Rusia Ungkap Bagaimana AS Memfasilitasi Pembentukan Kelompok Teror Seperti ISIS

Selasa, 26 Maret 2024 - 18:45 WIB
Invasi AS, meskipun ilegal, menyebabkan radikalisasi banyak kelompok dan individu di Irak yang, seperti dikatakan Abdullah, “merasa bahwa sudah menjadi kewajiban agama mereka atau, dalam kasus banyak kelompok sekuler, tugas nasionalis untuk melawan penyerbu."

“Invasi AS ke Irak disebabkan (dugaan yang akhirnya salah mengenai) kehadiran senjata pemusnah massal (WMD) yang menyebabkan (Pemimpin al-Qaeda Irak) Abu Musab Al Zarqawi pindah ke Irak dan mulai berperang melawan pasukan Barat di Iraq. Dialah yang membangun kamp pelatihan di Suriah sehingga mengganggu stabilitas seluruh wilayah,” ungkap Kakakhel.

Dia menjelaskan, “Kemudian terungkap bahwa tidak ada senjata pemusnah massal di Irak.”

“Hal ini disebabkan oleh perang di Afghanistan dan Timur Tengah oleh Barat sehingga organisasi militan seperti al-Qaeda, ETIM, IMU, dan ISIS telah dibentuk, sehingga membahayakan perdamaian global,” papar dia.

Penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada tahun 2021 tidak banyak memperbaiki keadaan di kawasan, terutama karena pasukan AS yang melarikan diri meninggalkan peralatan dan peralatan militer senilai miliaran dolar.

“Negara-negara tetangga Afghanistan percaya bahwa sekarang berbagai organisasi militan menggunakan senjata ini untuk melawan mereka. Kami telah menyaksikan peningkatan besar serangan di Pakistan dan Iran oleh organisasi ekstremis agama yang dilengkapi dengan senjata terbaru ini,” ujar Kakakhel.

Sementara itu, Abdullah mengamati Amerika Serikat tampak menutup mata terhadap munculnya organisasi teroris di dunia karena kelompok, perusahaan, dan lobi yang kuat di Amerika mendapatkan keuntungan dari ketidakstabilan dan perang.

“Dalam banyak kasus, kami menemukan adanya konvergensi kepentingan antara organisasi-organisasi teroris dan elit penguasa Amerika. Ketika Anda melihat konteks tersebut, dapat dimengerti mengapa konvergensi kepentingan ini terkadang membuka jalan bagi Amerika untuk membiarkan beberapa organisasi teroris ini berkembang biak,” ungkap dia.

Mengenai penolakan Amerika Serikat terhadap usulan Rusia pada tahun 2015 untuk membentuk front global anti-ISIS, Abdullah berspekulasi, “Amerika tidak ingin Rusia menerima pujian apa pun.”

“Usulan Rusia bisa saja sangat berperan dan Amerika tidak ingin Rusia mendapat pujian karena memprakarsai usulan tersebut dan membentuk koalisi yang dapat bermanfaat bagi komunitas internasional secara luas. Saya pikir itu alasan mendasarnya,” ungkap dia.

Abdullah menunjukkan kecenderungan yang aneh, “Meskipun korban terbesar ISIS sebenarnya adalah umat Islam, penerima manfaat terbesar dari aktivitas kelompok teroris tersebut sebenarnya adalah sejumlah negara Barat.”

“Selain itu, sejumlah tokoh ISIS ternyata adalah orang-orang yang memiliki koneksi dengan organisasi-organisasi intelijen Barat atau bahkan yang pernah menjadi bagian dari berbagai pasukan khusus atau organisasi intelijen Barat,” pungkas dia.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More