Rentetan Serangan terhadap Warga China di Pakistan Ancam Proyek CPEC Senilai Rp986 Triliun
Kamis, 04 April 2024 - 11:10 WIB
ISLAMABAD - Serangan baru-baru ini terhadap warga negara China di Khyber Pakhtunkhwa (KP) menggarisbawahi kerentanan arsitektur keamanan di Pakistan.
Itu menimbulkan ancaman terhadap aliansi strategis Pakistan dengan China dalam konteks proyek Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) yang sangat dinantikan.
Penyerangan tersebut terjadi menyusul beberapa insiden sebelumnya yang menargetkan warga China di seluruh Pakistan, yang meningkatkan kekhawatiran serius mengenai keselamatan serta keamanan warga negara asing yang bekerja pada proyek infrastruktur besar.
Dampak dari serangan-serangan tersebut tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga dapat menyebabkan gangguan proyek, ketegangan diplomatik, dan kemunduran ekonomi.
Selama sepuluh hari dari 16 hingga 26 Maret, Pakistan mengalami lima serangan terpisah, tiga di provinsi barat laut Khyber Pakhtunkhwa dan dua di provinsi Balochistan barat daya, yang mengakibatkan kematian tragis sedikitnya 18 orang, termasuk 12 personel militer, lima warga negara China, dan satu warga negara Pakistan.
Mengutip laporan dari Asian Lite, Kamis (4/4/2024), serangkaian serangan tersebut menyoroti parahnya ancaman keamanan yang dihadapi Pakistan dan lemahnya sistem keamanan nasional.
Serangan-serangan tersebut menargetkan kepentingan China, menyoroti babak baru dalam perjuangan Pakistan melawan kelompok-kelompok bersenjata.
Di provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang bergolak, lima warga negara China dan sopir mereka yang berasal dari Pakistan tewas dalam ledakan di daerah Bisham, distrik Shangla pada 26 Maret. Insiden ini melibatakan sebuah kendaraan bermuatan bahan peledak menabrak konvoi insinyur China yang sedang transit dari Islamabad ke kamp mereka di Dasu, Khyber Pakhtunkhwa.
Setelah setiap serangan seperti itu, Beijing biasanya memperingatkan Islamabad akan hukuman serius jika pelaku serangan tidak teridentifikasi dan dihukum. Kali ini juga, dalam pernyataannya, Kedutaan Besar China mengutuk keras serangan teroris tersebut.
"Kedutaan Besar China dan Konsulat Jenderal di Pakistan mengutuk keras serangan teroris ini, serta menyampaikan belasungkawa mendalam kepada para korban dan simpati yang tulus kepada keluarga yang berduka, dan melakukan segala upaya untuk menangani dampaknya bersama dengan pihak Pakistan," katanya.
Namun kali ini, Beijing juga menyerukan penyelidikan menyeluruh atas serangan tersebut, dan menekankan perlunya melindungi kepentingan China di Pakistan.
Sebagai tanggapan, pemerintah Pakistan telah berkomitmen untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku dan menerapkan langkah-langkah untuk menjamin keselamatan warga negara dan proyek China.
Investasi besar China sebesar USD62 miliar (lebih dari Rp986 triliun) pada CPEC menggarisbawahi pentingnya hubungan strategis antara kedua negara.
Ini bukan serangan pertama terhadap warga China yang bekerja di Pakistan. Sebelumnya pada Agustus 2023, utusan China di Gwadar, Balochistan, juga diserang, meski tidak ada yang terluka.
Pada 2022, tiga guru China dan sopirnya yang berkewarganegaraan Pakistan menjadi korban ledakan di Karachi, Sindh.
Hal serupa juga terjadi pada Juli 2021, ketika sembilan warga negara China dan empat warga Pakistan kehilangan nyawa, dan sekitar 24 lainnya mengalami luka-luka dalam ledakan bus antar-jemput di Khyber Pakhtunkhwa.
Insiden-insiden ini mengingatkan kita akan ancaman dan risiko yang terus-menerus terkait pengerjaan proyek-proyek penting seperti CPEC.
Hal ini tidak hanya mengakibatkan hilangnya nyawa secara tragis, tetapi juga mengganggu proyek infrastruktur penting, membebani hubungan diplomatik, dan menciptakan suasana ketakutan dan ketidakpastian bagi investor dan pekerja asing.
Serangan pada 26 Maret di wilayah utara Pakistan tidak diklaim oleh kelompok teror atau militan mana pun. Meningkatnya ancaman secara substansial telah menyebabkan penilaian ulang terhadap keselamatan warga negara China yang tinggal dan bekerja di Pakistan.
Misalnya, penyerangan pada 26 Maret di Bisham mengakibatkan terhentinya pekerjaan bendungan Dasu dan Diamer-Bhasha. Ada kekhawatiran bahwa 991 insinyur China mungkin berencana meninggalkan Pakistan. Tren kepergian di kalangan warga negara China ini sebelumnya terlihat pada April 2022, ketika 40 guru China meninggalkan Pakistan setelah insiden kekerasan di Universitas Karachi.
Sayangnya, meski telah berulang kali diperingatkan, tentara Pakistan tampaknya tidak berhasil memerangi serangan teror terhadap warga negara China. Rasa frustrasi China terhadap Islamabad atas serangan teror yang berulang-ulang terhadap proyek-proyek CPEC terlihat jelas.
Selain mengurangi usulan investasi, dan sejumlah warga China meninggalkan Pakistan, Beijing juga menolak memasukkan kerja sama di bidang perubahan iklim, energi, dan pengelolaan air, ke dalam proyek CPEC.
Usulan Pakistan untuk kerja sama dalam pariwisata lintas batas di Gilgit-Baltistan, KP, dan pariwisata pesisir, serta pembentukan Kelompok Kerja Bersama (JWG) baru dan dimasukkannya jalur transmisi 500kv dari Hub ke Gwadar untuk menghubungkan pelabuhan kota dengan jaringan listrik nasional, semuanya ditolak oleh China.
Meski CPEC masih menjadi tulang punggung Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) yang ambisius di Beijing, adalah sebuah kesalahan jika pemerintah Pakistan menganggap serangan tersebut hanya masalah keamanan. Rentetan serangan ini menunjuk pada kerentanan ekonomi politik Pakistan yang lebih luas.
Permasalahan keamanan Pakistan, yang terombang-ambing akibat konflik yang tidak pernah berakhir dengan Afghanistan dan kerusuhan Baloch di barat, memerlukan lebih dari sekadar respons militer.
Kepemimpinan Pakistan sangat mementingkan proyek-proyek CPEC. Ketergantungan pada China, serta krisis keuangan berkepanjangan, telah membuat Pakistan lebih rentan dalam berbagai bidang lainnya.
Munculnya kembali insiden kekerasan yang bertepatan dengan kembalinya kekuasaan Taliban di Afghanistan dan keterlibatan berbagai kelompok radikal menggambarkan beragam tantangan keamanan yang dihadapi Pakistan.
Keluhan yang terus-menerus di Balochistan terhadap kemiskinan struktural dan ekstraksi sumber daya tiada henti tanpa imbalan apa pun telah diabaikan.
Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan prioritas pembangunan, kesejahteraan, dan partisipasi lokal dalam proses pengambilan keputusan di Balochistan. Kegagalan untuk melakukan hal ini hanya akan terus menghambat kemajuan ekonomi dan keamanan di kawasan.
Serangan yang tidak diklaim grup mana pun di KP semakin menambah kompleksitas skenario keamanan, yang menggarisbawahi sifat beragam tantangan keamanan yang dihadapi Pakistan. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan strategi keamanan komprehensif dan beragam yang melampaui respons militer.
Hal ini memerlukan peningkatan mekanisme pembagian intelijen, keamanan perbatasan yang kuat, keterlibatan masyarakat, perlindungan infrastruktur, dan kolaborasi diplomatik.
Selain itu, kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya investasi asing dan kerja sama bilateral sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan konektivitas regional.
Kolaborasi antara pihak berwenang China dan Pakistan dalam menyelidiki serangan tersebut dan menerapkan langkah-langkah keamanan mencerminkan komitmen bersama untuk menjaga kepentingan bersama.
Namun, upaya berkelanjutan dan tindakan proaktif sangat penting untuk mengurangi ancaman keamanan, meningkatkan stabilitas, dan melindungi investasi serta personel asing di Pakistan.
Kesimpulannya, serangan baru-baru ini terhadap warga negara China di Pakistan merupakan pengingat akan tantangan keamanan kompleks yang dihadapi negara tersebut.
Pakistan harus memprioritaskan keamanan dan mengadopsi pendekatan komprehensif untuk menjamin keselamatan warga negara asing, melindungi infrastruktur penting, dan menjaga hubungan bilateral dengan sekutu utama seperti China. Hanya melalui upaya terpadu dan strategi efektif, Pakistan dapat mengatasi tantangan-tantangan ini secara optimal.
Itu menimbulkan ancaman terhadap aliansi strategis Pakistan dengan China dalam konteks proyek Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) yang sangat dinantikan.
Penyerangan tersebut terjadi menyusul beberapa insiden sebelumnya yang menargetkan warga China di seluruh Pakistan, yang meningkatkan kekhawatiran serius mengenai keselamatan serta keamanan warga negara asing yang bekerja pada proyek infrastruktur besar.
Dampak dari serangan-serangan tersebut tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga dapat menyebabkan gangguan proyek, ketegangan diplomatik, dan kemunduran ekonomi.
Selama sepuluh hari dari 16 hingga 26 Maret, Pakistan mengalami lima serangan terpisah, tiga di provinsi barat laut Khyber Pakhtunkhwa dan dua di provinsi Balochistan barat daya, yang mengakibatkan kematian tragis sedikitnya 18 orang, termasuk 12 personel militer, lima warga negara China, dan satu warga negara Pakistan.
Mengutip laporan dari Asian Lite, Kamis (4/4/2024), serangkaian serangan tersebut menyoroti parahnya ancaman keamanan yang dihadapi Pakistan dan lemahnya sistem keamanan nasional.
Serangan-serangan tersebut menargetkan kepentingan China, menyoroti babak baru dalam perjuangan Pakistan melawan kelompok-kelompok bersenjata.
Di provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang bergolak, lima warga negara China dan sopir mereka yang berasal dari Pakistan tewas dalam ledakan di daerah Bisham, distrik Shangla pada 26 Maret. Insiden ini melibatakan sebuah kendaraan bermuatan bahan peledak menabrak konvoi insinyur China yang sedang transit dari Islamabad ke kamp mereka di Dasu, Khyber Pakhtunkhwa.
Setelah setiap serangan seperti itu, Beijing biasanya memperingatkan Islamabad akan hukuman serius jika pelaku serangan tidak teridentifikasi dan dihukum. Kali ini juga, dalam pernyataannya, Kedutaan Besar China mengutuk keras serangan teroris tersebut.
"Kedutaan Besar China dan Konsulat Jenderal di Pakistan mengutuk keras serangan teroris ini, serta menyampaikan belasungkawa mendalam kepada para korban dan simpati yang tulus kepada keluarga yang berduka, dan melakukan segala upaya untuk menangani dampaknya bersama dengan pihak Pakistan," katanya.
Proyek-proyek CPEC
Namun kali ini, Beijing juga menyerukan penyelidikan menyeluruh atas serangan tersebut, dan menekankan perlunya melindungi kepentingan China di Pakistan.
Sebagai tanggapan, pemerintah Pakistan telah berkomitmen untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku dan menerapkan langkah-langkah untuk menjamin keselamatan warga negara dan proyek China.
Investasi besar China sebesar USD62 miliar (lebih dari Rp986 triliun) pada CPEC menggarisbawahi pentingnya hubungan strategis antara kedua negara.
Ini bukan serangan pertama terhadap warga China yang bekerja di Pakistan. Sebelumnya pada Agustus 2023, utusan China di Gwadar, Balochistan, juga diserang, meski tidak ada yang terluka.
Pada 2022, tiga guru China dan sopirnya yang berkewarganegaraan Pakistan menjadi korban ledakan di Karachi, Sindh.
Hal serupa juga terjadi pada Juli 2021, ketika sembilan warga negara China dan empat warga Pakistan kehilangan nyawa, dan sekitar 24 lainnya mengalami luka-luka dalam ledakan bus antar-jemput di Khyber Pakhtunkhwa.
Insiden-insiden ini mengingatkan kita akan ancaman dan risiko yang terus-menerus terkait pengerjaan proyek-proyek penting seperti CPEC.
Hal ini tidak hanya mengakibatkan hilangnya nyawa secara tragis, tetapi juga mengganggu proyek infrastruktur penting, membebani hubungan diplomatik, dan menciptakan suasana ketakutan dan ketidakpastian bagi investor dan pekerja asing.
Serangan pada 26 Maret di wilayah utara Pakistan tidak diklaim oleh kelompok teror atau militan mana pun. Meningkatnya ancaman secara substansial telah menyebabkan penilaian ulang terhadap keselamatan warga negara China yang tinggal dan bekerja di Pakistan.
Misalnya, penyerangan pada 26 Maret di Bisham mengakibatkan terhentinya pekerjaan bendungan Dasu dan Diamer-Bhasha. Ada kekhawatiran bahwa 991 insinyur China mungkin berencana meninggalkan Pakistan. Tren kepergian di kalangan warga negara China ini sebelumnya terlihat pada April 2022, ketika 40 guru China meninggalkan Pakistan setelah insiden kekerasan di Universitas Karachi.
Sayangnya, meski telah berulang kali diperingatkan, tentara Pakistan tampaknya tidak berhasil memerangi serangan teror terhadap warga negara China. Rasa frustrasi China terhadap Islamabad atas serangan teror yang berulang-ulang terhadap proyek-proyek CPEC terlihat jelas.
Selain mengurangi usulan investasi, dan sejumlah warga China meninggalkan Pakistan, Beijing juga menolak memasukkan kerja sama di bidang perubahan iklim, energi, dan pengelolaan air, ke dalam proyek CPEC.
Usulan Pakistan untuk kerja sama dalam pariwisata lintas batas di Gilgit-Baltistan, KP, dan pariwisata pesisir, serta pembentukan Kelompok Kerja Bersama (JWG) baru dan dimasukkannya jalur transmisi 500kv dari Hub ke Gwadar untuk menghubungkan pelabuhan kota dengan jaringan listrik nasional, semuanya ditolak oleh China.
Masalah Keamanan Pakistan
Meski CPEC masih menjadi tulang punggung Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) yang ambisius di Beijing, adalah sebuah kesalahan jika pemerintah Pakistan menganggap serangan tersebut hanya masalah keamanan. Rentetan serangan ini menunjuk pada kerentanan ekonomi politik Pakistan yang lebih luas.
Permasalahan keamanan Pakistan, yang terombang-ambing akibat konflik yang tidak pernah berakhir dengan Afghanistan dan kerusuhan Baloch di barat, memerlukan lebih dari sekadar respons militer.
Kepemimpinan Pakistan sangat mementingkan proyek-proyek CPEC. Ketergantungan pada China, serta krisis keuangan berkepanjangan, telah membuat Pakistan lebih rentan dalam berbagai bidang lainnya.
Munculnya kembali insiden kekerasan yang bertepatan dengan kembalinya kekuasaan Taliban di Afghanistan dan keterlibatan berbagai kelompok radikal menggambarkan beragam tantangan keamanan yang dihadapi Pakistan.
Keluhan yang terus-menerus di Balochistan terhadap kemiskinan struktural dan ekstraksi sumber daya tiada henti tanpa imbalan apa pun telah diabaikan.
Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan prioritas pembangunan, kesejahteraan, dan partisipasi lokal dalam proses pengambilan keputusan di Balochistan. Kegagalan untuk melakukan hal ini hanya akan terus menghambat kemajuan ekonomi dan keamanan di kawasan.
Serangan yang tidak diklaim grup mana pun di KP semakin menambah kompleksitas skenario keamanan, yang menggarisbawahi sifat beragam tantangan keamanan yang dihadapi Pakistan. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan strategi keamanan komprehensif dan beragam yang melampaui respons militer.
Hal ini memerlukan peningkatan mekanisme pembagian intelijen, keamanan perbatasan yang kuat, keterlibatan masyarakat, perlindungan infrastruktur, dan kolaborasi diplomatik.
Selain itu, kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya investasi asing dan kerja sama bilateral sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan konektivitas regional.
Kolaborasi antara pihak berwenang China dan Pakistan dalam menyelidiki serangan tersebut dan menerapkan langkah-langkah keamanan mencerminkan komitmen bersama untuk menjaga kepentingan bersama.
Namun, upaya berkelanjutan dan tindakan proaktif sangat penting untuk mengurangi ancaman keamanan, meningkatkan stabilitas, dan melindungi investasi serta personel asing di Pakistan.
Kesimpulannya, serangan baru-baru ini terhadap warga negara China di Pakistan merupakan pengingat akan tantangan keamanan kompleks yang dihadapi negara tersebut.
Pakistan harus memprioritaskan keamanan dan mengadopsi pendekatan komprehensif untuk menjamin keselamatan warga negara asing, melindungi infrastruktur penting, dan menjaga hubungan bilateral dengan sekutu utama seperti China. Hanya melalui upaya terpadu dan strategi efektif, Pakistan dapat mengatasi tantangan-tantangan ini secara optimal.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda