Rumah Sakit al-Shifa Hancur Total dengan Tumpukan Mayat Usai Dibantai Pasukan Israel
Selasa, 02 April 2024 - 14:55 WIB
Dia mengatakan pria dan wanita dipisahkan setelah pasukan Israel memasuki rumah sakit, meninggalkan ibunya yang sudah lanjut usia dan sakit tanpa bantuannya.
"Dia berbicara padaku (di telepon) dan memberitahuku, 'Anakku, aku tidak punya obat apa pun, aku juga tidak punya makanan atau air, di mana kamu sayangku?' Itulah hal terakhir yang kudengar dari ibuku," papar dia.
Dia menemukan ibunya keesokan harinya, terbaring mati di gedung bersalin al-Shifa. Dia mengenalinya dari rambut dan pakaiannya.
"Selama ini aku hanya tinggal bersamanya. Sekarang dia telah meninggalkanku dan aku sendirian," ungkap dia.
Bassel Helo mengatakan anggota keluarganya sedang berlindung di rumah tetangga di sekitar rumah sakit, ketika serangan pesawat tak berawak menghantam gedung tersebut. Tujuh orang tewas.
“Mayat-mayat mulai mencair,” ungkap Helo, menjelaskan dibutuhkan waktu tujuh hari bagi siapa pun untuk mencapai gedung untuk menguburkan jenazah.
Faten Mohammed Dabbour, wanita lanjut usia, mengatakan cucunya tertembak selama pengepungan.
"Kami mengambil bendera putih dan keluar...dan mereka menembaknya. Mengapa? Mengapa mereka menembaknya?" ungkap dia memberitahu MEE.
"Saya mengatakan kepada prajurit itu, 'Saya butuh bantuan medis, mengapa kamu melakukan ini?' dan dia menatapku seolah-olah tidak terjadi apa-apa," papar dia.
Dabbour mengatakan selama pengepungan, seorang wanita berusia 95 tahun sedang berdoa ketika rumahnya dibom oleh pasukan Israel, menewaskan orang-orang di dalamnya.
"Dia berbicara padaku (di telepon) dan memberitahuku, 'Anakku, aku tidak punya obat apa pun, aku juga tidak punya makanan atau air, di mana kamu sayangku?' Itulah hal terakhir yang kudengar dari ibuku," papar dia.
Dia menemukan ibunya keesokan harinya, terbaring mati di gedung bersalin al-Shifa. Dia mengenalinya dari rambut dan pakaiannya.
"Selama ini aku hanya tinggal bersamanya. Sekarang dia telah meninggalkanku dan aku sendirian," ungkap dia.
Bassel Helo mengatakan anggota keluarganya sedang berlindung di rumah tetangga di sekitar rumah sakit, ketika serangan pesawat tak berawak menghantam gedung tersebut. Tujuh orang tewas.
“Mayat-mayat mulai mencair,” ungkap Helo, menjelaskan dibutuhkan waktu tujuh hari bagi siapa pun untuk mencapai gedung untuk menguburkan jenazah.
Faten Mohammed Dabbour, wanita lanjut usia, mengatakan cucunya tertembak selama pengepungan.
"Kami mengambil bendera putih dan keluar...dan mereka menembaknya. Mengapa? Mengapa mereka menembaknya?" ungkap dia memberitahu MEE.
"Saya mengatakan kepada prajurit itu, 'Saya butuh bantuan medis, mengapa kamu melakukan ini?' dan dia menatapku seolah-olah tidak terjadi apa-apa," papar dia.
Dabbour mengatakan selama pengepungan, seorang wanita berusia 95 tahun sedang berdoa ketika rumahnya dibom oleh pasukan Israel, menewaskan orang-orang di dalamnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda