutuhkan waktu enam pekan dan empat kali gagal untuk memindahkan beberapa ratus paket makanan dari Rafah ke utara Gaza.
"Satu liter bahan bakar berharga USD40 kemarin," ungkap Ranchal.
Bahan bakar masuk melalui penyeberangan Rafah. “Seluruh operasi bantuan menggunakan bahan bakar. Jika bahan bakar dihentikan, operasi bantuan akan gagal,” ujar Konyndyk.
Lihat Juga :
tulis komentar anda