Demonstran Anti-Israel Bakar KFC di Kashmir Pakistan
Selasa, 02 April 2024 - 16:03 WIB
KASHMIR - Kerumunan yang meneriakkan slogan-slogan anti-Israel membakar satu restoran cepat saji KFC di wilayah Kashmir yang dikelola Pakistan pada Jumat malam (29/3/2024).
Setelah aksi pembakaran itu, lebih dari 50 orang ditangkap polisi, menurut laporan AFP.
Kepala polisi kota Mirpur, Kamran Mughal, mengatakan kepada outlet tersebut pada akhir pekan bahwa hampir 400 pengunjuk rasa telah berkumpul di puncak demonstrasi, sehingga memicu bentrokan dengan penegak hukum.
“Kami sudah sampaikan kepada mereka bahwa mereka hanya boleh melakukan protes di daerah tertentu. Namun, ketika jumlah mereka mulai bertambah, mereka beralih ke KFC,” ujar Kamran Mughal kepada AFP.
Dia menambahkan, sembilan petugas polisi terluka ketika para demonstran melempari mereka dengan batu.
Massa kemudian membakar restoran cepat saji tersebut, sambil berteriak mereka membakar KFC saat orang-orang berlarian ke jalan untuk menghindari api.
Bangunan itu tidak terbakar seluruhnya, menurut AFP. Video yang beredar di media sosial memperlihatkan jendela pecah, perabotan rusak, dan peralatan rusak.
Pakistan menyaksikan meningkatnya seruan memboikot KFC dalam beberapa bulan terakhir di tengah konflik Israel-Hamas yang sedang berlangsung.
Awalnya dikenal sebagai Kentucky Fried Chicken, KFC adalah jaringan restoran terbesar kedua di dunia setelah McDonald's, dengan lebih dari 22.000 lokasi secara global di 150 negara per Desember 2019.
Perusahaan induknya, Yum Brands, terkena boikot atas keputusannya untuk terus melanjutkan bisnisnya di Israel dan investasinya di perusahaan rintisan Israel.
Banyak merek besar Barat, dan khususnya raksasa makanan cepat saji Amerika, telah kehilangan pelanggan dan mengalami penurunan keuntungan di negara-negara Muslim karena kampanye boikot yang menargetkan perusahaan-perusahaan yang dianggap mendukung perang genosida Israel di Gaza.
Israel melancarkan operasinya di Gaza menyusul serangan Hamas ke bagian selatan negara itu pada Oktober lalu.
Selama serangan tersebut, lebih dari 1.200 orang tewas dan sejumlah sandera diculik.
Israel telah membunuh lebih dari 32.000 orang Palestina di Jalur Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Pelapor Dewan Hak Asasi Manusia PBB Francesca Albanese menuduh Israel melakukan “genosida” di daerah kantong tersebut.
Amerika Serikat menjadi pemasok senjata yang digunakan Israel untuk membantai warga Palestina.
Setelah aksi pembakaran itu, lebih dari 50 orang ditangkap polisi, menurut laporan AFP.
Kepala polisi kota Mirpur, Kamran Mughal, mengatakan kepada outlet tersebut pada akhir pekan bahwa hampir 400 pengunjuk rasa telah berkumpul di puncak demonstrasi, sehingga memicu bentrokan dengan penegak hukum.
“Kami sudah sampaikan kepada mereka bahwa mereka hanya boleh melakukan protes di daerah tertentu. Namun, ketika jumlah mereka mulai bertambah, mereka beralih ke KFC,” ujar Kamran Mughal kepada AFP.
Dia menambahkan, sembilan petugas polisi terluka ketika para demonstran melempari mereka dengan batu.
Massa kemudian membakar restoran cepat saji tersebut, sambil berteriak mereka membakar KFC saat orang-orang berlarian ke jalan untuk menghindari api.
Bangunan itu tidak terbakar seluruhnya, menurut AFP. Video yang beredar di media sosial memperlihatkan jendela pecah, perabotan rusak, dan peralatan rusak.
Pakistan menyaksikan meningkatnya seruan memboikot KFC dalam beberapa bulan terakhir di tengah konflik Israel-Hamas yang sedang berlangsung.
Baca Juga
Awalnya dikenal sebagai Kentucky Fried Chicken, KFC adalah jaringan restoran terbesar kedua di dunia setelah McDonald's, dengan lebih dari 22.000 lokasi secara global di 150 negara per Desember 2019.
Perusahaan induknya, Yum Brands, terkena boikot atas keputusannya untuk terus melanjutkan bisnisnya di Israel dan investasinya di perusahaan rintisan Israel.
Banyak merek besar Barat, dan khususnya raksasa makanan cepat saji Amerika, telah kehilangan pelanggan dan mengalami penurunan keuntungan di negara-negara Muslim karena kampanye boikot yang menargetkan perusahaan-perusahaan yang dianggap mendukung perang genosida Israel di Gaza.
Israel melancarkan operasinya di Gaza menyusul serangan Hamas ke bagian selatan negara itu pada Oktober lalu.
Selama serangan tersebut, lebih dari 1.200 orang tewas dan sejumlah sandera diculik.
Israel telah membunuh lebih dari 32.000 orang Palestina di Jalur Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Pelapor Dewan Hak Asasi Manusia PBB Francesca Albanese menuduh Israel melakukan “genosida” di daerah kantong tersebut.
Amerika Serikat menjadi pemasok senjata yang digunakan Israel untuk membantai warga Palestina.
(sya)
tulis komentar anda