Kecaman Tak Mempan bagi Israel, Mengapa Negara-negara Arab dan Islam Tak Intervensi Militer?

Kamis, 09 Mei 2024 - 12:50 WIB
Israel nekat luncurkan invasi darat ke Rafah, abaikan kecaman dunia internasional termasuk dunia Arab dan Islam. Foto/REUTERS
GAZA - Kecaman dunia internasional, termasuk negara-negara Arab dan Islam, sudah tidak mempan lagi bagi Israel, di mana militer Zionis nekat meluncurkan invasi darat ke Rafah, Gaza selatan.

Kantor berita Palestina; WAFA, pada Kamis (9/5/2024), melaporkan sebanyak 35 warga sipil Palestina tewas dalam 24 jam terakhir di Rafah akibat invasi Zionis.

Kegagalan para pemimpin Arab dalam mengambil sikap tegas terhadap kebrutalan Israel di Gaza bukan hal baru.



Sebaliknya, setiap kali militer Zionis meningkatkan penindasan brutalnya terhadap Palestina dengan dalih memerangi Hamas, sekutu-sekutu Israel dari blok Barat—seperti Australia, Jerman, Prancis, Inggris dan Amerika Serikat—memberikan dukungan.

Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)—yang dianggap mewakili dunia Arab dan Islam—memang rutin menggelar pertemuan yang berujung pada penyampaian kecaman terhadap Israel. Pertemuan OKI terbaru di Gambia mengadopsi resolusi berupa seruan untuk menjatuhkan sanksi terhadap rezim Zionis. Mempankah kecaman tersebut? Berhasilkah seruan sanksi tersebut?



Mesir, yang berbatasan dengan Rafah, terkesan ikut andil membantu warga Gaza yang menderita dengan menyalurkan bantuan kemanusiaan. Namun dunia menyaksikan bahwa Mesir telah membantu Israel mempertahankan pengepungan di Gaza selama 17 tahun terakhir.

Retorika berapi-api dari negara-negara Arab dan Islam dalam membela Palestina tidak pernah diikuti dengan tindakan nyata, baik dalam bentuk intervensi militer atau dalam menekan Barat untuk menghentikan kekejaman Zionis Israel di Gaza.

Bukan berarti Timur Tengah tidak bisa mengendalikan Israel dan sekutu imperialnya. Mengutip ulasan Red Flag, negara-negara Arab dan Islam sebenarnya menguasai sebagian besar cadangan minyak dunia—Arab Saudi dan Irak sendiri menguasai lebih dari 21 persen ekspor minyak harian. Hal ini memberi negara-negara tersebut pengaruh yang sangat besar.

Tapi ini bukan hanya minyak. Terusan Suez, yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah Mesir, sangat penting bagi perdagangan global.

Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar Selandia Baru di Kairo memperkirakan nilai barang yang diangkut melalui terusan tersebut mencapai USD1 triliun per tahun, yang mewakili sekitar 30 persen perdagangan pelayaran global. Ketika terputus selama enam hari karena insiden pada tahun 2021, kerugian yang ditimbulkan terhadap perekonomian dunia diperkirakan mencapai USD9,6 miliar per hari, menurut data dari Lloyd’s List.

Mengapa Dunia Arab dan Islam Tak Manfaatkan Kekuatannya?



Karena mereka enggan, sebagai peserta dalam sistem kapitalisme dan imperialisme global, keberhasilan mereka bergantung pada stabilitas dan profitabilitas secara keseluruhan. Inilah sebabnya mengapa sebagian besar negara-negara tersebut bersekutu dengan AS, yang merupakan pemain paling kuat di panggung dunia.

Seperti kelompok penguasa global lainnya, para pemimpin Arab dan Muslim tidak percaya pada solidaritas etnis, nasional, atau agama.

Komitmen mereka hanya pada keuntungan dan kekuasaan—terutama kepentingan mereka sendiri. Dan jika itu berarti bersekutu dengan AS dan Israel, biarlah—setidaknya demikian meski diakui atau tidak.

Selain itu, mereka juga memimpin negara-negara yang dilanda kemiskinan dan kesenjangan yang endemik, dimana hak-hak dasar perempuan dan kelompok minoritas tidak diberikan.

Mengapa Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman atau Presiden Turki Recep tayyip Erdogan peduli terhadap penindasan Israel terhadap Palestina ketika mereka menindas minoritas Syiah dan Kurdi di negara mereka sendiri? Hal serupa juga terjadi di Iran.

Rezim para mullah cenderung menggunakan kekuatan proksinya. Iran memang baru-baru ini menyerang Israel, namun apakah hasilnya signifikan? Yang terlihat hanya serangan sesaat, berhenti, dan berlanjut dengan klaim-klaim retoris.

Lagi-lagi Hanya Kecaman



Negara-negara Arab dan Islam pada Selasa lalu mengumumkan reaksi mereka terhadap langkah Israel meluncurkan invasi darat ke Rafah dan menutup pintu masuk bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Jalur Gaza yang menderita.

Sekretaris Jenderal Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) Jassim Mohammed AlBudaiwi menyerukan komunitas internasional untuk segera mengambil tindakan dan tindakan kolektif untuk menekan pasukan pendudukan Israel agar menghentikan pelanggaran agresif serius mereka di wilayah Palestina.

Dia menekankan bahwa serangan dan provokasi militer Zionis yang terus berlanjut melemahkan peluang perdamaian dan memperkuat siklus kekerasan yang meningkat di kawasan, yang memerlukan intervensi internasional segera untuk mengakhiri krisis ini.

Dia juga menekankan bahwa memperluas cakupan operasi militer Israel di wilayah Palestina hingga memasukkan Rafah setelah Gaza utara akan membahayakan nyawa banyak warga Palestina, dan juga secara langsung berkontribusi terhadap ancaman perdamaian dan keamanan di seluruh wilayah.

Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan bahwa setiap operasi di Rafah akan berdampak pada seluruh dunia dan meminta Israel untuk segera menarik diri dari jalur penyeberangan yang telah direbutnya.

Menurut Anadolu Agency, juru bicara Kementerian Luar Negeri Oncu Keceli menyambut baik penerimaan pihak Hams terhadap proposal terbaru untuk gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan.

“Meskipun terdapat perkembangan positif dalam menghentikan penghancuran dan pembantaian di Gaza, peningkatan serangan Israel terhadap Rafah sekali lagi menunjukkan bahwa pemerintahan Benjamin Netanyahu tidak bertindak dengan itikad baik,” katanya.

“Setiap operasi di Rafah akan berdampak pada seluruh dunia.”
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More