Menyayat Hati Dunia, Bocah Gaza Yazan Kafarneh Mati Kelaparan hingga Terlihat Tengkoraknya
Minggu, 10 Maret 2024 - 15:41 WIB
“Foto-foto Yazan yang beredar di media sosial dengan cepat membuatnya menghadapi kelaparan di Gaza,”imbuh New York Times, mengakui sebuah fenomena yang secara bertahap memaksa media-media besar untuk menanggapi ketidakmampuan pemberitaan mereka.
Dinamika serupa terjadi ketika tentara aktif AS Aaron Bushnell melakukan aksi bakar diri di depan Kedutaan Israel di Washington bulan lalu dalam sebuah aksi protes politik yang dramatis.
Video kejadian mengejutkan tersebut menjadi viral, memaksa media arus utama untuk mengangkat berita tersebut meskipun protes serupa tahun lalu di Atlanta hanya mendapat sedikit perhatian.
Stasiun penyiaran milik negara AS, NPR, menghabiskan waktu lebih dari satu menit untuk meliput insiden tersebut sebelum beralih ke diskusi umum mengenai protes politik yang dilakukan oleh para veteran AS, dengan menyebut hobgoblin liberal dalam kerusuhan 6 Januari dan mengklarifikasi “negara Yahudi…mengeklaim membela diri.”
Berdasarkan perkiraan terbaru, hanya kurang dari 31.000 nyawa warga Palestina yang hilang di tengah “pertahanan diri” Israel. Setidaknya 300.000 orang berisiko meninggal dalam beberapa hari seperti yang dialami Yazan.
Pengetahuan luas mengenai hal ini juga dimungkinkan berkat keberadaan Internet.
Pada tahun 1977, jurnalis Carl Bernstein mengejutkan dunia dengan terungkapnya upaya besar-besaran yang dilakukan Badan Intelijen Pusat (CIA) AS untuk membentuk jurnalisme di Amerika Serikat.
Lebih dari 400 wartawan secara diam-diam telah bekerja dengan badan tersebut, menurut Bernstein, sebagai bagian dari upaya untuk menjamin kerja sama dengan “media berita paling kuat di Amerika.”
Para kepala eksekutif di surat kabar seperti Miami Herald, outlet penyiaran seperti CBS dan ABC, dan layanan kabel seperti AP, UPI, dan Scripps‑Howard semuanya memberikan dukungan mereka. “Sejauh ini, asosiasi yang paling berharga, menurut pejabat CIA, adalah The New York Times, CBS, dan Time Inc,” tulis Bernstein.
Upaya tersebut merupakan bagian dari program yang dikenal sebagai Operasi Mockingbird.
Dinamika serupa terjadi ketika tentara aktif AS Aaron Bushnell melakukan aksi bakar diri di depan Kedutaan Israel di Washington bulan lalu dalam sebuah aksi protes politik yang dramatis.
Video kejadian mengejutkan tersebut menjadi viral, memaksa media arus utama untuk mengangkat berita tersebut meskipun protes serupa tahun lalu di Atlanta hanya mendapat sedikit perhatian.
Stasiun penyiaran milik negara AS, NPR, menghabiskan waktu lebih dari satu menit untuk meliput insiden tersebut sebelum beralih ke diskusi umum mengenai protes politik yang dilakukan oleh para veteran AS, dengan menyebut hobgoblin liberal dalam kerusuhan 6 Januari dan mengklarifikasi “negara Yahudi…mengeklaim membela diri.”
Berdasarkan perkiraan terbaru, hanya kurang dari 31.000 nyawa warga Palestina yang hilang di tengah “pertahanan diri” Israel. Setidaknya 300.000 orang berisiko meninggal dalam beberapa hari seperti yang dialami Yazan.
Pengetahuan luas mengenai hal ini juga dimungkinkan berkat keberadaan Internet.
Pada tahun 1977, jurnalis Carl Bernstein mengejutkan dunia dengan terungkapnya upaya besar-besaran yang dilakukan Badan Intelijen Pusat (CIA) AS untuk membentuk jurnalisme di Amerika Serikat.
Lebih dari 400 wartawan secara diam-diam telah bekerja dengan badan tersebut, menurut Bernstein, sebagai bagian dari upaya untuk menjamin kerja sama dengan “media berita paling kuat di Amerika.”
Para kepala eksekutif di surat kabar seperti Miami Herald, outlet penyiaran seperti CBS dan ABC, dan layanan kabel seperti AP, UPI, dan Scripps‑Howard semuanya memberikan dukungan mereka. “Sejauh ini, asosiasi yang paling berharga, menurut pejabat CIA, adalah The New York Times, CBS, dan Time Inc,” tulis Bernstein.
Upaya tersebut merupakan bagian dari program yang dikenal sebagai Operasi Mockingbird.
tulis komentar anda