Pakar Menilai Konflik Palestina-Israel Telah Kehilangan Sentralitasnya

Minggu, 16 Agustus 2020 - 06:00 WIB
Kata-kata Foqaha didukung oleh angka. Pada tahun 2016, jajak pendapat publik menemukan bahwa 64 persen warga Palestina tidak senang dengan perilaku Presiden Palestina saat ini, Mahmoud Abbas, yang kadang-kadang dianggap bertanggung jawab atas upaya kecil dalam menjembatani kesenjangan antara Fatah dan Hamas.

Pada 2019, survei lain menemukan bahwa dia tidak memiliki peluang melawan para pemimpin seperti Marwan Barghouti yang dipenjara. Barghouti menjalani hukuman seumur hidup karena melakukan serangan teror terhadap Israel. Atau, pemimpin Hamas lainnya, Ismail Haniyeh. Barghouti dan Haniyeh menikmati popularitas publik.

Perpecahan Fatah-Hamas akibat penggulingan PA dari Jalur Gaza juga menimbulkan akibat lain yang mengerikan, yaitu sikap rakyat Palestina di mata dunia internasional. "Itu melemahkan pengaruh kami di arena global, mencegah kami membentuk front persatuan, dan yang tak terelakkan mempengaruhi cara dunia memandang kami," ucapnya.

(Baca: Presiden Palestina Tolak dan Kecam Kesepakatan Israel-Uni Emirat Arab )

Tantangan serupa juga telah diajukan oleh Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Donald Trump yang pada 2019 menghentikan semua bantuan untuk PA, dengan alasan keterlibatannya dalam teror dan beberapa donor Arab yang mengalihkan perhatian mereka dari konflik Israel-Palestina setelah meletusnya Arab Spring pada tahun 2011.

"Kami sekarang menghadapi kenyataan baru. Orang-orang Eropa sibuk dengan pengungsi yang mereka serap dan krisis ekonomi, para pemangku kepentingan regional sekarang melihat kepentingan mereka sendiri, sedangkan di Washington, kami menghadapi pemerintahan yang cukup bias yang menghalangi kami untuk mendapatkan pertolongan apapun," ungkapnya.

Meski begitu, menurut Foqaha, rakyat Palestina tidak akan menyerah pada perjuangan mereka. Tetapi kunci sukses, menurutnya, terletak pada persatuan, bukan perpecahan.

"Kita perlu bergerak menuju kemitraan politik sejati yang menyatukan semua faksi di bawah satu payung. Bahkan jika kita tidak setuju dengan alat masa depan yang akan digunakan untuk mencapai persatuan itu. Hanya dengan begitu kita akan dapat memulihkan citra Organisasi Pembebasan Palestina di mata rakyat kami dan kemudian dunia," tukasnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(esn)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More