Bangladesh Soroti Kualitas Peralatan Militer China yang Berada di Bawah Standar
Kamis, 09 Mei 2024 - 16:15 WIB
6.Bahkan pesawat latih dasar Diamond DA-40 yang dibeli dari China tidak datang dalam kondisi baik. Ada kendala dalam pengoperasian berbagai sistem kontrol.
7.Menawarkan diskon besar, China menjual dua kapal selam bekas kelas Ming Type-035G ke Bangladesh dengan harga masing-masing lebih dari USD100 juta. Namun, kapal selam ini ternyata sudah tidak berguna lagi.
Permintaan bantuan berulang kali yang dilayangkan ke Beijing tidak diindahkan. Meski ada janji awal, peralatan militer China gagal lulus uji pascapengiriman, yang menyebabkan Bangladesh berada dalam posisi genting, tanpa tingkat keamanan yang diharapkan dan menghabiskan anggaran militernya.
Kurangnya kompatibilitas teknologi dengan peralatan militer China juga berdampak buruk. Sebagai negara penerima, Bangladesh kekurangan personel terlatih untuk memecahkan masalah dan kesulitan mendapatkan suku cadang.
Ada juga masalah terkait pelatihan personel Bangladesh oleh China. Beberapa laporan menunjukkan bahwa perwira Angkatan Udara Bangladesh dianiaya oleh perwira China di Universitas Penerbangan Changchun.
Menurut laporan RAND Corporation pada 2023, kesulitan dalam memperoleh suku cadang pengganti dan kurangnya kompatibilitas teknologi dengan peralatan militer China telah menjadi tawaran yang mahal bagi Bangladesh dan negara-negara lain. Bangladesh pernah menahan pembayaran karena sistem rudal permukaan-ke-udara FM-90 China mengalami banyak kendala.
Laporan tersebut menyatakan bahwa kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam kontrak pertahanan China, dan semakin banyak negara yang kurang atau bahkan tidak percaya pada perusahaan China karena dukungan purna jual yang buruk dan peralatan yang dengan cepat berubah menjadi mesin yang tidak berfungsi.
Negara-negara berkembang seperti Bangladesh terpaksa beralih ke China, yang mempraktikkan harga yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan negara-negara Barat. Karena alasan ini, Angkatan Darat Bangladesh memperoleh senjata ringan, artileri, dan kendaraan lapis baja yang diproduksi—kebanyakan disalin—oleh Norinco.
7.Menawarkan diskon besar, China menjual dua kapal selam bekas kelas Ming Type-035G ke Bangladesh dengan harga masing-masing lebih dari USD100 juta. Namun, kapal selam ini ternyata sudah tidak berguna lagi.
Permintaan bantuan berulang kali yang dilayangkan ke Beijing tidak diindahkan. Meski ada janji awal, peralatan militer China gagal lulus uji pascapengiriman, yang menyebabkan Bangladesh berada dalam posisi genting, tanpa tingkat keamanan yang diharapkan dan menghabiskan anggaran militernya.
Kurangnya kompatibilitas teknologi dengan peralatan militer China juga berdampak buruk. Sebagai negara penerima, Bangladesh kekurangan personel terlatih untuk memecahkan masalah dan kesulitan mendapatkan suku cadang.
Baca Juga
Caveat Emptor!
Ada juga masalah terkait pelatihan personel Bangladesh oleh China. Beberapa laporan menunjukkan bahwa perwira Angkatan Udara Bangladesh dianiaya oleh perwira China di Universitas Penerbangan Changchun.
Menurut laporan RAND Corporation pada 2023, kesulitan dalam memperoleh suku cadang pengganti dan kurangnya kompatibilitas teknologi dengan peralatan militer China telah menjadi tawaran yang mahal bagi Bangladesh dan negara-negara lain. Bangladesh pernah menahan pembayaran karena sistem rudal permukaan-ke-udara FM-90 China mengalami banyak kendala.
Laporan tersebut menyatakan bahwa kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam kontrak pertahanan China, dan semakin banyak negara yang kurang atau bahkan tidak percaya pada perusahaan China karena dukungan purna jual yang buruk dan peralatan yang dengan cepat berubah menjadi mesin yang tidak berfungsi.
Negara-negara berkembang seperti Bangladesh terpaksa beralih ke China, yang mempraktikkan harga yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan negara-negara Barat. Karena alasan ini, Angkatan Darat Bangladesh memperoleh senjata ringan, artileri, dan kendaraan lapis baja yang diproduksi—kebanyakan disalin—oleh Norinco.
Lihat Juga :
tulis komentar anda