Warga Uighur Serukan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 Dipindahkan
Sabtu, 15 Agustus 2020 - 09:34 WIB
LONDON - Kelompok etnis Uighur di pengasingan meminta Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk mempertimbangkan kembali penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing, China . Permintaan itu diajukan merujuk pada bukti kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di wilayah Xinjiang, China.
Presiden Kongres Uighur Dunia, Dolkun Isa, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa mereka telah mengajukan pengaduan resmi kepada komisi etik IOC pada Kamis lalu.
"IOC telah bertindak melanggar Piagam Olimpiade dengan gagal mempertimbangkan kembali penyelenggaraan Olimpiade 2022 di Beijing menyusul bukti yang dapat diverifikasi dari genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi terhadap Uighur dan Muslim Turks lainnya oleh Republik Rakyat China," katanya seperti dikutip dari ABC, Sabtu (15/8/2020).
Pengaduan tersebut, yang diajukan oleh pengacara yang berbasis di London Michael Polak, termasuk bukti yang dikatakan membuktikan bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan sedang terjadi seperti sterilisasi massal, penahanan sewenang-wenang di kamp-kamp interniran dan penyiksaan.(Baca: Pria Uighur Sebar Video Kehidupan dalam Kamp Tahanan China )
IOC, yang dihubungi tentang pengajuan oleh Kongres Uighur Dunia, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters bahwa mereka harus tetap netral terhadap semua masalah politik global.
Dikatakan IOC telah menerima jaminan dari otoritas pemerintah China bahwa prinsip-prinsip Piagam Olimpiade akan dihormati dalam konteks Olimpiade.
Kementerian Luar Negeri China menuduh Kongres Uighur Dunia memiliki banyak hubungan dengan organisasi teroris.
"Pernyataan konyol kelompok itu tidak layak dibantah" kata Kementerian Luar Negeri China, menambahkan bahwa persiapan untuk Olimpiade Musim Dingin berjalan lancar.
Pakar PBB memperkirakan lebih dari satu juta warga Uighur dan Muslim Turks lainnya telah ditahan di luar kemauan mereka selama beberapa tahun di kamp-kamp di wilayah paling barat.(Baca: Ada Video Dugaan Penyiksaan Muslim Uighur, China Masih Berkelit )
Laporan media dan pengawas juga telah mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia termasuk kerja paksa dan sterilisasi paksa perempuan Uighur.
China membantah penganiayaan terhadap kelompok minoritas dan mengatakan kamp-kamp yang menampung warga Uighur memberikan pelatihan kejuruan dan diperlukan untuk melawan ekstremisme.
China menyebut laporan pelanggaran hak asasi di Xinjiang "dibuat-buat" dan "berita palsu," serta menegaskan bahwa Pemerintah China memperlakukan semua etnis secara setara.
Presiden Kongres Uighur Dunia, Dolkun Isa, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa mereka telah mengajukan pengaduan resmi kepada komisi etik IOC pada Kamis lalu.
"IOC telah bertindak melanggar Piagam Olimpiade dengan gagal mempertimbangkan kembali penyelenggaraan Olimpiade 2022 di Beijing menyusul bukti yang dapat diverifikasi dari genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi terhadap Uighur dan Muslim Turks lainnya oleh Republik Rakyat China," katanya seperti dikutip dari ABC, Sabtu (15/8/2020).
Pengaduan tersebut, yang diajukan oleh pengacara yang berbasis di London Michael Polak, termasuk bukti yang dikatakan membuktikan bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan sedang terjadi seperti sterilisasi massal, penahanan sewenang-wenang di kamp-kamp interniran dan penyiksaan.(Baca: Pria Uighur Sebar Video Kehidupan dalam Kamp Tahanan China )
IOC, yang dihubungi tentang pengajuan oleh Kongres Uighur Dunia, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters bahwa mereka harus tetap netral terhadap semua masalah politik global.
Dikatakan IOC telah menerima jaminan dari otoritas pemerintah China bahwa prinsip-prinsip Piagam Olimpiade akan dihormati dalam konteks Olimpiade.
Kementerian Luar Negeri China menuduh Kongres Uighur Dunia memiliki banyak hubungan dengan organisasi teroris.
"Pernyataan konyol kelompok itu tidak layak dibantah" kata Kementerian Luar Negeri China, menambahkan bahwa persiapan untuk Olimpiade Musim Dingin berjalan lancar.
Pakar PBB memperkirakan lebih dari satu juta warga Uighur dan Muslim Turks lainnya telah ditahan di luar kemauan mereka selama beberapa tahun di kamp-kamp di wilayah paling barat.(Baca: Ada Video Dugaan Penyiksaan Muslim Uighur, China Masih Berkelit )
Laporan media dan pengawas juga telah mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia termasuk kerja paksa dan sterilisasi paksa perempuan Uighur.
China membantah penganiayaan terhadap kelompok minoritas dan mengatakan kamp-kamp yang menampung warga Uighur memberikan pelatihan kejuruan dan diperlukan untuk melawan ekstremisme.
China menyebut laporan pelanggaran hak asasi di Xinjiang "dibuat-buat" dan "berita palsu," serta menegaskan bahwa Pemerintah China memperlakukan semua etnis secara setara.
(ber)
tulis komentar anda