Presiden Iran dari Masa ke Masa, Nomor 6 Populer di Indonesia
Rabu, 17 April 2024 - 17:15 WIB
Foto/Reuters
Pemilihan Khamenei membalikkan diktum informal Khomeini bahwa ulama tidak boleh menjadi presiden. Salah satu pendiri IRP, Khamenei sempat menjabat sebagai pengawas Garda Revolusi dan juga sebagai menteri pertahanan.
"Khamenei menjabat sebagai presiden selama dua periode, masing-masing empat tahun, namun dibayangi oleh Perdana Menteri Mir Hossein Mousavi yang memimpin negara itu melewati tahun-tahun sulit dalam Perang Iran-Irak. Khomeini bahkan menegur Khamenei secara terbuka dan tajam pada bulan Januari 1988, ketika presiden berani menyatakan bahwa konstitusi membatasi kewenangan negara dan parlemen di bidang ekonomi," ungkap Bakhash.
Kepresidenan Khamenei ditandai dengan penindasan brutal terhadap partai-partai oposisi radikal antara tahun 1981 dan 1983, ketika ribuan pemuda dan pemudi dipenjarakan dan dibunuh, seringkali di jalanan; dengan marginalisasi partai-partai oposisi yang berhaluan tengah; dan pembunuhan di penjara terhadap lebih dari 2.000 anggota kelompok sayap kiri radikal pada akhir Perang Iran-Irak.
Di bidang lain, Khamenei diidentifikasi sebagai kelompok ulama yang ‘moderat’ dan bukannya kelompok radikal di lingkaran dalam Khomeini. Ia mendukung usulan kontroversial Rafsanjani untuk memberikan lebih banyak ruang bagi sektor swasta dalam perekonomian. Setelah kematian Khomeini pada tahun 1989, Khamenei dipilih sebagai penggantinya, dengan harapan bahwa ia akan menjadi pemimpin tertinggi yang relatif lunak.
Foto/Reuters
Rafsanjani resmi dilantik pada bulan Juli 1989, pada saat yang menentukan. Khomeini meninggal pada bulan Juni. Perang Iran-Irak telah berakhir, memungkinkan Teheran memulai rekonstruksi pascaperang.
Setelah kematian Khomeini, konstitusi diamandemen untuk menghilangkan jabatan perdana menteri dan menyerahkan kekuasaannya kepada presiden. Pada periode pasca-Khomeini, Rafsanjani adalah tokoh dominan dalam tim yang terdiri dari dua orang presiden dan pemimpin tertinggi yang menjalankan Republik Islam.
"Rafsanjani berupaya membawa negaranya ke arah yang lebih pragmatis dengan mengakhiri isolasi Iran. Ia meluncurkan liberalisasi ekonomi, membuka perekonomian yang didominasi negara bagi investasi sektor swasta dalam dan luar negeri. Dia menempatkan teknokrat di posisi-posisi penting. Dan dia menenangkan perempuan, generasi muda, dan kelas menengah dengan melonggarkan kontrol sosial dan budaya," tutur Bakhash.
Pemilihan Khamenei membalikkan diktum informal Khomeini bahwa ulama tidak boleh menjadi presiden. Salah satu pendiri IRP, Khamenei sempat menjabat sebagai pengawas Garda Revolusi dan juga sebagai menteri pertahanan.
"Khamenei menjabat sebagai presiden selama dua periode, masing-masing empat tahun, namun dibayangi oleh Perdana Menteri Mir Hossein Mousavi yang memimpin negara itu melewati tahun-tahun sulit dalam Perang Iran-Irak. Khomeini bahkan menegur Khamenei secara terbuka dan tajam pada bulan Januari 1988, ketika presiden berani menyatakan bahwa konstitusi membatasi kewenangan negara dan parlemen di bidang ekonomi," ungkap Bakhash.
Kepresidenan Khamenei ditandai dengan penindasan brutal terhadap partai-partai oposisi radikal antara tahun 1981 dan 1983, ketika ribuan pemuda dan pemudi dipenjarakan dan dibunuh, seringkali di jalanan; dengan marginalisasi partai-partai oposisi yang berhaluan tengah; dan pembunuhan di penjara terhadap lebih dari 2.000 anggota kelompok sayap kiri radikal pada akhir Perang Iran-Irak.
Di bidang lain, Khamenei diidentifikasi sebagai kelompok ulama yang ‘moderat’ dan bukannya kelompok radikal di lingkaran dalam Khomeini. Ia mendukung usulan kontroversial Rafsanjani untuk memberikan lebih banyak ruang bagi sektor swasta dalam perekonomian. Setelah kematian Khomeini pada tahun 1989, Khamenei dipilih sebagai penggantinya, dengan harapan bahwa ia akan menjadi pemimpin tertinggi yang relatif lunak.
4. Akbar Hashemi Rafsanjani (1989-1997)
Foto/Reuters
Rafsanjani resmi dilantik pada bulan Juli 1989, pada saat yang menentukan. Khomeini meninggal pada bulan Juni. Perang Iran-Irak telah berakhir, memungkinkan Teheran memulai rekonstruksi pascaperang.
Setelah kematian Khomeini, konstitusi diamandemen untuk menghilangkan jabatan perdana menteri dan menyerahkan kekuasaannya kepada presiden. Pada periode pasca-Khomeini, Rafsanjani adalah tokoh dominan dalam tim yang terdiri dari dua orang presiden dan pemimpin tertinggi yang menjalankan Republik Islam.
"Rafsanjani berupaya membawa negaranya ke arah yang lebih pragmatis dengan mengakhiri isolasi Iran. Ia meluncurkan liberalisasi ekonomi, membuka perekonomian yang didominasi negara bagi investasi sektor swasta dalam dan luar negeri. Dia menempatkan teknokrat di posisi-posisi penting. Dan dia menenangkan perempuan, generasi muda, dan kelas menengah dengan melonggarkan kontrol sosial dan budaya," tutur Bakhash.
tulis komentar anda