Putin Menang Telak Pilpres Rusia, AS-Inggris-Ukraina Teriak Curang
Senin, 18 Maret 2024 - 09:10 WIB
“Ini tidak berhasil sekarang dan tidak akan berhasil di masa depan. Tidak pernah," lanjut Putin, seperti dikutip Al Jazeera.
Tak lama setelah pemungutan suara terakhir ditutup pada hari Minggu, hasil pemilu awal menunjukkan kesimpulan yang diharapkan semua orang: bahwa Putin akan memperpanjang kekuasaannya yang hampir seperempat abad selama enam tahun lagi.
Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat mengatakan pemungutan suara dalam pilpres Rusia tidak bebas dan tidak adil.
“Pemilu ini jelas tidak bebas dan adil mengingat Putin telah memenjarakan lawan politik dan mencegah orang lain mencalonkan diri melawannya,” kata Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.
Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan dalam sebuah posting-an di X: "Pemungutan suara tersebut tidak seperti pemilu yang bebas dan adil."
Di Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky berkata, “Kecurangan pemilu ini tidak memiliki legitimasi dan tidak dapat dibenarkan."
Pilpres Rusia diadakan lebih dari dua tahun setelah invasi besar-besaran Moskow pada Februari 2022 ke Ukraina, konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.
Pada hari Minggu, ribuan penentang Putin melancarkan protes terhadapnya, meskipun tidak ada penghitungan independen mengenai berapa banyak dari 114 juta pemilih di Rusia yang ikut serta dalam demonstrasi tersebut.
Pendukung pemimpin oposisi yang meninggal di penjara Alexei Navalny telah meminta masyarakat Rusia untuk melakukan protes “Noon Against Putin”.
Pada konferensi persnya, Putin menyebut nama Navalny untuk pertama kalinya sejak kematiannya, dan mengatakan bahwa dia mendukung proposal untuk membebaskannya dengan imbalan tahanan yang ditahan di negara-negara Barat.
Tak lama setelah pemungutan suara terakhir ditutup pada hari Minggu, hasil pemilu awal menunjukkan kesimpulan yang diharapkan semua orang: bahwa Putin akan memperpanjang kekuasaannya yang hampir seperempat abad selama enam tahun lagi.
Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat mengatakan pemungutan suara dalam pilpres Rusia tidak bebas dan tidak adil.
“Pemilu ini jelas tidak bebas dan adil mengingat Putin telah memenjarakan lawan politik dan mencegah orang lain mencalonkan diri melawannya,” kata Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.
Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan dalam sebuah posting-an di X: "Pemungutan suara tersebut tidak seperti pemilu yang bebas dan adil."
Di Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky berkata, “Kecurangan pemilu ini tidak memiliki legitimasi dan tidak dapat dibenarkan."
Pilpres Rusia diadakan lebih dari dua tahun setelah invasi besar-besaran Moskow pada Februari 2022 ke Ukraina, konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.
Pada hari Minggu, ribuan penentang Putin melancarkan protes terhadapnya, meskipun tidak ada penghitungan independen mengenai berapa banyak dari 114 juta pemilih di Rusia yang ikut serta dalam demonstrasi tersebut.
Pendukung pemimpin oposisi yang meninggal di penjara Alexei Navalny telah meminta masyarakat Rusia untuk melakukan protes “Noon Against Putin”.
Pada konferensi persnya, Putin menyebut nama Navalny untuk pertama kalinya sejak kematiannya, dan mengatakan bahwa dia mendukung proposal untuk membebaskannya dengan imbalan tahanan yang ditahan di negara-negara Barat.
Lihat Juga :
tulis komentar anda